Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

La-ead Kovavisaruch: Kami Punya Sejarah Panjang

Dusit Thani, jaringan hotel internasional asal Thailand, berekspansi dengan membangun mixed-use building di tengah Bangkok. Menjajaki pasar Indonesia setelah mengklaim hampir 50 persen apartemen mereka terjual.

29 Agustus 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
CEO Vimarn Suriya, La-ead Kovavisaruch di show unit apartemen Dusit Residence, Bangkok, 23 Agustus 2022. Tempo/Reza Maulana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dusit Thani PCL asal Thailand memasuki fase baru dalam sejarah korporasi mereka. Perusahaan Thailand yang memiliki serta mengelola lebih dari 320 hotel dan vila di 17 negara ini tengah membangun Dusit Central Park. Bangunan multifungsi senilai Rp 20 triliun itu terdiri atas hotel, apartemen, perkantoran, dan mal. Mereka menggandeng Central Pattana PCL, konglomerasi di bidang pusat belanja, dengan pembagian kepemilikan 70:30 persen.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Untuk proyek besar ini, Dusit International kudu merelakan Hotel Dusit Thani, bangunan tertinggi di Thailand saat dibuka pada 1970. Gedung 23 tingkat dengan 517 kamar itu dihancurkan lantai demi lantai mulai 2019 hingga 2020. Dusit Central Park dibangun di lokasi yang sama, di Distrik Bang Rak, kawasan bisnis yang dikelilingi kantor-kantor kedutaan besar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selasa, 23 Agustus 2022, La-ead Kovavisaruch, CEO Vimarn Suriya Co Ltd, menerima wartawan Tempo, Reza Maulana, bersama tiga jurnalis lain dari Indonesia di lokasi proyek Dusit Central Park. Tepatnya di persimpangan Jalan Silom dan Jalan Rama IV, yang menghadap Taman Lumpini—ruang hijau terbesar kedua di tengah Bangkok. "Hingga puluhan tahun ke depan, tidak akan ada gedung yang akan menghalangi pemandangan Anda dari sini," kata Kovavisaruch.

Vimarn Suriya merupakan anak usaha Dusit International yang dibentuk untuk membangun Dusit Central Park. Di induk usaha, La-ead, 58 tahun, menjabat chief investment officer.

Petugas memamerkan maket di kantor pemasaran Dusit Central Park, Bangkok, 23 Agustus 2022. Tempo/Reza Maulana

---

Apa pertimbangan Dusit meruntuhkan hotel bersejarah dan membangun proyek ini?

Dusit telah berada di Thailand selama lebih dari 50 tahun. Kami pernah menjadi gedung tertinggi di Thailand. Kami berada di lahan yang sangat besar, yakni 9,17 hektare, dan lokasi strategis di Bangkok. Hotel Dusit Thani secara harfiah merupakan landmark kota ini selama puluhan tahun. Tapi waktu berlalu. Orang ingin menikmati lebih dari hotel. Ada tuntutan gaya hidup dan tempat tinggal. Lima tahun lalu, kami memutuskan membangun ulang tempat ini. Kami ingin memenuhi kebutuhan pasar. Maka, kami mengubah satu menara hotel menjadi mixed-use development.

Termasuk pusat belanja?

Thailand menjadi tujuan wisatawan bukan hanya karena alam, tapi juga karena merupakan surga belanja. Suasana, lingkungan, dan tentu saja harga barang-barang kami sangat mendukung tujuan itu.

Apakah ini proyek bangunan multifungsi pertama bagi Dusit?

Ya. Tapi bukan berarti kami belum pernah mengelola proyek non-hotel. Kami mengelola banyak hotel dan apartemen di banyak negara.

Mengapa memilih berkongsi dengan Central Pattana?

Saat ingin mengembangkan pusat belanja, kami ingin berpartner dengan perusahaan yang berpengalaman di area itu. Pilihannya, ya, Central Pattana. Mereka punya pusat belanja di mana-mana, bahkan sampai di Eropa. Ada juga di Malaysia dan Indonesia.

Ini kolaborasi pertama Dusit dan Central?

Ya. Para anggota keluarganya juga telah saling kenal. Jadi, ini sinergi kekuatan dua konglomerasi.

Kapan target selesai?

Kami menargetkan hotel rampung pada kuartal II 2024, perkantoran pada akhir 2024, pertokoan pada awal 2025, dan apartemen pada akhir 2025.

Bagaimana cara Dusit menghadapi serbuan jaringan hotel internasional yang masuk Thailand?

Tidak ada strategi khusus. Kami berbeda karena telah ada di sini sejak 1948 (saat pendiri Dusit, Chanut Piyaoui, membangun hotel pertama mereka di Bangkok). Kami punya sejarah yang amat panjang dan akan ada di sini selamanya. Bukan hanya karena kepentingan komersial.

La-ead Kovavisaruch di show unit apartemen Dusit Residence, Bangkok, 23 Agustus 2022. Tempo/Reza Maulana

Apa dampak pandemi Covid-19 terhadap Dusit Central Park?

Semua yang kami bangun di apartemen ini disesuaikan dengan keadaan setelah Covid. Kami memikirkan pepohonan, ruang terbuka, serta kualitas dan sirkulasi udara. Kami juga memikirkan jika harus kembali melakukan lockdown, bagaimana penghuni bisa menikmati hari-hari di rumah, dan sebagainya. Maka, kami bangun taman di rooftop. Selain itu, kami memikirkan alur pengantaran makanan (food delivery). Bahkan, ketika kita bebas beraktivitas setelah pandemi, layanan pesan-antar makanan telah menjadi bagian dari keseharian.

Berpengaruh pada penjualan?

Di Bangkok, orang mulai bergeser dari rumah tapak ke hunian vertikal pada 10-15 tahun lalu. Pergeseran tren itu didorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan transportasi massal. Covid mempengaruhi tren ini. Orang mulai berpikir tinggal di apartemen sempit bikin sulit bernapas dan kembali ke rumah tapak. Namun segmen apartemen mewah tidak demikian. Penjualannya tak goyah. Orang tetap mau membeli properti layaknya perhiasan yang mereka koleksi.

Berapa unit apartemen di Dusit Central Park yang telah terjual?

Hampir 50 persen. Kami mulai menjual secara internal pada 2020 lewat gathering terbatas. Penjualan secara resmi baru kami lakukan mulai tahun lalu. Semuanya di tengah Covid-19. Setiap ada gelombang pandemi, terakhir gelombang keenam, penjualan kami turun. Tapi setelah itu naik lagi. Semoga tidak ada gelombang baru.

Berapa banyak pembeli asing?

Mayoritas orang Thailand. Kami baru mulai berjualan di luar negeri tahun ini, seiring dengan negara-negara sekitar membuka pintu penerbangan. Kami mau datang ke Indonesia.

Apa yang akan Anda tawarkan ke pasar Indonesia?

Thailand tidak jauh dari Singapura, yang menjadi target investasi properti orang Indonesia. Thailand memiliki sekolah internasional yang tak kalah bagus dari Singapura dan lebih murah. Begitu juga dengan pengobatan. Layanan kesehatan kami bagus dan murah. Dokter-dokter kami sangat ahli di bidang bedah kecantikan. Jika Korea Selatan hanya sebatas operasi wajah, dokter kami bisa membedah seluruh tubuh.

Dusit International pernah ada di Jakarta hingga 2006. Kenapa hengkang?

Dulu kami hanya mengelola. Biasanya, kami meneruskan pengelolaan jika pemilik berkenan. Beberapa merek hotel internasional kerap meminta tuntutan tinggi sehingga pemilik memilih merek lain. Semua tergantung pemilik. Saat ini, kami mengelola 40-an hotel di 17 negara. Kami juga mengelola 200-an vila, yang seratusan di antaranya ada di Bali dan Lombok. Namanya Elite Havens, anak usaha Dusit. Jadi, kami tetap ada di Indonesia.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Reza Maulana

Reza Maulana

Bergabung dengan Tempo sejak 2005 setelah lulus dari Hubungan Internasional FISIP UI. Saat ini memimpin desk Urban di Koran Tempo. Salah satu tulisan editorialnya di Koran Tempo meraih PWI Jaya Award 2019. Menikmati PlayStation di waktu senggang.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus