Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Agar Tiang Tubuh Tetap Lentur

Penyisipan Intraspine menggantikan sekrup yang ditanam pada pedikel tulang belakang. Pasien bisa leluasa membentuk posisi tubuh: membungkuk, menengadah, bahkan kayang.

30 September 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sejak awal tahun ini, Lilyana Gauw, 54 tahun, merasakan nyeri di sekujur pinggang bagian belakang. Awalnya, dia tidak terlalu menganggapnya serius. Dua bulan berlalu, sakitnya mulai menjalar ke kaki. Bahkan Lily kerap terserang panas dalam, kesemutan, ngilu dan kaku di kaki, serta mata kakinya membengkak. "Awalnya sih cuma diurut. Tapi, ketika jalan sudah agak pincang, saya ke dokter," ujar perempuan yang mengelola toko kelontong di rumahnya di Sunter, Jakarta Utara, itu.

Dari kerabatnya, Lily dirujuk ke Bambang Darwono, dokter spesialis bedah tulang di Rumah Sakit Gading Pluit, Jakarta Utara. Bambang menyarankan Lily menjalani tes fotodinamik untuk mendapatkan gambaran detail tulang belakang. Juga pemeriksaan electromyography untuk mengetahui aktivitas elektronik otot, dan magnetic resonance imaging untuk pencitraan struktur tubuh bagian dalam. Hasilnya, ditemukan ada saraf terjepit di tiga ruas tulang pinggang (lumbar). Solusi yang ditawarkan adalah operasi.

"Namanya operasi kan takut. Saya berdoa saja minta petunjuk Tuhan," ujar Lily. Ternyata pertanda datang lewat kondisinya yang terus memburuk. Tak cuma nyeri di sekujur badan, giliran tangan yang tak bisa ditekuk. "Duduk, tidur, bangun enggak enak," katanya.

Bambang meyakinkan Lily bahwa operasinya terbilang kecil alias minimal invasive. Dengan teknik laparoskopi, saraf yang terjepit itu dibebaskan. Cara kerja teknik ini adalah dokter memasukkan kamera mini ke dalam tubuh melalui sayatan kecil dan memakai peralatan operasi yang berdiameter mungil sebagai ganti tangan-tangan dokter. Untuk memulihkan kestabilan dinamis tulang belakang Lily, dokter bedah menanamkan alat bantu yang dipasang di sekitar ruas-ruas tulang pinggang yang bermasalah.

Dulu, di antara alat bantu yang dipakai ada sekrup pedikel yang terbuat dari logam campuran. Alat tersebut biasa dipasang di antara pilar tengah tulang pinggang yang berbentuk segitiga sama sisi. Pilar tengah adalah bagian terpenting karena mengatur gerakan antar-ruas tulang dan berguna sebagai pengendali distribusi beban.

Namun alat bantu itu memiliki keterbatasan. Sekrup yang dipasang pada pedikel (bagian tulang belakang yang paling kuat) memang bisa menggantikan sejumlah fungsi tulang pinggang yang rusak. Tapi, kata Bambang, efek dari pemakaian sekrup ini adalah kelenturan tubuh pasien jauh berkurang—kaku.

Kepada Lily, Bambang lantas menawarkan solusi baru berupa pemasangan alat bantu bernama Intraspine. Sejak tiga tahun lalu, Bambang bersentuhan dengan produk Cousin Biotech, Prancis, ini. Dalam situs resmi perusahaan itu, Intraspine dijelaskan sebagai sistem stabilisasi dinamis yang memungkinkan penggunanya kembali mengaktifkan rotasi sumbu tulang belakang setelah operasi.

"Sangat berguna untuk masyarakat Asia yang berkultur dinamis," ujar pengajar di Universitas Tarumanagara, Jakarta, ini. Masyarakat Asia dikenal memiliki banyak aktivitas yang menuntut kelenturan tulang belakang, seperti jongkok, bersujud, bersimpuh, kayang, dan goyang pinggang.

Intraspine terbuat dari silikon khusus medis yang dilapisi poliester. alat ini berbentuk balok sebesar enam sentimeter persegi berwarna putih. Sisi depan (anterior) memiliki tonjolan aneka ukuran: 8, 10, 12, dan 16 milimeter. Sisi belakang (posterior) mempunyai dua sayap segitiga. Menurut Bambang, pilihan ukuran itu menyesuaikan jarak ruang interlamina, tempat sisi depan dipasang.

Bagian belakang akan ditempatkan di pilar belakang tulang pinggang. Tujuannya untuk menjaga Intraspine stabil pada tempatnya. Di antara sayap segitiga, ada lekukan, "Sehingga tidak menghambat gerakan ruas tulang, karena ada efek kenyal (cushion effect)," ujar pria kelahiran Magelang 65 tahun silam itu.

Pada Lily, dipasangkan tiga unit Intraspine. "Kalau posisinya tidak betul, masih bisa dikoreksi," ujarnya. Lalu bagian-bagian di sekitar lamina pun dirapikan. Complex fascia supraspinatus atau CSF yang longgar dikencangkan. Dulu CSF dianggap sebagai ligamen (jaringan yang menghubungkan antartulang). Sebetulnya CSF merupakan jaringan yang menautkan tulang dan otot. "Itu adalah konektor alami," ujar Bambang. Pada pemasangan sekrup pedikel, CSF acap dibuang karena dianggap menghalangi.

Intraspine, diakui Bambang, juga tidak sempurna. "Tentu ada kontraindikasinya." Misalnya, pada tulang yang sudah menjadi satu, tak ada tempat lagi bagi Intraspine. Dalam situs resminya, tertulis juga kontraindikasi bisa terjadi pada penderita osteoporosis tingkat lanjut, tumor tulang belakang, alergi terhadap komponen Intraspine, dan infeksi, serta ibu hamil dan anak-anak. "Ini teknologi baru dan dua bulan lagi hadir di buku teks kedokteran yang dipublikasikan penerbit India," ujar Bambang.

Setelah operasi selama enam jam, Lily sempat siuman dan menyalami Bambang. "Makasih ya, Dok," ucap Lily, yang masih mengingat suasana ruang operasi. Hari ketiga pasca-operasi, ia diperbolehkan turun dari kasur dan menjalani fisioterapi. Tiga hari berikutnya, Lily sudah menikmati nyamannya kasur di rumah sendiri. "Pesan Dokter cuma enggak boleh bungkuk, jongkok, dan mengangkat yang berat-berat," kata Lily, yang ditemui di Rumah Sakit Gading Pluit awal September lalu.

Kini yang tertinggal hanya tiga barut jahitan berundak masing-masing sepanjang tujuh sentimeter di pinggang belakang Lily. Bekas sayatan operasi itu selalu ditutupi korset saban hari selama tiga bulan. "Kalau pakai korset, saya merasa terlindungi," ujar ibu tiga putra dan putri ini.

Korset itu akan dicopot pertengahan bulan ini, tepat tiga bulan seusai operasi. Setelah itu, ia bisa leluasa membungkuk dan menengadah. Total waktu penyembuhan pasien, kata Bambang, adalah enam bulan. Tiga bulan pertama merupakan proses menyambungkan tulang. Meski pasien tidak merasa sakit, ada proses yang belum selesai. Pada bulan ketiga, kondisi tulang sudah bagus. Saat itu, pasien justru dipaksa berlatih melakukan gerakan dinamik—yang pantang dilakukan seusai operasi—seperti membungkuk dan menengadah.

Nyeri tulang belakang adalah hal alamiah yang dirasakan manusia sebagai makhluk yang berjalan tegak. Tulang belakang (vertebrae), Bambang menjelaskan, merupakan penyangga berat tubuh terbesar saat posisi berdiri, sehingga menjadi tempat yang paling terasa bila nyeri muncul.

Nyeri bisa timbul ketika orang mengangkat beban terlalu berat, yang menyebabkan keseleo, ketegangan, dan kejang pada otot atau ligamen tulang belakang. Bisa juga karena gangguan degeneratif, seperti arthritis (radang sendi), osteoporosis, penyakit tulang, iritasi sendi dan bantalan tulang, atau kelainan bawaan. Apalagi, seiring dengan bertambahnya usia, kekuatan tulang dan otot cenderung turun. "Kelebihan beban yang diangkat itu adalah risiko. Yang penting bagaimana memperbaikinya," ujar Bambang.

Dianing Sari


Pemasangan Intraspine

Alat bantu Intraspine memungkinkan penggunanya kembali mengaktifkan rotasi sumbu tulang belakang setelah operasi. Intraspine merupakan solusi baru yang sangat berguna untuk masyarakat Asia yang dikenal memiliki banyak aktivitas yang menuntut kelenturan tulang belakang, seperti jongkok, bersujud, bersimpuh, kayang, dan goyang pinggang.

  • Setelah dokter memasukkan kamera mini ke dalam tubuh melalui sayatan kecil di pinggang belakang, saraf yang terjepit lalu dibebaskan.
  • Untuk memulihkan kestabilan dinamis tulang belakang, dokter bedah menanamkan alat bantu bernama Intraspine yang terbuat dari silikon khusus medis yang dilapisi poliester. Intraspine tidak menghambat gerakan ruas tulang, karena ada efek kenyal
  • Dulu di antara alat bantu yang dipakai ada sekrup pedikel yang terbuat dari logam campuran. Namun efek dari pemakaian sekrup ini adalah kelenturan tubuh pasien jauh berkurang.
  • Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Image of Tempo
    Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
    • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
    • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
    • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
    • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
    • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
    Lihat Benefit Lainnya

    Image of Tempo

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    >
    Logo Tempo
    Unduh aplikasi Tempo
    download tempo from appstoredownload tempo from playstore
    Ikuti Media Sosial Kami
    © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
    Beranda Harian Mingguan Tempo Plus