Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Wajah Baru Panin

Panin bank siap menjual sahamnya ke masyarakat. bank ini sebagai bank devisa swasta ke-3 terbesar modalnya dimiliki 75% pribumi, 25% non pribumi.

13 September 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEMBILAN tahun lalu ia tampil sebagai bank merger pertama di Indonesia. Kini, setelah menempati gedung baru sembilan tingkat di Jl. Jenderal Sudirman, Jakarta, adalah Pan Indonesia Bank yang untuk pertama kalinya menyatakan ingin terjun ke khalayak (go-public). "Panin ingin agar masyarakat luas bisa ikut langsung menikmati hasilnya," kata Andi Gappa, Dir-Ut PT Panin Bank Ltd. kepada TEMPO pekan lalu. Suatu jawaban yang agak umum, memang. Tapi yang kelihatannya menarik adalah kepindahan mereka dari Jl. Kopi di kawasan Kota ke dekat mulut Senayan itu, seperti kata seorang pegawainya, ingin menghilangkan image (citra) bahwa bank itu adalah bank "Cina". Di gedung baru yang diresmikan 22 Agustus lalu, bank devisa swasta yang tergolong tiga besar itu -- di samping Bank Central Asia (BCA) dan Bank Umum Nasional (BUN) -- secara yuridis memang sudah berstatus pribumi. "Sebanyak 75% modalnya dimiliki 4 perusahaan pribumi", kata Andi Gappa yang asal Bugis itu. "Dan sisanya adalah milik segolongan non-pri." Dir-Ut Gappa belum bersedia menjelaskan siapa saja ke-4 perusahaan pribumi itu. Tapi dengan terjunnya Panin bank ke khalayak, menurut Gappa, komposisi pemilikan akan tetap dipertahankan 75% pribumi, 25% non pribumi. Dan Panin Bank yang nampaknya tumbuh subur itu sudah siap untuk menjual 30% sahamnya ke masyarakat. Ini dengan catatan, 5% khusus disisihkan untuk dijual kepada para staf dan pegawai Panin Bank yang sudah lama bekerja, dan sebagian dari harga beli saham itu akan ditanggung oleh perusahaan. Suatu cara yang sekaligus menguntungkan perusahaan juga. Sebab makin besar saham yang dijual kepada masyarakat, makin besar pula fasilitas yang diberikan oleh pemerintah. Jika yang dijual itu 25% ke bawah, perusahaan yang bersangkutan hanya memperoleh fasilitas bebas pajak terhadap penilaian kembali harta kekayaannya (assets). Dan Panin Bank, yang menembus batas dengan 30% itu, di samping memperoleh bebas pajak tadi, juga akan mendapat keringanan pajak perseroan (PPs) sebanyak 10%. Jumlah itu, oleh Dir-Ut PT Danareksa J.A. Sereh, dinilai "cukup besar." Bisa dipastikan modalnya akan bertambah kuat setelah Panin go-public. Sekalipun seorang pengamat perbankan menilai, bank tersebut sudah cukup kuat tanpa dia harus menjual sahamnya ke luar lingkungannya. Kalau dilihat dari posisi aktivanya, anggapan begitu ada benarnya. Di akhir 1978, setelah pukulan Kenop-15, aktivanya berjumlah Rp 78 milyar. Pada akhir 1979 meningkat menjadi Rp 102 milyar. Dan dalam setengah tahun pertama sampai Juni lalu aktivanya melonjak lagi dengan hampir 30% menjadi Rp 135 milyar. Aktiva Panin Bank kini merupakan 10% dari seluruh aktiva bank swasta nasional di sini. Jumlah nasabahnya sebagai pemegang rekening koran pada akhir 1978 tercatat lebih dari 21.000, naik dari 17.000 orang pada tahun sebelumnya. Pada saat yang sama rekening giro nasabahnya naik dengan 70% menjadi Rp 29 milyar pada akhir tahun lalu. Sedang akhir Juni lalu posisinya sudah mencapai Rp 33 milyar. Oleng Sebentar Panin juga merupakan bank swasta nasional pertama yang terjun dalam lembaga keuangan non bank. Usaha patungan dengan Bank Indonesia dan International Finance Corporation (IFC), salah satu anak perusahaan Bank Dunia, melahirkan Private Development Finance Company of Indonesia Ltd. Kemudian dengan Fuji Bank dan Crocker Bank San Francisco, Panin Bank juga mendirikan Mutual International Finance Corporation. Suatu perjanjian kerjasama dan bantuan teknis juga sudah ditandatangani pada l978 dengan Credit Lyonnais, salah satu bank terkemuka di Paris. Pada akhir 1979, Panin dengan pegawai 1.500 orang, sudah memiliki 11 kantor cabang dan 10 cabang pembantu. Ketika terjadi Kenop-15, Panin Bank memang agak oleng juga. Labanya turun dari Rp 583 juta pada akhir 1977 menjadi Rp 521 juta, terutama disebabkan dihapusnya cadangan piutang ragu-ragu sebesar Rp 432 juta. Maka untuk menjaga terhadap penarikan dana oleh nasabahnya secara tiba-tiba setelah Kenop-15, Panin Bank minta kredit Rp 3,5 milyar dari BI. Tahun lalu merupakan tahun yang cukup menggembirakan bagi Panin Bank. Labanya sebelum pajak melonjak hampir dua kali, menjadi Rp 1 milyar, sesudah sebelumnya tertekan dengan adanya Kenop-15. Perkembangan yang luar biasa ini rupanya masih akan terus. Pada akhir Juni 1980, demikian laporan keuangan bank itu, laba sebelum pajak sudah membubung dengan 60% menjadi Rp 1,6 milyar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus