Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Tuban - Perajin batik tenun gedog asal Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban Jawa Timur bangga melihat hasil tenunannya dipakai Presiden Joko Widodo (Jokowi). Batik tenun gedog Tuban itu terlihat dipakai Jokowi pada saat acara resmi di Istana Negara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pengusaha sekaligus perajin tenun gedog asal Tuban, Nurida Dikarina, mengatakan bahwa namanya terangkat setelah hasil karyanya dikenakan Presiden Jokowi. Batik bermotif gelombang natural warna cokelat muda dipadu hitam, bercorak daun dan binatang laut ini menyemangati para perajin batik di daerahnya. “Tentu kami bangga, batik tenun gedog dipakai Bapak Presiden di Istana Negara, ujar Rida, panggilannya pada Tempo Jumat, 2 Oktober 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rida mengisahkan, batik tenun gedog buah karyanya dibeli Presiden Jokowi saat ada acara pameran batik yang difasilitasi Bank Indonesia dan Pertamina di Jakarta Convention Center (JCC) beberapa bulan lalu. Saat itu, rombongan Presiden melintas di stan Jawa Timur, di mana salah satunya diikuti karya batik miliknya. Kebetulan yang ikut berpartisipasi di stan batik Jawa Timur adalah Arumi Bachsin yang tak lain adalah istri dari Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak.
Saat melintas itulah, Arumi membantu memasarkan ke Presiden Jokowi, ada batik tenun gedog Tuban yang motifnya bagus. Tak menunggu lama, Presiden tertarik dan membelinya satu lembar batik yang ditawarkan. “Ya, Bapak Presiden langsung membeli,” ujarnya Rida. Rida menyebut, bahwa harga batik yang dibeli Presiden Jokowi juga tidak terlalu mahal, yaitu Rp 1,2 juta.
Belakangan diketahui, tak hanya Presiden Jokowi saja yang membeli batik bermotif gelombang natural warna cokelat muda ini. Karena, beberapa saat kemudian, ada Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf yang juga ikut membeli di acara yang sama. Meski motifnya batik tenunnya sama yaitu gelombang natural, tetapi warna dan coraknya berbeda.”Iya, Bapak Triawan Munaf juga membeli tenun batik kami,” imbuh Rida.
Nurida atau Rida ini adalah salah satu dari puluhan perajin dan pengusaha batik di Kabupaten Tuban. Produk unggulannya berupa batik tenun gedog yang merupakan ciri khas Kabupaten Tuban. Disebut gedog karena, saat ada proses penenunan benang dengan alat tradisional, berbunyi dog,dog sehingga disebut batik tenun gedog. Setelah benang jadi lembaran kain, kemudian dilakukan proses batik cara manual, yaitu dengan alat canting.
Data di Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan (Dinkoperindag) Kabupaten Tuban menyebutkan, sentra kerajinan batik tenun atau batik gedog mencapai 1.234 unit. Sedangkan jumlah tenaga kerjanya sekitar 2.000 orang yang tersebar di beberapa desa di Kecamatan Kerek, dan Kecamatan Kota Tuban. “Menyebar jumlah perajinnya,” ujar Kepala Seksi Informasi dan Promosi Industri Caroline Gremita Puspasari, Dinkoperindag Kabupaten Tuban pada Tempo, Jumat.
Menurut Caroline, di Kabupaten Tuban sendiri ada sejumlah pebatik ternama dengan prestasi membanggakan. Misalnya pebatik Uswatun Khasanah asal Desa Kedungrejo, Kecamatan Kerek, Tuban, yang pernah mendapatkan Upakarti tahun 2010 untuk anugerah bidang industry untuk kategori pelestarian. Kemudian, ada Rukayah yang dikenal sebagai ahli pewarnaan alam batik gedog.
Untuk mengapresiasi dan menghormati karya-karya batik, Pemerintah Kabupaten Tuban juga mewajibkan para karyawannya mengenakan batik, pada Hari Batik Nasional yang diperingati setiap tanggal 2 Oktober. Surat edaran yang ditandatangani Sekretaris Daerah Kabupaten Tuban Budi Wiyana, menyebut, karyawan Pemda, BUMN/BUMD dan juga karyawan swasta untuk memakai batik mulai tanggal 2 hingga tanggal 10 Oktober 2020.
“Ini dalam rangka melestarikan kreativitas seni budaya batik, setidaknya setelah diresmikannya batik sebagai warisan budaya oleh dunia internasional, dalam hal ini Unesco pada 2 Oktober 2009,” ujarnya Caroline.
SUJATMIKO (TUBAN)