SUDAH saatnya perusahaan taksi di Jakarta menarik sopir-sopir mereka yang sangar, yang galak ketika meminta ongkos tambahan, atau yang suka cemberut dan bersikap kasar tak keruan. Sebab, saingan mereka, taksi Steady Safe, bulan ini akan mulai mengedarkan 40 taksinya dengan pengemudi wanita. Dengan cara itu, tentunya, Steady Safe berharap bisa lebih banyak menggaet penumpang yang ingin nyaman dalam bertaksi. "Tapi jangan berpikir macem-macem dulu," kata Yopie Widjaja, Presdir PT Tandi Widaja Sakti, yang mengoperasikan Steady Safe. Sopir-sopir wanita itu, katanya, semuanya sudah bersuami, dan jam kerja mereka meskipun 12 jam -- hanya dari pagi hingga senja. Tapi tugas dan kewajiban mereka sama dengan sopir laki-laki: mangkal atau keliling, setoran Rp 42.000 per hari, dan mereka sudah diajari hal ihwal mengemudi -- termasuk sopan santunnya. Pemilik Steady Safe yang masih berusia 30 tahun, ternyata sudah cukup lama menggarap serius bisnis taksinya. Ia mulai meremajakan 100 taksinya, 1984, setelah bertahun-tahun mempelajari seluk-beluk taksi dan sewa-menyewa mobil di Australia. Usahanya itu berkembang terus hingga kini menjadi 400 sedan -- kebanyakan Nissan Stanza dan Ford Laser. Konsultan manajemen pun diambilnya dari Australia, Booth and Partner, dan seorang ahli taksi yang berpengalaman di Arab Saudi dan Papua Nugini. Tahun depan, secara bertahap Yopie akan menambah jumlah armadanya, hingga mencapai 600 taksi. Bahkan tahun depan juga Yopie punya rencana melebarkan usahanya dengan membuka Limousine Service seperti di Amerika. Sedan Mercedes, Toyota Cressida, dan Ford Laser, akan disewakan secara harian atau bulanan. "Sebenarnya, sudah banyak yang minta, tapi terpaksa kami tolak, karena belum siap," ujar Yopie. Untuk usaha itu, Yopie kini sedang mendekati Budget, sebuah perusahaan di Amerika yang punya jaringan di berbagai negara. Anggota Budget bisa menggunakan kartunya untuk menyewa mobil dari Limousine Service di beberapa negara. Ladang bisnis sewa mobil ternyata masih luas. Buktinya, Astra, yang memproduksi Toyota di sini, sudah terjun ke bisnis itu sejak Maret tahun lalu, dengan mendirikan PT Sinar Inti Telaga. Mobil yang disewakan, mulai dengan 135 kendaraan, tidak hanya jenis sedan-sedan Toyota seperti Starlet, Corolla, Corona, dan Cressida, tapi juga kendaraan komersial, seperti minibus Kijang dan Hi-Ace. Menurut Alexander Sumbung, salah seorang dari Sinar Inti Telaga, armada mereka berpangkalan di Jakarta dan bergerak terutama di Jawa dan Sumatera. Astra sebenarnya mengikuti jejak Toyota Rent A Car, Jepang, yang punya armada sewaan sekitar 100.000 mobil Toyota. Untuk itu Sinar Inti Telaga membayar semacam fee 2-3 dolar untuk setiap mobil sewaannya kepada Toyota Rent A Car. Aturan mainnya kurang lebih juga sama: sewa jam-jaman, harian, dan tahunan. Tarif termurah, misalnya minibus, Rp 11.500 untuk dua iam Dertama dan Rp 4.500 tiap jam selanjutnya. Sewa jangka panjang, tidak kurang dari satu tahun, dilakukan dengan sistem kontrak. Tarifnya misalnya untuk sedan Cressida, per bulan Rp 2,2 juta -- belum termasuk pengemudi dan bensin. Saking banyaknya peminat -- lihat: ada sebuah perusahaan yang menyewa sampai 90 mobil untuk jangka panjang Sinar Inti Telaga sampai kewalahan. Tahun depan, armadanya akan ditambah, sampai mencapai kira-kira 200 unit. Dengan begitu, andil merk Toyota akan lebih banyak dalam kepadatan lalu lintas -- daripada nogkrong di showroom, tentu saja. Suhardjo Hs.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini