Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PRIA 46 tahun itu terlihat bingung dikepung puluhan wartawan di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Kamis siang pekan lalu. Niat menuju mobil Land Rover merah marun B-2333-HH diurungkannya. Febri Prasetyadi Soeparta, saksi atas tersangka kasus suap Rudi Rubiandini tadi, lantas berjalan tergesa keluar dari halaman gedung, lalu melewati jembatan penyeberangan.
Di trotoar seberang gedung komisi antirasuah, Febri celingukan lantaran mobil jemputan tak kunjung menghampiri. Seraya dia menoleh kanan-kiri, pertanyaan wartawan yang menderu sejak ia selesai diperiksa penyidik KPK pun berkali-kali dijawab dengan kalimat yang sama, "Saya enggak komentar."
Febri adalah pemimpin PT Zerotech Nusantara, perusahaan nonkonstruksi penunjang kegiatan eksplorasi migas. Perusahaan ini berdiri pada 2003 dan tercatat sebagai rekanan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral per Maret 2011 dengan Nomor 0101/SKT-02/DMT/2011. Berkantor di Pusat Niaga Duta Mas, Jalan RS Fatmawati, Jakarta Selatan, Zerotech menjadi penyedia tenaga kerja pengeboran, kerja ulang, dan perawatan sumur. Zerotech juga rekanan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas).
Menurut juru bicara KPK, Johan Budi S.P., Febri diperiksa untuk memperdalam korupsi Rudi, yang kala itu menjabat Kepala SKK Migas, dan keterlibatan pihak lain. "Febri dicegah ke luar negeri selama enam bulan sejak 29 Agustus lalu," ujarnya Kamis pekan lalu.
Febri dicegah bersama Waryono Karno, Sekretaris Jenderal Kementerian Energi. Waryono terseret setelah KPK menemukan uang US$ 200 ribu di ruang kerjanya. Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto tak menerangkan mengapa Febri mesti dilarang ke luar negeri, kecuali untuk mempermudah penyidikan.
Sebelumnya, KPK mencegah Kepala Divisi Penunjang Operasi SKK Migas Iwan Ratman, Kepala Divisi Komersialisasi Gas Bidang Pengendalian Komersial SKK Migas Popi Ahmad Nafis, Kepala Divisi Komersialisasi Minyak dan Kondesat Bidang Pengendalian Komersial SKK Migas Agoes Sapto Rahardjo, serta Presiden Direktur PT Surya Parna Niaga Artha Meris Simbolon. Perusahaan di bawah bendera Parna Raya Group itu diketahui memiliki kaitan bisnis dengan PT Kernel Pte Ltd Indonesia, yang diduga menyogok Rudi.
Febri diduga ikut berperan dalam penyuapan Rudi. Mantan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral ini dicokok KPK di rumahnya di Jalan Brawijaya, Jakarta Selatan, pada 13 Agustus malam lalu. Rudi dituduh menerima suap US$ 700 ribu atawa sekitar Rp 7,7 miliar. Dari rumahnya disita antara lain uang US$ 400 ribu dan sepeda motor klasik hitam merek BMW. Dari kotak deposit Bank Mandiri milik Rudi, penyidik menyita US$ 350 ribu dan logam mulia emas. KPK pun menyita mobil Toyota Camry Hybrid milik Rudi, yang disebut-sebut "hadiah" dari Surya Parna.
Sejumlah saksi, termasuk Febri, diperiksa untuk mengonfirmasi asal uang yang dimiliki Rudi. "Uangnya Rudi kan ada di mana-mana, tuh," kata Bambang. Namun Rudi masih merahasiakan siapa penyuapnya. Dia hanya mengakui menerima gratifikasi dari Devi Ardi, pelatih golfnya. Sedangkan KPK mengetahui duit US$ 400 ribu yang malam itu ditenteng Ardi berasal dari Simon. Maka KPK meminta Rudi terbuka. "Jangan ditutup-tutupi."
DI kalangan pengusaha pertambangan, Febri dikenal sangat dekat dengan Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk dan PT Adaro Indonesia, Garibaldi Thohir, yang biasa disapa Boy Thohir. "Febri memang tangan kanan Boy," ujar seorang pengusaha pertambangan, Senin pekan lalu. Menurut dia, Febri biasa bekerja untuk keperluan perusahaan batu bara besar itu.
Febri diketahui menjabat assistance to director di Grup Adaro. Dia didapuk mewakili petinggi Adaro Indonesia dalam kunjungan bersama para petinggi Kementerian Energi ke wilayah kerja pertambangan dan migas di Tapian Timur, Kalimantan Selatan, pada 18 Juli 2012. Wilayah itu menjadi sengketa tumpang-tindih lahan PT Pertamina EP UBEP Tanjung dengan Adaro. Pemerintah akhirnya membuat keputusan yang menguntungkan Adaro di sana.
Sumber Tempo menyebutkan Febri mendekati Rudi demi membina hubungan baik dengan Ketua SKK Migas yang baru enam bulan bertugas itu. Proyek-proyek diharapkan akan lancar mengalir dari lembaga pengawas kegiatan eksplorasi migas tersebut. Dia bersama bosnya, Garibaldi Thohir, bahkan disebut-sebut juga berada di Negeri Singa ketika terjadi pertemuan antara Rudi, Ardi, Widodo Ratanachaithong, dan Simon Gunawan Tanjaya dari Kernel Oil di Hotel Fullerton, Singapura, 20 Juli 2013.
Menurut salinan informasi tagihan Hotel Fullerton yang diperoleh Tempo, Ardi menginap di kamar 669 sejak 18 Juli pukul 18.46 waktu setempat sampai 20 Juli 2013. KPK mengetahui adanya pertemuan di Hotel Fullerton yang dihadiri empat orang itu. "Rudi dan Widodo di dalam ruangan, sisanya di luar," kata sumber Tempo.
Di dalam kamar itu antara lain dibahas cara mengirim uang ke Jakarta. Widodo mengenal Ardi dan Rudi. Perusahaan Widodo terafiliasi dengan PT Kernel Pte Ltd Indonesia yang dipimpin istrinya, Vincentia Ratanachaithong.
Beberapa hari kemudian, Ardi meminta Widodo mentransfer US$ 300 ribu ke Jakarta. Sisanya dikirimkan menjelang Lebaran lalu via Bank Mandiri. Simon yang menyerahkannya kepada Ardi pada 13 Agustus lalu, sebelum Ardi memberikannya kepada Rudi dan dicokok KPK.
Rudi ketika itu berada di Singapura setelah melawat ke Hong Kong. Seorang anggota staf SKK Migas membenarkan bahwa Rudi pergi ke luar negeri sekitar tanggal itu. "Ada undangan dari Bank Mandiri," ucapnya Kamis pekan lalu. Rudi ketika itu menjabat Komisaris Mandiri.
Sekretaris Perusahaan PT Bank Mandiri Tbk Nixon Napitupulu mengatakan ketika itu ada acara penyerahan award The Best Bank in Indonesia dari sebuah publikasi internasional kepada Mandiri. "Pak Rudi hadir sebagai undangan bersama nasabah dan sejumlah media massa," katanya kepada Linda Hairani dari Tempo, Jumat pekan lalu.
Bambang Widjojanto mengatakan KPK masih mendalami peran Febri dalam kasus suap Rudi Rubiandini. "Yang kami tahu, uang itu dari Simon," ucapnya.
Pengacara Widodo, Yanuar Prawira Wasesa, mengatakan kliennya mengakui dititipi uang oleh Ardi pada 20 Juli. Widodo pun tak menanyakan asal-muasal uang. Sebelumnya, Widodo menyatakan telah dikelabui Ardi. "Saya dimanipulasi oleh Devi Ardi dan afiliasinya untuk mentransfer uang dari Singapura ke Jakarta," ujar warga negara Singapura yang asli Semarang itu.
Boy membantah ada kaitan dengan kasus suap Rudi. Menurut sumber Tempo yang bertanya langsung kepadanya, Boy mengaku berada di Amerika Serikat ketika Rudi ditangkap. Ia juga sudah lama tak ke Singapura. "Bisa cek di paspor dan Imigrasi Singapura," ucapnya menirukan Boy.
Jobpie Sugiharto, Rusman P., Retno Sulistyowati, Muhamad Rizki
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo