Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan, stok beras yang disebut berkutu di gudang Perum Bulog masih dapat dikonsumsi. Tapi beras berkutu itu harus lewati proses fumigasi atau pengendalian hama. "Masih (bisa dikonsumsi), beras kutu itu artinya berarti beras itu tidak mengandung chemical yang berlebihan," ujar Arief kepada Tempo, Kamis, 13 Maret 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Arief menjelaskan, beras di gudang Bulog harus mendapatkan perawatan secara berkala. Perawatan ini dilakukan untuk memastikan beras masih layak untuk disalurkan kepada masyarakat. Adapun jika sudah telanjur berkutu, ujar dia, beras dapat melalui proses fumigasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ihwal opsi mengalihkan beras berkutu untuk pakan ternak, menurut Arief, itu sebaiknya menjadi alternatif terakhir. Ia mengatakan, kondisi beras harus diperiksa terlebih dahulu. Kutu, ujar dia, biasanya berada di luar beras. Sedangkan di dalam beras, perlu diperiksa apakah kondisinya hancur atau tengik.
Ketika masih menjabat Kepala Dewan Pengawas Bulog, Arief mengatakan rutin berkeliling dari gudang ke gudang secara berkala. Jika ada temuan beras yang kurang layak, ia langsung mengambil tindakan. "Itu sederhana banget kok. Tinggal difumigasi, selesai," ujarnya.
Temuan beras berkutu diungkap Ketua Komisi IV DPR Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Soeharto. Dia menemukan sisa beras impor tahun lalu yang disimpan di gudang Perum Bulog di Yogyakarta sudah tak layak konsumsi. Saat kunjungan di masa reses ke Yogyakarta, ia dan tim meninjau gudang Bulog.
“Di situ kami menemukan masih banyak beras-beras sisa impor yang lalu di dalam gudang Bulog itu yang sudah banyak kutunya," ujar Titiek. Dia meminta kemeterian segera mengelola beras tersebut yang dinilainya sudah tidak layak jual.
Menurut Menteri Pertanian Amran Sulaiman, temuan beras yang tak layak konsumsi tak hanya terjadi di Yogyakarta. Ia mengaku mendapatkan laporan Bulog yang mengungkapkan, ada 100 ribu hingga 300 ribu ton dari total 1,9 juta ton stok beras impor di seluruh Indonesia yang tak layak konsumsi. Sedangkan di Yogyakarta, menurut dia, ada 10 ton beras tak layak. "Ini sudah masuk dalam list termasuk Jogja, tapi kami tanya lagi kalau bisa dipercepat yang di Yogyakarta itu, Bu. Minta maaf, Bu," ujar Amran.