Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baru dua minggu diangkat menjadi Presiden Amerika Serikat, Donald Trump berhasil mengguncang suasana politik dan pasar modal dunia, dengan mulai merealisasi sebagian janji kampanyenya tahun lalu. Pertama adalah keputusan membangun tembok sepanjang perbatasan Amerika dengan Meksiko. Selanjutnya, dia akan mengenakan tarif 20 persen bagi barang buatan Meksiko yang masuk Amerika, guna membiayai pembuatan tembok itu.
Presiden Meksiko Enrique Pena Nieto serentak membatalkan rencana kunjungannya ke Amerika. Akibatnya, perusahaan multinasional yang mendirikan pabrik di Meksiko untuk diekspor ke pasar Amerika dipaksa meninjau kembali investasinya. Selain itu, Presiden Trump mulai meninjau semua perjanjian perdagangan bebas multilateral yang dianggap merugikan pekerja Amerika. Salah satunya North American Free Trade Agreement (NAFTA), yang akan mempengaruhi arus perdagangan antara Meksiko, Kanada, dan Amerika.
Kedua adalah larangan masuknya para pengungsi dari wilayah konflik serta warga negara dari tujuh negara yang mayoritas penduduknya muslim, yaitu Irak, Suriah, Iran, Yaman, Somalia, Sudan, dan Libya. Karena kebijakan ini secara mendadak diberlakukan, kekacauan dan protes terjadi di beberapa bandar udara internasional Amerika. Dampak lanjutannya ialah turunnya harga saham beberapa perusahaan teknologi Amerika, seperti Google, Facebook, dan Amazon, yang banyak mempekerjakan warga negara dari negara-negara bersangkutan. Sentimen negatif ini terus merembet ke bursa Asia, yang juga mengalami penurunan harga.
Selain peninjauan kembali NAFTA, perjanjian perdagangan bebas Trans-Pacific Partnership (TPP), yang dicanangkan mantan presiden Obama dan diikuti beberapa negara Asia dan Australia, termasuk Indonesia, langsung dibatalkan. Hanya, karena TPP belum berjalan, dampaknya memang tidak terasa. Dengan mundurnya Amerika sebagai pelopor konsep perdagangan bebas TPP di kawasan Pasifik, Cina, dengan perjanjian perdagangan bebas tandingannya, yaitu Regional Comprehensive Economic Partnership, menjadi lebih berperan. Konsepnya mendapat perhatian dan sorotan lebih luas sekarang.
Tapi tidak semua proyeksi menunjukkan skenario yang runyam. Malah sebaliknya, dengan beberapa tren indikator ekonomi yang terlihat membaik di Amerika, Eropa, dan Cina, beberapa pengamat memperkirakan semester kedua 2017 terjadi pemulihan, yang akan berlanjut ke 2018. Di perekonomian kita pun, khususnya dengan pemulihan ekonomi Tiongkok dan naiknya harga komoditas, pertumbuhan 2017 diperkirakan melampaui target pemerintah yang dipatok 5,1 persen.
Beberapa pelaku pasar juga memperkirakan indeks harga saham gabungan di bursa kita dapat tumbuh 15-20 persen tahun ini. Sektor yang mendapat sorotan selektif adalah infrastruktur, konsumer, dan pertambangan, dengan catatan agar investor menjauhi saham perusahaan yang porsi pinjaman dolar Amerikanya besar, mengingat tren bunga dolar Amerika yang akan meningkat tahun ini.
Di bursa Amerika sendiri indeks harga saham sempat melejit melampaui 20 ribu poin karena pelaku pasar optimistis terhadap kebijakan Presiden Trump untuk membangun infrastruktur dan menyederhanakan aturan bisnis serta sistem perpajakan, yang rencananya diturunkan dari tingkat 30 menjadi 20 persen. Namun pertanyaan yang sulit dijawab adalah sejauh mana Trump akan memasang tarif untuk ekspor barang Tiongkok ke Amerika sesuai dengan janjinya, yang jika dilakukan tentunya dapat mengubah skenario pasar, yang saat ini cenderung positif. Manggi Habir | Kontributor Tempo
Kurs | |
Pekan sebelumnya | 13.357 |
Rp per US$ | 13.374 |
Penutupan 2 Feburuari 2017 |
IHSG | |
Pekan sebelumnya | 5.304 |
5.353 | |
Penutupan 2 Februari 2017 |
Inflasi | |
Bulan sebelumnya | 3,02% |
3,49% | |
Januari 2017 YoY |
BI 7-Day Repo Rate | |
4,75% | |
19 Januari 2017 |
Cadangan Devisa | |
30 November 2016 | US$ miliar 111,466 |
Miliar US$ | 116,362 |
31 Desember 2016 |
Pertumbuhan PDB | |
2015 | 4,73% |
5,1% | |
Target 2016 |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo