Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Yang membeli prestise

Mobil-mobil eks ktt laku keras. pt indo citra, importir mobil ktt diperkirakan untung 100%.

19 September 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HUKUM pasar kali ini sedang dijungkirbalikkan. Apa pasal? Lazimnya, harga mobil bekas (second hand) jauh lebih murah ketimbang mobil baru. Yang kini terjadi, harga mobil bekas malah melambung tinggi. Adapun barang bekas itu adalah mobil-mobil mewah yang dipakai oleh anggota dan pemimpin delegasi Konperensi Tingkat Tinggi Nonblok ke-10 di Jakarta, awal September silam. Mobil yang jumlahnya ratusan unit itu langsung didatangkan dari pabriknya diluar negeri oleh PT Indo Citra -- perusahaan gabungan Indomobil dan Bimantara Citra yang ditunjuk Pemerintah untuk mengurusnya. Ada Mercedes Benz atau Baby Benz 300 SEL 3.2 (3.200 CC), minibus VW Caravelle GL, Nissan Patrol, Nissan Cedric, Volvo 960, dan Nissan President. Seperti diketahui, Baby Benz disediakan bagi para kepala negara, Volvo 960 untuk para menteri. Sedangkan untuk ibu-ibu negara yang ikut ke Jakarta disediakan Nissan President. Adapun anggota delegasi cukup diangkut dengan Caravelle. Setelah dipakai selama KTT, barang-barang ini dikembalikan kepada PT Indo Citra untuk dijual. Nah, mendadak hukum pasar pun tiba-tiba menyimpang. Kabarnya, Indo Citra bisa menangguk untung dua kali lipat dari harga belinya. Hitungannya begini. Ambil contoh merk Mercedes Benz. Di negeri asalnya cuma dijual US$ 50 ribu (Rp 100 juta). Biasanya, terhadap barang mewah seperti ini Pemerintah mengenakan pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar 300%. Berarti, kalau mengikuti prosedur biasa, harganya akan melambung sampai Rp 400 juta. Tapi khusus untuk mobil-mobil KTT, importirnya hanya dikenai PPN 50%. Dengan bea masuk 50% plus biaya-biaya lain, Indo Citra hanya mengeluarkan Rp 200 juta per unit mobil. "Oleh Indo Citra kemudian dijual Rp 450 juta. Artinya, untung 100% lebih," ujar sumber TEMPO yang tak mau disebut namanya. Ia sendiri "dibujuk" untuk membeli sebuah Mercy. Dengan bujukan atau tidak, ternyata mobil-mobil eks KTT laku keras. Menurut Ronnie Suryanto, semua mobil itu sudah habis terjual sebelum KTT berlangsung. Perusahaan taksi Blue Bird, umpamanya, memborong 160 Nissan Cedric. Ronnie adalah manajer umum NV Mass, dealer yang ditunjuk oleh Indo Citra sebagai satu-satunya official workshop untuk mobil-mobil bekas KTT. Khusus untuk memperebutkan 110 Baby Benz, ada 200 nama dalam daftar tunggu yang siap mengganti bila pembeli pertama mengundurkan diri. Dan sampai saatini ternyata belum ada yang mundur. Orang-orang berduit memang mengincar Baby Benz. "Selain bekas dipakai para kepala negara, mobil ini antipeluru dan memang canggih tiada tara. Serba otomatis, kedap suara, dan tidak terpengaruh terhadap perubahan hawa," ujar Ronnie lagi. Ada beberapa alasan mengapa mereka berebut membeli. Pertamatama, mobil eks KTT belum beredar di Indonesia. Sebagai penggemar berat merk VW, seorang kontraktor real estate dari Jakarta Selatan telah mengoleksi empat jenis VW yang terawat baik. Tapi hal itu tidak menghalanginya untuk membeli VW Caravelle eks KTT yang harganya Rp 160 juta. Padahal, menurut seorang petugas keamanan KTT, harga belinya cuma Rp 60 juta. Bagi sang kontraktor, hal itu tak menjadi soal. "Ini mobil built up. Pasti istimewa. Bahkan saya dengar tidak sama dengan VW Caravelle yang dijual diJerman sana. Apalagi di sini," begitu alasannya. Satu sumber lain membisikkan, kalau saja mau bersabar dan menunggu sebentar, mereka tak usah berebut membeli mobil bekas. Ia lalu menyebutkan rencana Pemerintah tentang deregulasi otomotif, yang kalau diberlakukan, mobil mewah akan bebas impor. Bahkan juga bea masuknya diturunkan. Tapi, benarkah?" Karena ada KTT, deregulasi itu diundurkan sampai sekarang. Mungkin ada yang takut kalau mobil-mobil bekas itu tidak laku," ujar sumber tersebut. Alasan lain, adanya bujukan halus. Seorang pengusaha mengaku "dirayu" oleh orang dalam agar membeli sebuah. "Dia bilang membeli mobil bekas KTT adalah bukti peran serta pengusaha dalam menyukseskan konperensi," tutur seorang konglomerat yang akhirnya merogoh Rp 280 juta untuk sebuah Nissan Cedric. Alasan yang umum, mungkin prestise. Ronnie Suryanto memastikan, "Prestiselah yang mereka beli. Demi gengsi dan terkesan eksklusif. Tak heran bila banyak yang memperebutkan Baby Benz tumpangan Yasser Arafat, tokoh paling dikenal dalam KTT," ujarnya. Memang, tidak semua orang berduit ikut-ikutan berebut mobil. Ada yang malah bersikap sinis. "Bangsa kita ini memang mudah terpesona oleh barang-barang mahal supaya dianggap hebat," katanya. Ia mengaku pernah ditawari untuk ikut "berpartisipasi", tapi ditolaknya. "Mengapa harus membeli yang bekas kalau sebentar lagi yang lebih gres akan beredar di sini?" Dikatakannya, pembeli mobil KTT itu ibarat membeli kucing dalam karung. Tak mengetahui kondisinya. Sebagai anggota panitia, ia mengetahui adanya peristiwa tabrakan beruntun di antara konvoi mobil delegasi KTT di Harmoni, Jakarta Pusat. Siapa tahu mobil yang dibeli termasuk cacat. Daripada mendapat barang tak mulus, lebih aman membeli barang yang 10% baru. Hal itu bukan tidak mungkin. Menurut sumber ini Baby Benz SEL 300 tahun ini juga akan dirakit di Indonesia. Bicara tentang mobil eks KTT, diakui Ronnie bahwa kendaraan itu memang belum sampai ke tangan pembelinya. Berarti, mereka belum mengetahui kondisi mobil yang mereka beli. Ada apa? Menurut Ronnie, semua mobil eks KTT masih diparkir di bengkel untuk diperiksa kelengkapannya. "Mungkin baru pekan-pekan ini diserahkan kepada yang berhak." Priyono B. Sumbogo, Wahyu Muryadi, Ivan Harris

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus