Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Agar Pekerja Milenial Tidak Hidup Boros di Ibu Kota, Ini Kuncinya

Biaya hidup di Ibu Kota sangat besar, ditambah dengan gaya hidup boros kaum milenial. Konsultan media sosial ini membagikan triknya.

9 Juli 2019 | 14.40 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi Generasi Milenial. all-souzoku.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Hidup di Ibu Kota cukup keras, apalagi bagi kaum milenial yang baru mulai bekerja. Pekerja milenial bukan hanya harus menanggung biaya sewa tempat tinggal, transportasi, dan kebutuhan sehari-hari, tapi juga biaya hidup yang tidak murah. Tidak heran para pekerja milenial ini kebanyakan menghabiskan uang dengan sia-sia, bahkan cenderung berutang. 

Baca juga: Pilihan Gerai Bisnis Minuman Milenial, Modal di Bawah Rp 20 Juta

Tapi sebenarnya hidup di Jakarta tidak perlu sampai berutang, asal pandai mengatur keuangan. Sayangnya, kepandaian itu jarang dimiliki pekerja milenial. Kebiasaan yang tak pernah jauh dari teknologi dan sosial media, membuat mereka cenderung memiliki karakter terburu-buru dan impulsif, sehingga tidak memiliki perencanaan untuk jangka panjang.

Social Media Consultant, Jonathan End, mengatakan adanya media sosial seperti Instagram, lalu di dalamnya ada para influencer, bisa men-trigger para milenial ini untuk bisa menjadi seperti mereka. "Sehingga mempengaruhi lifestyle mereka dan malah menjadi impulsif," kata Jonathan kepada Antara beberapa waktu lalu di Jakarta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pria yang juga aktif membagikan konten seputar budgeting di Instagram itu menambahkan bahwa, gaya hidup impulsif seperti slogan YOLO (You Only Live Once) hingga maraknya budaya "ngopi" bersama kolega seusai bekerja, membuat pekerja muda tidak sadar bahwa telah mengeluarkan uang demi hal-hal kecil yang bukan prioritas.

"Bayangkan saja, gaji misalnya 5 juta, es kopi sekali beli 30 ribu, dikalikan saja selama 20 hari kerja, sudah berapa uang yang terbuang demi itu saja? Padahal kebutuhan kita, gol kita kan bukan itu," jelas Jonathan.

Menyampingkan hal-hal impulsif seperti membeli es kopi dan nongkrong bersama kawan, mungkin terasa berat di era yang menuntut eksistensi diri di lingkaran pertemanan dan media sosial ini. Sehingga banyak milenial yang memaksa diri untuk terus "terlihat" tanpa memikirkan hal lain yang lebih penting.

Rekomendasi Jonathan bagi para pekerja milenial agar pemasukannya tidak terbuang sia-sia adalah memulai untuk melakukan perencanaan keuangan, melihat apa prioritas utama yang harus dipenuhi.

"Jadi misalnya gol-ku adalah punya rumah sendiri di umur sekian. Nah aku harus bisa memperhitungkan berapa persen dari gajiku untuk ditabung demi goal itu tadi," ujarnya.

Namun, tujuan jangka panjang seperti rumah, mobil, hingga perjalanan liburan ke luar negeri tersebut agar dapat dicapai, tentu membutuhkan waktu yang tak singkat. Terlebih, karakter tergesa-gesa yang terbentuk di generasi ini kerap membuat mereka tidak sabaran dan malah menyerah untuk gol tersebut.

Baca juga: UGM Dorong Kaum Milenial Berwirausaha

"Benar-benar harus niat dan komitmen dengan diri sendiri. Harus mau bersusah payah dulu di usia muda, biar ke depannya bisa menikmati jerih payah itu," tutup dia.

ANTARA 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus