PUSAT kesegaran jasmani diam-diam ternyata sudah menjadi obyek bisnis. Sejumlah pengusaha belakangan ini terasa seperti berlomba menanamkan ratusan juta hingga milyaran rupiah dana mereka untuk membuka proyek penyegar tubuh manusia itu. Di Jakarta saja kini sedikitnya sudah dibuka 40 fitness center (FC) baru. Dan dengan fasilitas yang berbeda, juga di pelbagai kota lainnya. "Ini memang bisnis baru, bukan sekadar latah, tapi memang bisa menguntungkan," kata Abdul Latief, 46, Dirut PT Sarinah Jaya, yang ditemui Gatot Triyanto dari TEMPO, Minggu pekan lalu, di sela kemeriahan lomba kesegaran jasmani Perlombaan Discorobic -- di lantai paling atas Gedung Pasaraya Sarinah Jaya, di kawasan Blok M, Jakarta Selatan. Latief, sejak enam bulan lalu, memang telah membangun fitness center (FC) baru dengan investasi sekitar Rp 250 juta. Nama FC baru itu Total Fitness Center tak serupa FC dengan nama sama di daerah Cikini Raya, Jakarta Pusat. Latief menargetkan maksimal 4 tahun modal yang sudah ditanamnya bakal bisa kembali. "Konsep pasar kami, perbelanjaan untuk satu keluarga. Karenanya, segala keperluan keluarga dari mulai anak-anak sampal orang tua termasuk yang perlu untuk kesehatan mereka harus diusahakan ada," kata pengusaha yang dikenal sebagai raja pedagang eceran itu, bersemangat. Tampak santai dengan balu kaus, ayah tiga anak itu merencanakan melengkapi FC-nya itu, nanti. Misalnya, dengan kolam renang dan fasilitas lainnya, seperti sauna dan juga whirl pool (semacam kolam mandi berisi pusaran air hingga yang mandi merasa seperti dipijat). Kini, beroperasi setiap hari di areal seluas 400 m2 di lantai 7 gedung -- yang pernah terbakar Oktober 1984 lalu -- itu, Total Fitness Center, agaknya, termasuk laris. Sebab, sekarang saja sudah hampir 800 terdaftar sebagai anggota mereka. Membayar uang masuk sekitar Rp 300.000 dan iuran Rp 30.000 per bulan per orang -- disediakan juga tarif khusus untuk keluarga dan mereka yang mau bayar harian -- para anggotanya dijanjikan mendapat 14 macam program latihan kesegaran jasmani. Mereka dibimbing oleh sejumlah pelatih dengan alat senam serba baru. Mulai dari komputer yang khusus untuk menyusun program latihan hingga pelbagai peralatan latihan otot. Memang, untuk menarik masuknya sebanyak mungkin peminat, dalam peralatan itulah, antara lain, sejumlah pemilik FC kini bersaing. Tak heran jika, di samping para pemilik FC, persaingan bisnis juga terasa tajam di antara para produsen alat senam dan juga komoditi pelengkap lainnya (lihat Perang Merk dan Bikinan Lokal). Dalam memakai alat senam tadi, para pemilik FC seperti berlomba pula menghabiskan biaya. "Kami mengeluarkan dana seluruhnya sekitar Rp 100 juta untuk membeli 15 macam alat yang kebanyakan buatan Amerika," Brian J. Billdt, 29, manajer Fitness Kelapa Gading Sport Club (KGSC), sebuah pusat kesegaran jasmani yang beroperasi di kawasan Perumahan Kelapa Gading Permai, Jakarta Utara. Terletak di sebidang tanah seluas 30.000 m2, KGSC, termasuk pusat kesegaran jasmani yang terbilang komplet di Jakarta. Dibuka Mei 1984, FC ini dilengkapi dengan pelbagai fasilitas: lapangan tenis, kolam renang, lapangan bulu tangkis, ruang main bilyar, lapangan voli, dan track buat lari. Dan tentu saja, satu ruangan lebar yang didekor dengan tata warna yang teduh berlapis karpet hijau rumput dan berpengatur suhu -- buat latihan jasmani. Untuk bisa main di klub ini, harus terlebih dahulu menjadi anggota. Bisa diperoleh setelah membayar uang jaminan Rp 1.190.000 per orang. Atau Rp 1.700.000 per keluarga (suami-istri dengan 3 anak). Uang jaminan ini berlaku untuk dua tahun. "Setelah itu bisa diambil kembali, jika mau keluar," kata Pitra Kelana, Manajer KGSC. Ada dua jenis anggota yang disediakan, biasa dan tidak tetap. Anggota biasa sudah tercatat sekitar 250 -- diminta membayar iuran Rp 50.000 per orang atau Rp 65.000 per keluarga. Dan anggota tidak tetap diharuskan membayar iuran Rp 70.000 per orang atau Rp 90.000 per keluarga. Dengan itu mereka berhak memakai semua fasilitas yang tersedia, kecuali FC Untuk bisa memanfaatkan pusat kesegara jasmani itu mereka masih ditagih lagi juga tambahan Rp 10.000 dan Rp 15.000 per orang dan per pasangan per bulan. Khusus kesegaran jasmani, KGSC memang bekerja sama dengan Clark Hatch Physical Center, salah satu pionir kegiatan FC dunia yang berpusat di Honolulu Hawaii, AS. Klub ini sudah punya 2 cabang di 12 negara. Dan pada 1978, membuka cabang pertama di Hotel Hilton Jakarta. Kegiatan FC memang mulai dikenal di sini, sejak 1975. Waktu itu, Gubernur Ali Sadikin yang memelopori kegiatan untuk memelihara kesegaran tubuh ini. "Agar semangat kerja karyawan dan pejabat DKI tetap tinggi," kata Bang Ali -- yang hingga kini masih rajin masuk FC di Hotel Mandarin, Jakarta -- tatkala meresmikan Pusat Kesegaan Jasmani DKI di Kantor Pemda DKI di Jalan Merdeka Selatan, Jakarta. Pelbagai instansi pemerintah dan swasta kemudian meniru langkah ini. Di antaranya, Clark Hatch, di Hotel Hilton. Mereka, investor asing pertama yang beroperasi di sini. Dan ketika baru buka, sama sekali belum dibayangkan usaha ini sebagai bisnis. Baru setelah kini berhasil membuka cabang di 6 tempat di 4 kota (Jakarta, Surabaya, Medan, dan Palembang), kantor pbsat mereka, menurut Brian -- yang ikut mengawasi semua kegiatan FC yang berafiliasi dengan Clark dan Hatch di Indonesia -- yakin usaha ini menguntungkan. Buktinya jelas. Dulu anggota mereka hanya 200 orang (semuanya orang asing), kini jumlah itu sudah mencapai 2.000 orang. "Tumpuan kami tak lagi pada orang asing, tapi semua orang Indonesia," tambah Brian, Master jurusan pendidikan jasmani, lulusan Universitas Washington, 1981, sambil tersenyum lebar. Ia mengatakan kantornya sudah menanam lebih US$ 250.000 buat 6 FC mereka diseluruh Indonesia. Sebagian besar buat melengkapi peralatan senam. Meskipun mengaku dari segi bisnis FC kini sudah mulai jenuh, karena jumlahnya terus bertambah, Brian tak sungkan mengatakan, mereka kini bisa sedikitnya memperoleh keuntungan kotor sekitar US$ 150.000 -- seperti jumlah yang mereka peroleh tahun lalu. "Bergantung berapa jumlah anggota yang bisa dijaring," tambah Brian. Di Jakarta, selain di Hotel Hilton, Clark buka praktek di Hotel Borobudur dan juga di KGSC tadi. Di Hilton, mereka menetapkan bayaran uang pangkal US$ 400 per orang, dan iuran US$ 35 per orang per bulan. FC ini termasuk bergengsi. Sebab, di sinilah pertama kali diterapkan pemakaian Body Composition Test Compter, sejenis komputer yang bisa menguji kondisi orang yang diperiksanya sebelum ikut latihan dan sekaligus menetapkan program latihan kesegaran jasmani yang layak buat mereka. Banyak pejabat dan eksekutif yang suka ke luar negeri masuk FC ini. Menlu Mochtar Kusumaatmadja termasuk anggota FC Hilton. Mungkin karena ada ketentuan dengan jadi anggota Clark dan Hatch di suatu tempat, mereka dapat juga masuk ke FC yang berafiliasi ke Clark dan Hatch di tempat lain di seluruh dunia. Klub ini sekarang masih dipimpin Clark Hatch, 48, yang bermarkas di Gedung Amfac, Honolulu. Setiap tahun klub ini mereguk keuntungan dari kegiatan memeras keringat orang itu sekitar US$ 4 juta. Besarnya perolehan laba ini yang menyebabkan orang-orang Clark pernah ribut 1984 lalu. Ada yang tak puas pada kepemimpinan tokoh fitness ini. Dialah Joe Louis. Tokoh ini yang lama bekerja buat Clark, lalu ke Singapura. Dan di Negeri Singa ini, ia mendirikan wadah baru: Fitness International (FI), yang hingga kini sudah membuka cabang di 9 tempat di 6 negara. Di Indonesia, FI memiliki 3 caban. Dua di Jakarta (Hotel Mandarin dan Wisma Metropolitan II) dan satu di Surabaya (Hotel Hyatt). Yang terbesar, dan mulai membayangi kebesaran Clark, bermarkas di Hotel Mandarin. Sudah menanam investasi US$ 200.000 dan kini beranggota sekitar 1.000 orang, FC ini menekankan konsep tak hanya memberikan bimbingan pada latihan fisik. Tapi juga pada gizi yang dikonsumsi semua anggotanya. "Percuma latihan, kalau pengetahuan gizi tak ada," kata Mike Shannon, 27, manajer FI untuk Indonesia, kepada Ahmed Soeriawidjaja dari TEMPO. Kendati masih baru, menurut Shannon, FI tetap tak kalah pamor dari Clark dan Hatch. Terbukti, kini mereka sedikitnya bisa menjaring masuknya 25 anggota baru di Mandarin dan di Wisma Metropolitan II, Jakarta. "Meskipun tak sebaik tiga tahun lalu, kami tetap optimistis, bisa berusaha di sini," kata Shannon, sarjana muda jurusan ilmu pendidikan Western Washington University, AS. Kedua klub khusus FC ini, tak ayal, tengah meramaikan persaingan antara FC yang tumbuh bak jamur di pelbagai kota. Di Jakarta, selain yang tadi sudah disebut, masih terdapat sejumlah FC lain. Dengan fasilitas yang bisa jadi lebih nyaman, misalnya, Cinere Country Club (CCC), yang terletak di kawasan perumahan Villa Cinere Mas, Jakarta Selatan. Terletak di sebidang tanah seluas 2.500 m2 -- luas seluruh areal kompleks olah raga ini sekitar 4 ha -- CCC, boleh jadi, termasuk yang paling mahal mengutip uang pangkal buat para anggotanya. Yakni sekitar Rp 2 juta untuk sekeluarga (suami-istri dan 4 anak di bawah 21 tahun). Uang iuran bulanan Rp 45.000. Sedangkan bagi perorangan uang pangkal Rp 1,8 juta dan iuran bulanan Rp 30.000 per orang. Baru berdiri setahun lalu, "Ini klub yang cocok buat keluarga yang sibuk," kata Davy Sukanta, manajer pemasaran CCC. Sampai Agustus lalu, klub ini, toh, berhasil menjaring 300 anggota. Dan menurut Davy, mereka menargetkan jumlah anggota 500 orang. Jumlah tadi bukan mustahil diperoleh CCC. Maklum, banyak kalangan atas di Jakarta kini memang sedang demam FC. Di Surabaya, hingga Agustus lalu, sedikitnya sudah berdiri 4 FC baru. Dua yang terbesar adalah Biliton Physical Fitness Center di Jalan Biliton dan International Physical Fitness di Hotel Hyatt. Dengan tarif uang pangkal antara Rp 100.000 dan Rp 200.000 per orang dan per keluarga, keduanya tetap pula diserbu calon sebagai anggota. Hingga kini lebih dari 1.300 di antaranya ditampung Biliton, dan ratusan lainnya diterima Hotel Hyatt. KEADAAN serupa juga terjadi di Medan. Kini sekitar 20 FC sudah pula. bersaing di ibu kota Sumatera Utara ini. Dari mulai kelas menengah dengan tarif menjadi anggota sepertiga tarif di Jakarta dan Surabaya hingga yang nyaris menyamainya. Belum diperoleh berapa persisnya jumlah total FC yang kini ada di seluruh Indonesia. Demikian juga belum diketahui berapa total rupiah yang kini menggerakkan bisnis baru ini. Yang terang, sebagai kegiatan baru, FC sudah ikut membantu kehidupan ratusan atau ribuan orang yang mendapatkan penghasilan dari sektor itu. Contohnya, Rochmat Juraini, 39, bekas binaragawan dan pernah jadi Mr. Asia dan juga Mr. Universe dalam pemilihan di Singapura 1969. Ayah tiga anak ini sebelumnya tak tentu pekerjaannya. Tapi sejak 1985 lalu dikontrak perusahaan Kettler, untuk jadi pemeraga alat-alat buatan mereka, selama dua tahun. Bayarannya, lumayan, sekitar 15.000 dolar Singapura setahun. Dengan uang kontrak itu pula, Rochmat, asli Kendal, Jawa Tengah, sejak 3 bulan lalu, memberanikan diri membuka klub FC sendiri di Singapura. Namanya Newbret's International Club, yang saat ini punya anggota sekitar 600 orang. "Kebanyakan wanita," katanya, sambil tertawa lebar pada wartawan TEMPO Mukhsin Lubis di Medan. Selain Rochmat, Anna, 19, lulusan SMA tahun lalu, juga termasuk yang beruntung. Sebab, dara ini sekarang bisa mengantungi Rp 200.000 per bulan, hasil bekerja sebagai instruktur di FC Cinere Country Club, Jakarta. Malah gadis yang dalam 5 tahun aktif sebagai pesenam ini sekarang juga sibuk membagi waktunya agar juga bisa memberikan latihan di FC lain yang membutuhkan tenaganya. "Habis, pekerjaan ini juga termasuk hobi saya," katanya. Marah Sakti Laporan biro-biro
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini