Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Tutup Keran Impor Garam Konsumsi, Pemerintah Andalkan Sentra Industri Garam di NTT dan Kulon Progo

Kementerian Kelautan dan Perikanan mewaspadai bocornya garam industri yang dijual sebagai garam konsumsi.

18 Desember 2024 | 00.46 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kelautan dan Perikanan menargetkan Indonesia menutup keran impor garam konsumsi mulai 2025. Kebutuhan garam konsumsi, berbeda dengan garam industri yang masih memerlukan impor.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Karena itulah, Staf Ahli Menteri Kelautan dan Perikanan Bidang Ekologi dan Sumber Daya Laut, Hendra Yusran Siry, mewanti-wanti terjadinya kebocoran garam industri ke pasar konsumsi di saat keran impor garam konsumsi sudah ditutup pemerintah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Jadi yang kita tidak inginkan adalah garam industri, yang saat ini masih memerlukan impor, malah rembes ke pasar sebagai garam konsumsi. Itu kita tidak inginkan," katanya dalam Konferensi Pers Capaian Akhir Tahun Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) 2024 Edisi 2 di kantor KKP, Jakarta Pusat pada Selasa, 17 Desember 2024.

KKP optimistis swasembada garam konsumsi bisa dipenuhi dengan panen raya yang dilakukan di beberapa lokasi. Ia menyebut, dua di antaranya adalah pembangunan sentra industri garam di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Kulon Progo di DI Yogyakarta.

Ia menjelaskan, industri garam yang akan dibangun di NTT memiliki kelebihan dari sisi geografis berupa adanya kesamaan garis pantai dengan garis pantai Darwin di Australia, yang dikenal sebagai salah satu wilayah penghasil garam dengan kualitas tinggi.

"Kami berharap daerah sekitar NTT yang memiliki garis pantai serupa dengan Darwin, itu bisa kita lakukan produksi garam lebih tinggi," kata Hendra.

Sementara itu, pengelolaan lahan produksi garam di Kulon Progo memanfaatkan gravitasi atau kemiringan area pesisir dan kondisi cuaca yang panas. Untuk mengatasi musim hujan, Hendra menambahkan, petani garam di sana menggunakan rumah tunnel atau rumah garam yang tertutup. “Itu garam yang dihasilkan bisa mencapai kadarnya di atas 97 bahkan 98 persen," ujarnya.

Selain itu saat ini KKP juga tengah menggalakkan upaya peningkatan kualitas garam yang diproduksi dalam negeri. Sebagaimana diamanatkan Menteri KKP Sakti Wahyu Trenggono, kata Hendra, hal ini penting dilakukan beriringan dengan menjaga stabilitas produksi garam lokal untuk memenuhi kebutuhan nasional. 

“Yang paling penting itu hulunya atau sumber bakunya ini kalau bagus kita mau menggunakan apa saja untuk produk turunan lainnya atau derivatif, itu bisa lebih bagus lagi,” tutur Hendra. “Sehingga kami juga fokus untuk bagaimana produksi garam ini juga secara kualitas lebih baik dan juga kami bisa menjaga kuantitas,” kata dia menambahkan.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus