BANYAK manajer kini sadar bahwa "membaca cepat" merupakan modal. Ratusan surat permintaan mereka menyebabkan Institut Manajemen Prasetiya Mulya (IMPM), Jakarta, terdorong melancarkan kursus untuk itu. Seminar Membaca Cepat Angkatan I dilaksanakan selama dua minggu ini, kepada 40 peserta di Ruang Delima, Hotel Kemang. Sebagian ikut gratis, karena diundang, separuh lagi, yang membayar masing-masing Rp 350.000, merupakan kelas terpisah. Semua cukup bergairah mengikuti kursus dua jam sehari, yang diberikan secara hidup oleh profesor dari Amerika Serikat, Bernard A. Rinn. Kursus, yang sebenarnya hanya mendorong agar orang membiasakan diri membaca, antara lain tak perlu komat-kamit, itu sempat juga memusingkan hampir semua peserta. Soalnya, para peserta, yang rata-rata mampu membaca teks Inggris cuma 150 -200 kata per menit itu, dipaksa membaca dua kali lebih cepat. Wajar kalau aksara-aksara yang diperlihatkan, antara lain lewat proyektor di tembok, tampak seperti berkabut (masking), penyerapan pikiran samar-samar (blur), ditambah lagi mata dipaksa melotot terus 60 detik sehingga menimbulkan pusing. "Sama seperti orang tiba-tiba disuruh olah raga - timbul kepegalan," tutur Rinn, yang pernah menyusun tesis "membaca" di Universitas Stanford. Kendati sempat pusing Rinaldi Bahri, manajer pemasaran PT Kencana Bahari Utama, mengira bahwa Investasinya lewat kursus itu telah berbuah. Insinyur alumnus Utah State University, AS, itu telah berhasil meningkatkan kemampuan membacanya dari 180 kata Inggris per menit, menjadi 500 kata, dengan tingkat pemahaman (comprehension) sekitar 70%. Dengan itu, ia berharap akan memperlancar rencananya meraih gelar M.B.A. dari IMPM. IMPM, yang didirikan oleh sekelompok pengusaha kuat keturunan Tionghoa pada 1982, bermaksud mempergunakan sebagian dari angkatan pertama peserta kursus itu sebagai pengajar di kursus-kursus berikutnya. Dengan tenaga lokal, biaya kursus itu akan ditekan menjadi Rp 250.000 tiap peserta. Teks pengantar juga akan dibuat sebagian dalam bahasa Indonesia. "Kursus membaca cepat ini bukan dimaksudkan sebagai kursus bahasa Inggris. Tujuan kami juga bukan untuk komersial," tutur Drs. Ferry Widagda, salah satu asisten direktur IMPM. Tak semua peserta, menurut Ferry, dipungut bayaran. Mereka yang dianggap tidak mampu membayar akan dimintakan subsidi dari biaya yang dipungut dari peserta yang mampu - sama seperti pada kursus angkatan pertama itu. Kalau dalam kursus pertama masih memakai tempat yang disewa sekitar Rp 40.000 per hari, nantinya kursus-kursus diselenggarakan di gedung bertingkat 12, yang dibangun lengkap dengan sarana olah raga di Cilandak. Sekitar Rp 1 milyar yang telah dikeluarkan IMPM untuk membangun gedung itu. Baru dua lantai yang sudah bisa dipergunakan mulai Agustus. Sebagian perlengkapan, yang bernilai Rp 1 milyar, sudah pula dipesan. Ferry optimistis bahwa kursus pendek membaca cepat itu akan memiliki pasar yang baik. "Kesimpulan itu kami ambil dari hasil survei tiga bulan sejak Januari lalu," kata asisten direktur Program Pengembangan Eksekutif IMPM itu. Peserta gratis kcbanyakan dari Departemen Keuangan, Departemen Perdagangan, TNI AL, dan bank. Tapi, secara terus terang, Ferry tak mengharapkan bahwa akan ada peserta kursus dari kalangan eksekutif tingkat tinggi. "Mereka tak perlu membaca lagi. 'Kan, sudah banyak asisten dan sekretaris," katanya tertawa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini