Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Yang Membelanjai Amerika

Sejumblah bank jepang siap bertengger di as untuk memodali berbagai perusahaan. bank-bank jepang, seperti daichi kangyo, sumitomo, fuji bank, merajai dunia. meski tingkat pengembalian laba rendah, tapi lincah. (eb)

16 Agustus 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NIPPON "mendarat" di Amerika. Lihatlah: sejumlah lembaga keuangan Jepang kini sedang bersiap mengikuti langkah Sumitomo Bank untuk menancapkan kaki di sana. Tiga tahun terakhir ini memang, Amerika banyak menarik bankir Jepang, terutama sesudah perusahaan raksasa seperti Toyota dan Nissan menanamkan modal di sana. Bank sebagai penyedia pembiayaan bagi kelompoknya itu, apa boleh buat, jelas harus membuntuti ke mana perginya nasabah mereka. Ambil contoh ketika, 1983, Nissan memutuskan mendirikan perakitan mobil di Smyrna, Tennessee, Industrial Bank of Japan tampil sebagai pemimpin untuk mengorganisasikan mobilisasi dana US$ 600 juta lewat penerbitan obligasi. Tapi bisa saja, sebuah bank Jepang yang tidak punya saham di Toyota, misalnya, membantu membiayai pendirian perakitan di Amerika -- kendati bukan anggota grup (keiretsu). Yang penting bagi mereka, bagaimana bisa menyalurkan surplus dana, setelah dalam tempo relatif singkat kekayaan mereka naik lebih dari 30% akibat menguatnya yen. Surplus yang diperoleh dari perdagangan luar negeri banyak perusahaan Jepang, yang tahun ini diduga akan mencapai US$ 56 milyar, juga ikut menambah tebal kantung para bankir itu. Jadi, tak heran kalau Dai-Ichi Kangyo, di kuartal pertama 1986 ini, tampil sebagai bank terbesar di dunia dengan kekayaan mencapai US$ 207 milyar atau 10 kali APBN Indonesia. Menurut koran American Banker, pekan lalu, Citicorp-Citibank, yang selama lima tahun terakhir memimpin, tercatat hanya mempunyai kekayaan sekitar US$ 176 milyar. Faktanya, memang, empat dari lima bank terbesar di dunia sekarang berasal dari Jepang. Di antara nama besar itu: Fuji Bank (US$ 143 milyar per Desember 1985), Sumitomo Bank (US$ 130 milyar), dan Mitsubishi Bank (US$ 133 milyar). Padahal, lima-enam tahun lalu, tak satu pun bank Jepang masuk dalam hitungan kelompok lima besar. Hanya Dai-Ichi Kangyo, yang ketika itu termasuk hitungan, menduduki peringkat ke-10. Dan jangan kaget kalau, tahun lalu, kelompok bank Jepang tercatat sebagai pemberi pinjaman terbesar dengan nilai US$ 650 milyar sementara perbankan Amerika hanya menyalurkan kredit sekitar US$ 600 milyar. Bidang pembiayaan mereka juga cukup luas: dari proyek penambangan bijih besi di Brasil, perakitan mobil di Afrika Selatan, sampai usaha pembangunan jalan bawah laut Chunnel yang akan menghubungkan Inggris dengan Prancis. Karena uang mereka melimpah, kalau ada tawaran menarik, mereka mau juga membeli bank lain. Ambil contoh dengan usaha Sanwa Bank membeli sebuah bank di San Francisco, yang merupakan anak perusahaan Lloyd's Bank (Inggris), seharga US$ 263 juta dalam waktu dekat ini. Longgarnya ketentuan pemerintah Jepang juga menjadi salah satu pendorong perbankan Jepang untuk menanamkan sekitar 25% kekayaan mereka di luar negeri. Di Amerika sendiri, sekarang, beroperasi tidak kurang dari 38 bank negeri sakura -- sebagian besar bercokol di New York dan California. Di London, tercatat 35 bank Jepang -- dengan jumlah kekayaan sekitar 25% dari seluruh kekayaan perbankan di Inggris. London memang perlu dimasuki, karena kota itu merupakan, pusat kegiatan usaha menerbitkan obligasi Eropa (Eurobonds) Di pasar ini, pemberi pinjaman bisa menjadi penjamin penerbitan obligasi dalam pelbagai mata uang, yang bebas dari ketentuan pemerintah. Memasuki semester kedua tahun ini, bank Jepang telah menangani penerbitan obligasi senilai US$ 12,6 milyar, nomor dua setelah kalangan perbankan Amerika. Padahal, enam tahun lalu, hanya US$ 1,5 milyar. Kegarangan, yang disertai kesediaan berkorban untuk kepentingan jangka pendek guna memperoleh pasar di masa mendatang, agaknya merupakan kunci sukses para bankir Jepang. Bayangkan saja, mereka berani memberikan pinjaman ke para pengusaha Amerika dengan bunga 0,125% sampai 0,250% lebih rendah dibandingkan bunga yang dikenakan kalangan perbankan lokal. Kata David Lough, Direktur Utama National Westminster Bank, "Bankir Jepang melihat pasar untuk kepentingan jangka panjang. Mereka siap merugi di awal operasi." Karena itu pengembalian laba atas kekayaan (return to assets) perbankan Jepang terhitung rendah. Sumitomo Bank, misalnya, tingkat pengembalian labanya hanya mencapai 30 sen dolar atas setiap US$ 100 kekayaannya. Bandingkan dengan tingkat pengembalian Citibank yang tercatat 75 sen, dan Morgan Guaranty Trust Bank, yang mencapai USS 1,35. Tapi bagi orang Jepang, itu sudah normal. "Ekonomi Jepang hakikatnya beroperasi dengan tingkat keuntungan rendah. Pemegang saham umumnya tidak menuntut dividen terlalu tinggi seperti di negara lain," kata Yoshiteru Murakami, Direktur Internasional Dai-Ichi Kangyo.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus