Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Wamentan Larang Beras Berkutu Dijual untuk Konsumsi Masyarakat

Sudaryono berujar beras berkutu bisa dimanfaatkan untuk keperluan lain selain untuk konsumsi.

18 Maret 2025 | 06.15 WIB

Aktivitas bongkar muat beras Bulog untuk memenuhi kebutuhan pangan selama libur Nataru di SPMT Belawan, Sumatera Utara. Dok. SMPT
Perbesar
Aktivitas bongkar muat beras Bulog untuk memenuhi kebutuhan pangan selama libur Nataru di SPMT Belawan, Sumatera Utara. Dok. SMPT

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono tanggapi soal temuan stok beras impor berkutu di Gudang Badan Urusan Logistik (Bulog) beberapa waktu lalu. Sudaryono menyatakan beras berkutu tersebut tak akan disalurkan untuk dikonsumsi masyarakat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut dia, jumlah beras berkutu yang ditemukan tidak terlalu banyak. "Memang ada, enggak begitu banyak juga sih. Cuma yang jelas sudah kami perintahkan untuk tidak diberikan kepada masyarakat, tidak dijual kepada masyarakat," kata Sudaryono di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Pangan, Jakarta pada Senin, 17 Maret 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Sudaryono berujar beras berkutu bisa dimanfaatkan untuk keperluan lain selain untuk konsumsi masyarakat. "Kan bisa untuk peruntukan lain, apakah untuk pakan ternak dan sebagainya," ucap dia.

Temuan beras berkutu diungkap Ketua Komisi IV DPR Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Soeharto. Dia menemukan sisa beras impor tahun lalu yang disimpan di gudang Perum Bulog di Yogyakarta sudah tak layak konsumsi. Saat kunjungan di masa reses ke Yogyakarta, ia dan tim meninjau gudang Bulog. “Di situ kami menemukan masih banyak beras-beras sisa impor yang lalu di dalam gudang Bulog itu yang sudah banyak kutunya," kata Titiek pada Selasa, 11 Maret 2025. Dia meminta kementerian segera mengelola beras yang sudah tidak layak jual.

Menurut Menteri Pertanian Amran Sulaiman, temuan beras tak layak konsumsi tidak hanya terjadi di Yogyakarta. Ia mengaku mendapatkan laporan Bulog yang mengungkapkan, ada 100 ribu hingga 300 ribu ton dari total 1,9 juta ton stok beras impor di seluruh Indonesia yang tak layak konsumsi. Sedangkan di Yogyakarta, menurut dia, ada 10 ton beras tak layak. "Ini sudah masuk dalam list termasuk Jogja, tapi kami tanya lagi kalau bisa dipercepat yang di Yogyakarta itu, Bu. Minta maaf, Bu," ujar Amran.

Guru Besar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Iman Hernaman, menanggapi rencana pemerintah yang akan menjadikan beras impor yang berkutu milik Badan Urusan Logistik (Bulog) sebagai pakan ternak. Menurut dia, tidak semua hewan ternak aman makan beras berkutu apalagi yang sudah berjamur. “Saya sarankan untuk pakan hewan ruminansia seperti kambing, domba, sapi, tapi berasnya diolah dulu misalnya dengan fermentasi,” katanya kepada Tempo, Kamis 13 Maret 2025.

Anwar Siswadi dan Han Revanda berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus