Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Akibat Olahraga Berlebihan

Olahraga berlebihan bisa mengganggu kesuburan. Harus diperhatikan durasi yang pas.

20 Maret 2017 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MENJADI instruktur senam tak selamanya menyehatkan badan. Ini yang dialami Emie Pudji Rahayu, sekitar sepuluh tahun silam. Bukannya bugar, Emie justru merasa amat kelelahan. "Rasanya tiba-tiba lemas," kata perempuan 44 tahun ini, Selasa pekan lalu.

Emie juga punya problem lain. Keinginannya memiliki anak ketiga tak kunjung kesampaian. Penyebabnya, menurut dokter yang memeriksanya, adalah olahraga yang berlebihan. Apalagi Emie juga memiliki penyakit kista.

Dokter meminta Emie beristirahat total (bed rest) sampai enam bulan dan mengobati kistanya. Saat kembali berlatih, perempuan asal Surabaya ini secara perlahan mengurangi porsi mengajar dan menggantinya dengan porsi yang lebih ringan. Ia kini mengajar hanya dua-tiga jam sehari dari semula lima jam.

Emie merasakan saran dokter itu manjur. Setelah mengurangi olahraga dan menjalani pengobatan, ia hamil."Alhamdulillah, sekarang saya dikaruniai tiga anak," ujarnya.

Berolahraga memang menyegarkan badan, tapi jika berlebihan akan mengurangi kesuburan. Dokter spesialis kebidanan dan kandungan Relly Yanuari Primariawan mengatakan aktivitas yang melelahkan tersebut dapat memicu gangguan keseimbangan hormon pada perempuan, terutama pada sistem pusat hormonal di otak.

Menurut Relly, latihan berlebihan merupakan bentuk obsesi. Akibatnya, persepsi otak alias hypothalamus yang berperan memproduksigonadotropin-releasing hormone (GnRH) terganggu. Padahal GnRH bertugas merangsang kelenjar hipofisis yang terletak di otak untuk memproduksi luteinizing hormone (LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH). FSH berperandalam proses pematangan sel telur di dalam indung telur, sedangkan LH bertugas merangsang pematangan sel telur dan mengatur proses pelepasannya serta pelepasan indung telur alias ovulasi.

Karena keseimbangannya terganggu, produksi FSH dan LH menjadi berkurang. Akibatnya,proses produksi sel telur yang matang oleh indung telur (ovarium) menjadi berantakan dan mengganggu siklus haid. "Lama-lama haid tidak terjadi antara tiga bulan dan satu tahun," tutur dokter yang berpraktek di Klinik Fertilitas Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soetomo, Surabaya, ini.

Perkara berkurangnya kesuburan pada perempuan pernah diteliti oleh peneliti asal Amerika Serikat dan Denmark. Mereka mengikuti aktivitas fisik dan kesuburan ribuan perempuan Denmark. "Penelitian menyimpulkan olahraga keras dan berlebihan sangat berkaitan dengan penurunan tingkat kesuburan perempuan yang berat badannya normal," kata Lauren Wise, profesor epidemiologi di Boston University School of Public Health, seperti dikutip WebMD.

Menurut Wise, hasil penelitiannya mengindikasikan, aktivitas fisik apa pun bisa membantu meningkatkan kesuburan perempuan dengan berat badan berlebih. Namun, bagi perempuan dengan berat badan normal,berolahraga selama lima jam atau lebih dalam seminggu mengurangi kemungkinan hamil 42 persen setiap bulan dibanding wanita yang tak berolahraga sama sekali.Semakin berat olahraganya, kemungkinan terjadi pembuahan dan kehamilan semakin tipis.

Penelitian lain menunjukkan, atlet perempuan yang berolahraga sangat keras umumnya mengalami siklusmenstruasi yang tak teratur dan ovulasinya berkurang. Siklus menstruasi juga terlambat.

Efek yang sama berlaku pada kaum Adam. Dokter spesialis andrologi Johannes Soedjono mengatakan olahraga berlebihan bisa menyebabkan tiga masalah pada pria, yakni meningkatnya kortisol (hormon stres), produksi hormon pria alias testosteron menurun, dan terbentuknya radikal bebas. "Dua hal terakhir inilah yang berkaitan dengan kesuburan," ujarnya.

Terbentuknya radikal bebas diyakini bisa menyebabkan sperma rusak sehingga bentuknya tak normal. Akibatnya, gerakan sperma tak gesit. Padahal sperma harus berenang lincah untuk menuju sel telur sehingga bisa terjadi proses pembuahan.

Dokter spesialis andrologi Nugroho Setiawan berpendapat sama. Menurut dia, olahraga berlebihan bisa memicu stres oksidatif sehingga radikal bebas yang diproduksi semakin banyak. Dampaknya, tubuh makin membutuhkan antioksidan untuk melawan. "Radikal bebas ini yang mempengaruhi kadar testosteron lelaki," ucapnya.

Nugroho menuturkan, seorang pasiennya pernah mengalami hal itu. Saat datang, pasien yang berprofesi sebagai aktor itu mengeluh karena sulit memiliki anak. Hasil pemeriksaan menunjukkan kadar testosteronnya sangat rendah. Padahal gaya hidupnya sehat, rajin berolahraga, dan umurnya masih muda. Ternyata, setelah konsultasi, diketahui sang pasien kebanyakan berolahraga. "Berolahraga sampai empat jam dalam satu sesi ituovertraining," ujarnya.

Untuk kaum pria, banyak penelitian sudah membuktikan kelebihan berolahraga bisa menurunkan produksi testosteron. Penelitian terbaru yang dipublikasikan di Medicine & Science in Sports & Exercise, Februari lalu, menyebutkanolahraga berlebihan juga bisa mengacaukan hormon sehingga membuat gairah bercinta berkurang.

Studi yang dilakukan University of South Carolina ini melibatkan 1.100 pria yang berolahraga layaknya atlet. Mereka dibagi berdasarkan frekuensi olahraga, intensitas latihan, dan tingkat gairah seksnya. Hasilnya, pria yang berolahraga ringan memiliki gairah lebih tinggi dibandingkan dengan yang berolahraga lebih lama dan berat. Sedangkan pria yang berolahraga berat terlalu lelah atau tak tertarik pada seks.

Menurut Johannes Soedjono, olahraga berlebihan dapat membuat jumlah sperma berkurang separuhnya dalam waktu tiga bulan. Pengurangan jumlah ini sebenarnya tak bermasalah jika masih memenuhi kuota. Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada 2010 menyebutkan standar konsentrasi sperma pria berjumlah 15 juta. "Enggak jadi masalah kalau berkurang separuhnya, asalkan masih berkisar 15 juta," katanya.

Agar tak latihan berlebihan, menurut Relly Yanuari, idealnya olahraga dilakukan dua-tiga kali sepekan masing-masing selama 30 menit hingga satu jam. Kalau lebih dari itu termasuk dalam kategori berlebihan, apalagi tanpa jeda. "Ini berlaku untuk semua cabang olahraga, tanpa kecuali," ujarnya.

Meski begitu, risiko terganggunya kesuburan tak hanya dipengaruhi oleh aktivitas fisik. Diet juga mempengaruhi. Menurut Relly, dalam sebulan, sedikitnya satu pasien dengan problem diet datang ke Klinik Fertilitas gara-gara penurunan kesuburan. Ini berbeda dengan jumlah pasien akibatolahraga berlebihan yang relatif stagnan, yakni hanya dua-tiga kasus dalam setahun.

Adapun masalah kesuburan pada pria, menurut Johannes, tak hanya disumbang dari aktivitas fisik. Merokok dan minum alkohol; menggunakan celana ketat atau mandi sauna sehingga menyebabkan kulit testis panas; serta penyakit varigokel, yakni varises di pembuluh darah testis, bisa mengurangi kesuburan. Karena itu, ia menyarankan lebih baik menghindari faktor yang menimbulkan risiko tersebut. Artika Rachmi Farmita (surabaya) | Nur Alfiyah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus