Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Tugas baru BUMN semen

PT Semen Padang, PT Semen Gresik, dan PT Semen Tonasa diharuskan menambah kapasitas produksinya tanpa penyertaan modal pemerintah. Mereka akan mencari dana dari bursa saham. harga semen naik.

28 April 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PEKAN lalu, di depan para wartawan yang dijamunya, Datuk Ir. E. Nizar tampak kagok. Akhirnya, Dirut PT Semen Padang itu mengakui bahwa BUMN yang dipimpinnya akan mengurangi sebagian kegiatan sosialnya di masa datang. "Mudah-mudahan, masyarakat menghayati keadaan kami," ujar Nizar, yang baru sebulan menggantikan dirut lama Setiadi Dirgo. Nizar dibebani tugas yang tak ringan. Semen Padang harus segera memperbesar kapasitas produksinya sampai 4,230 juta ton per tahun. Dewasa ini, PT Semen Padang (SP) memiliki unit produksi Indarung I, II, III A, dan III B, seluruhnya berkapasitas 2.150 ribu ton per tahun. Dengan target baru, SP harus menambah dua pabrik, berkapasitas 1 juta ton. Untuk itu, pemerintah tak akan menyuntikkan penyertaan modal. Padahal, SP masih dililit utang, akibat membangun pabrik, Rp 128 milyar. Tahun lalu saja SP harus mencicil utang pokok Rp 12 milyar dan bunga Rp 8 milyar. Satu-satunya jalan, agaknya, lewat penjualan saham di bursa. Manajemen SP selama ini toh tidak buruk. Dalam tiga tahun terakhir berturut-turut SP mencatat laba Rp 5,6 milyar (tahun 1987), Rp 4,2 milyar, dan Rp 2,6 milyar. Aset SP konon sekarang Rp 275 milyar. Pemerintah (c.q. Departemen Keuangan), kabarnya, setuju SP menjual 30% saham di bursa. Ini berarti, saham SP yang akan ditawarkan bisa mencapai Rp 500 milyar. Jadi, modal tampaknya tak jadi masalah benar. Tinggal bagaimana membangun pabriknya. Soalnya, manajemen SP merasa belum berpengalaman membangun pabrik besar. Trauma kegagalan membangun Indarung III A kini belum juga hilang. Dua rekan SP, yakni PT Semen Gresik (Jawa Timur) serta PT Semen Tonasa (Sulawesi Selatan), ternyata mendapat tugas serupa. Juru bicara PT Semen Gresik (SG), Yahya Haryanto, pekan lalu mengakui bahwa BUMN ini diharuskan segera menambah kapasitas produksinya sekita tiga juta ton -- kapasitasnya kini baru 1,5 juta ton. SG, yang pernah beken itu, awal tahun ini telah menggegerkan pasar modal dengan melepaskan seluruh sahamnya di PT Semen Cibinong kepada Hasyim Djojohadikusumo. Hasil penjualan sehari sebesar Rp 300 milyar itu belum cukup. Menurut Haryanto, SG membutuhkan dana sekitar Rp 500 milyar untuk membangun pabrik semen baru di Tuban, berikut pelabuhan serta sarana penunjang lainnya. "Sekitar 75% akan ditanggung sendiri, sedangkan 25% lagi mungkin harus ditimba di pasar modal dan pinjam dari bank," kata Haryanto. Adapun PT Semen Tonasa diharuskan membangun satu pabrik baru berkapasitas produksi 175 juta ton per tahun. "Untuk itu diperlukan modal lebih dari Rp 300 milyar," kata seorang pejabat Semen Tonasa. Dewasa ini Tonasa memiliki tiga unit pabrik. Tonasa unit I cuma berkapasitas 120.000 per tahun yang kabarnya sudah mulai dipensiunkan sejak November 1984. Tonasa II dan Tonasa III masih bertahan, masing-masing berkapasitas 500.000 ton dan 590.000 ton. Pemerintah rupanya bertekad, kapasitas produksi semen harus ditingkatkan. Menurut data dari ASI (Asosiasi Semen Indonesia), dewasa ini kapasitas 10 perusahaan semen nasional tak kurang 23 juta ton. Konsumsi dalam negeri baru 13 juta ton, tapi diperkirakan meningkat jadi 18 juta ton pada tahun 1994. Tahun lalu, ekspor diperkirakan mencapai 4,1 juta ton. Dan ekspor ini rupanya sulit dibendung. Bila konsumsi domestik ditambah ekspor, maka baru sekitar 17 juta ton yang terserap pasar. Maka, tak terlalu jelas mengapa belum lama ini terjadi kelangkaan semen. Dan semen itu menghilang dari pasar, justru ketika HPS-nya sudah didongkrak naik, dari Rp 4.100 menjadi rata-rata Rp 5.100 per zak (a 40 kg). MW, Aji (Jakarta), Fachrul Rasyid (Padang), Erwin Patadjengi (Pangkep), Wahyu Muryadi (Surabaya)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus