Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Yang Kuno Lebih Sibuk

Abattoir, rumah pemotongan hewan PT Surya Jaya di Surabaya sejak beroperasi belum pernah bekerja secara penuh, bahkan semakin menurun. (eb)

9 September 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

CARA moderen belum tentu berhasil, setidaknya sudah terbukti di Surabaya dengan PT Surya Jaya. Dengan investasi Rp 1,9 milyar dan bantuan kredit dari Belgia, Surya Jaya ini (patungan Pemda Jakarta, Pemda Surabaya dan PT Sampi Co Adhi yang milik Bulog) mendirikan abattoir, rumah pemotongan hewan. Sejak beroperasi awal 1977, ia belum pernah bekerja penuh, malah kini menurun terus, dan terancam menjadi besi tua. Selain di Surabaya, ada abattoir moderen di Tambun -- Bekasi (PT Sampi Co Adhi) dekat Jakarta, Denpasar (PT Bali Raya) dan Mena (Timor, NTT). Semua itu mempunyai fasilitas potong dan pendinginan demikian hebat hingga kwalitas daging bekunya bisa diandalkan untuk menyaingi produksi, umpamanya, dari Australia dan Selandia Baru. Karena konsumen Indonesia umumnya masih belum terbiasa dengan daging beku kebutuhan akan abattoir moderen itU belum begitu dirasakan oleh masyaraldt ramai. Maka bisalah dipahami kenapa perusahaan seperti Surya Jaya kekuranan kerja. Tadinya Surya Jaya diharapkan untuk melayani permintaan daging beku dari PT Inco untuk daerah tambangnya di Sulawesi Tengah atau dari kontraktor minyak asing yang beroperasi di lepas pantai. Ternyata Inco menghentikan ordernya sejak akhir 1977, sedang pesanan besar-besaran secara tetap dari perusahaan lain tak kunjung tiba. Maka dari kapasitas potongnya yang 100 ternak sehari itu cuma 10% saja ia bekerja belakangan ini. "Sampai saat ini, pemotongan dan pengolahan masih tidak menentu," keluh drh R Sumpomo, wakil direktur Surya Jaya. Cara Islam Keadaan tidak menentu ini rupanya merisaukan hati Pepehani, asosiaSi pengusaha ternak. Pemerintah, demikian kalangan Pepehani setempat, "perlu segera turun tangan. Jika tidak, pemerintah akan ikut rugi karena kredit dari Belgia dijamin oleh pemerintah. Kalau perlu, rumah pemotongan di Pegirian ditutup saja." Pegirian yang memotong hewan sejak 1927 memang sudah kuno, tapi masih gesit melayani Surabaya. Setiap hari sedikitnya 230 sapi, 200 kambing dan 180 babi disembelih di Pegirian itu. Surabaya memiliki dua lagi rumah pemotongan, yaitu di Kedurus dan Pilang, yang berkapasitas lebih kecil. Namun Pilang yang menampung 40 - 50 sapi dan Kedurus dengan 20 sapi sehari ternyata masih lebih sibuk ketimbang yang moderen milik Surya Jaya. Apakah yang kuno itu ditutup saja? "Terserah pusar," ujar drh Suwadji yang memimpin di Pegirian. "Masalah itu memang sudah menjadi pemikiran di Peternakan tingkat I, tapi jelas tidak akan menguntungkan bagi Surabaya jika (pemotongan) dipusatkan di satu tempat. Alternatip lain terdengar dari Surya Jaya sendiri, yaitu supaya pemerintah mengizinkan impor sapi. Menurut drh Sumpomo, Kantor Komisaris Dagang Australia telah menawarkan sapi dari negaranya dengan harga bersaing: Untuk prangko Tanjung Perak, sapi 400 kg dengan Rp 70.000 saja dalam keadaan hidup dan segar. Wah, untuk seberat itu sapi pribumi berharga Rp 140.000 lebih. "Jangan kuatir " sambung drh Sumpomo, "daging yang berasal sapi impor itu akan kita ekspor." Dikatakannya Teheran Shaban dan Iran berminat membeli daging dari Indonesia sampai 10.000 ton setahun. Tapi rupanya permintaan Iran itu belum bisa dipenuhi karena kalkulasi harga tidak cocok jika harus memakai sapi domestik. Tapi kenapa Iran? Di sana, sambung drh Sumpomo, Indonesia diketahui "memotong secara Islam".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus