Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
FASE tumbuh gigi anak membuat Dian Prima, 36 tahun, gemas. Bukan karena Titis, putrinya yang 15 bulan, jadi rewel, melainkan lantaran liurnya jadi luar biasa banyak. "Ngeces-nya terus-terusan. Harus sering ganti baju," kata ibu rumah tangga di Semarang ini, Rabu pekan lalu.
Menurut Dian, putrinya menunjukkan tanda-tanda akan mengalami tumbuh gigi pada usia delapan bulan. Saat itu, dengan gusi menggendut, dia memasukkan apa pun ke mulut dan menggigitnya. Celemek pun tak kuasa membendung banjir liur si bayi.
Seperti kebanyakan ibu-ibu muda, Dian mencari jalan keluar lewat media sosial. Di Instagram, banyak selebritas memamerkan keampuhan kalung amber dalam meringankan rasa nyeri saat gigi anak tumbuh. Kebetulan, saat hamil anak keduanya itu, Dian berserobok dengan biduan Gisella Anastasia yang sedang menggendong bayinya, Gempita, di Jakarta. Di bawah pipi gembil Gempita, tersemat kalung amber. "Kata Gisella, kalung itu bikin enggak sakit," ujar Dian. Klop.
Membeli seharga Rp 190 ribu di lapak online yang sedang menggelar diskon, Dian langsung memakaikan kalung amber di leher Titis. Tiga hari pakai, guyuran ilernya langsung reda. Merasa gangguan sudah hilang, dia mencopot untaian batu tersebut. Namun produksi liur si bayi kembali berlimpah. "Percaya enggak percaya, tapi begitulah kejadian yang saya alami," ucap Dian.
Manfaat kalung amber untuk bayi mulai diperbincangkan beberapa bulan lalu. Lihat saja akun media sosial selebritas ibu muda. Selain Gisella, ada Zaskia Adya Mecca, Jessica Iskandar, Sabai Morscheck, dan Chelsea Olivia. Pada 12 September lalu, Chelsea, 25 tahun, menuliskan bahwa salah satu khasiat kalung amber adalah mengurangi efek nyeri. Dia memakainya sejak Nastusha, anaknya, mulai mengalami tumbuh gigi.
Amber berasal dari fosil getah pohon Pinus succinifera yang terbentuk 40 juta tahun yang lalu. Fosil tersebut mengandung asam suksinat, zat yang bisa mengurangi peradangan. Baltik Wonder, salah satu penjual aksesori amber dari Florida, dalam situsnya menyebutkan hanya amber dari wilayah Baltik yang mengandung kadar asam suksinat tinggi, yang berfungsi meredakan peradangan secara alami, pereda nyeri, dan penguat sistem kekebalan tubuh. Saat bayi memakai aksesori dari amber, panas tubuh mereka akan memicu pelepasan asam suksinat yang kemudian diserap melalui kulit mereka sehingga mengurangi ketidaknyamanan tumbuh gigi.
Sebagian klaim itu disangsikan Armasastra Bahar. Guru besar Ilmu Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia ini mengatakan, sejak ratusan tahun yang lalu, masyarakat Eropa meyakini amber bermanfaat untuk membantu menyembuhkan luka dan meningkatkan daya tahan tubuh. Kandungan asam suksinatnya akan keluar dengan pemanasan pada suhu 180 derajat Celsius.
Masalahnya, menurut Arma, tidak ada suhu setinggi itu dalam pemakaian amber sehari-hari. Panas tubuh bayi hanya 36 derajat Celsius. Bisa naik sedikit saat demam. "Tapi masih terlalu jauh untuk bisa mengeluarkan asam suksinatnya," ucapnya. Pun belum ada penelitian yang membuktikan pemakaian amber bisa meredakan nyeri tumbuh gigi.
Guru besar Ilmu Biomedik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti, Melanie Sadono Djamil, mengungkapkan, kalaupun kandungan amber keluar, hal itu belum tentu baik bagi tubuh. Bagaimanapun, menurut Melanie, asam suksinat merupakan bahan kimia, yang, jika dipakai terus-menerus, bisa menumpuk di dalam badan. "Kalau berlebihan, bisa mengalami gangguan di ginjal dan lever," ujarnya. Melanie mengingatkan, penggunaan kalung, terutama saat tidur, juga dikhawatirkan membuat bayi tercekik.
Menurut Profesor Melanie, bayi rewel saat giginya tumbuh merupakan hal lumrah. Pada masa itu, gigi mendesak dan merobek gusi. Namanya gusi sobek, wajar bila anak uring-uringan, susah makan, dan hobi menggigit apa pun yang ada di sekitarnya. Rekahan gusi tersebut juga merangsang produksi air liur, sehingga jadi ileran.
Armasastra Bahar mengatakan hal terpenting di masa tumbuh gigi adalah memastikan kebersihan mulut anak terjaga. Salah satu caranya tak membiarkan anak tidur dengan susu yang masih menggenang di mulut. Sebab, susu mudah sekali berubah menjadi asam dan mengundang bakteri. Penumpukan bakteri saat gusi merekah bisa menimbulkan infeksi. Gusi bisa jadi meradang yang akhirnya membuat anak makin tak nyaman. Infeksi juga bisa dipicu kebiasaan menggigit sembarang benda. "Akhirnya rewelnya jadi makin lama," tuturnya.
Banjir liur yang banyak dikeluhkan orang tua justru merupakan mekanisme alamiah menjaga bayi. "Air liur menyapu kuman keluar," kata Melanie.
Maka, alih-alih menggunakan kalung amber, kedua guru besar kedokteran gigi itu menyarankan orang tua lebih memperhatikan kebersihan mulut anak sejak lahir. Misalnya, tiap setelah menyusu, rongga mulut bayi wajib diseka kain kasa yang dibasahi air hangat. "Kalau mulutnya bersih, enggak usah pakai batu pun rasa sakitnya hilang dengan cepat," ujar Arma.
Melanie mengatakan penggunaan teether juga merangsang pertumbuhan gigi lewat gesekan yang membantu pembukaan gusi dan rangsangan otot di sekitar rahang. Rewel saat tumbuh gigi, menurut dia, juga bisa ditekan dengan memperbanyak pemberian air susu ibu, sesuai dengan fungsinya membangun daya tahan anak. Dengan takaran cukup, tubuh anak bisa melawan infeksi sehingga luka di gusi lebih cepat sembuh.
Mengandalkan kalung, kata Melanie, bisa membuat orang tua mengabaikan penyebab lain dari keluhan anaknya. "Ketidaknyamanan anak saat tumbuh gigi tidak selalu berasal dari rongga mulut, bisa saja diare atau lainnya," tuturnya.
Nur Alfiyah
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo