Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Terbesar di balikpapan

Dengan diresmikannya kilang minyak di balikpapan, yang dilengkapi dengan unit hydrocracker, kesulitan menjual lwsr akan diatasi. (eb)

5 November 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KILANG minyak di Balikpapan, yang diresmikan Presiden Soeharto 1 November lalu, tampaknya punya suatu kelebihan dibandingkan kilang minyak di Cilacap, yang selesai tiga bulan lalu. "Berbeda dengan kilang-kilang minyak lainnya, maka kilang BBM ini juga mcmiliki unit hydrocracker, " kata Presiden dalam sambutannya, "yang untuk membangun dan mengoperasikannya memerlukan penguasaan teknologi tinggi dan mutakhir." Suatu kesulitan yang terasa sejak pertehahan 1978 pun mulai bisa diatasi: memecah atau mengolah kembali low sulphur waxy residue (LSWR). Setiap barel Minas crude yang dihasilkan perusahaan Caltex, setelah dikilang, mengeluarkan 55% LSWR. Tentu saja ini memusingkan Pertamina. Sebab bagian minyak Minas yang dikilang di Indonesia pasti akan menghasilkan LSWR yang sulit dijual itu. Perluasan kilang Balikpapan yang dibangun kontraktor utama Bechtel International Inc. dari AS, dan empat kontraktor besar asing lain, terdiri dari dua kelompok besar: Pertama, kelompok kilang hydroskimming, terutama untuk penyulingan minyak mentah berkapasitas 200.000 barel sehari - sama dengan yang di Cilacap. Kedua, kelompok kilang hydrocracker, antara lain untuk mengolah LSWR. Produksi LSWR yang di tahun 1978 rata-rata berjumlah sekitar 115.000 barel sehari, dan kini diperkirakan masih sekitar 80.000 barel sehari, tak lagi menjadi soal jika sudah bisa diolah di dalam negeri. Hasilnya antara lain, berupa kerosin (minyak tanah), solar, dan untuk usaha yang membutuhkan pembakaran yang cepat, seperti pembakaran gamping dan listrik. Pabrik hydrocracker juga bisa dikaitkan untuk membuat petrocokes, untuk digunakan dalam proyek peleburan aluminium di Asahan. Pertamina, sejak 1979, memang sudah mulai membangun pabrik hydrocracker di Dumai, yang kurang lebih akan menelan US$ 1 milyar, oleh dua kontraktor Spanyol. Tapi unit hydrocracker yang di Balikpapan, menurut Pertamma, merupakan "yang terbesar di dunia hingga saat ini". Maka persoalan LSWR yang sulit mendapat pasaran itu, menurut Pertamina, "telah dapat diatasi". Seluruh kelompok kilang hydrocracker di Balikpapan itu meliputi lima unit: Satu unit penyulingan hampa untuk mengolah residu, yakni produk samping dari unit penyulingan minyak mentah guna menghasilkan distilat berat, berkapasitas 80.000 barel sehari. Dua unit hydrocracker untuk mengolah LSWR menjadi kerosin dan solar sebagai produk utama, berkapasitas 55.000 barel sehari, dan dua unit pabrik untuk mengolah gas alam menjadi gas hidrogen, yang diperlukan untuk proses hydrocracker, berkapasitas 15 juta kaki kubik per hari. Minyak mentah yang akan dikilang di Balikpapan juga akan disuplai dari ladang miyak Handil sebanyak 120.000 barel sehari, dan ladang minyak Bekapai sejumlah 80.000 barel sehari. Sedangkan kilang minyak Cilacap, yang berkapasitas sama, setiap hari masih perlu mengimpor 100.000 barel Arabian Light Crude dari Arab Saudi. Sisanya, 60.000 dan 40.000 barel, masing-masing akan dipenuhi dari lapangan Arjuna dan Ataka. Impor jenis ALC itu akan tetap diperlukan mengingat minyak mentah Indonesia mengandung kadar lilin terlalu tinggi. Untuk mengolah menjadi minyak pelumas terasa mahal. Sekarang kilang Cilacap itu kuran lebih baru memproses sekitar 60.000 barel minyak mentah sehari. Jumlah yang sama akan datang dari Balikpapan. Dengan begitu, ketergantungan Indonesia dari Singapura akan semakin berkuran. Empat kilang minyak di Singapura tadinya memproses 170.000 barel minyak mentah untuk Indonesia. Ketika meresmikan kilang minyak Cilacap, Menteri Pertambangan dan Energi Dr. Subroto memperkirakan, mulai awal tahun depan, Indonesia tak lagi akan mengimpor BBM dari Singapura.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus