Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Susah tidur pada anak bukanlah hal yang mudah dihadapi orang tua, dalam sebuah penelitian pediatri mengemukan bahwa 15 sampai 30 persen anak mengalami masalah tidur pada periode bayi.
Saat memasuki usia sekitar remaja, susah tidur bisa akibat faktor medis berupa gangguan neuropsikiatri dan penyakit kronis, seperti asma dan dermatitis atopi. Kemudian non-medis antara lain jenis kelamin, kebiasaan tidur, pubertas, keadaan keluarga, gaya hidup, dan lingkungan yang berhubungan dengan gangguan tidur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pentingnya aktivitas tidur bagi anak sangat mempengaruhi tumbuh kembangnya. Pada waktu tersebut anak berada dalam periode suatu fungsi tertentu perlu dirangsang, diarahakan supaya tidak terhambat tumbuh kembangnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Faktor pascanatal ialah waktu pertumbuhan anak dengan risiko kelainan hormonal, yang salah satunya disebabkan oleh gangguan tidur. Gangguan tidur akibatkan terganggunya sintesis dan fungsi hormon. Hal ini ditunjukkan prevelensi kebutuhan tidur dengan tumbuhnya anak mencapai 42 persen. Hal ini juga dirasakan di bagian negara berkembang dengan Retardasi pertumbuhan 50 persen yang merupakan masalah utama.
Baca: Cara Mengatasi Susah Tidur Temukan Dahulu 3 Sebab Utamanya
Pada saat anak tidur sekitar 75 persen Growth Hormone (GW) dengan jumlah tiga kali lebih banyak dibandingkan ketika dia terbangun. Tingginya kadar GH yamg dikeluarkan sangat memiliki hubungan erat dengan kondisi anak. Utamannya hormon ini bekerja sebagai merangsang pertumbuhan tulang dan jaringan, serta mengatur metabolisme tubuh, termasuk juga otak anak.
Selain itu, kandungan hormon GH sangat memungkinkan bagi tubuhnya anak untuk memperbaiki dan memperbarui seluruh sel dalam tubuhnya, seperti sel kulit mati, sel darah sampai sel saraf otak.
Bila dicermati tampaknya gangguan tidur pada anak berupa gangguan sebagai konsekuensi sekunder dari gangguan medis atau kejiwaan yang mendasari, dan bisa berakibat pada fungsi sosial, akademik, dan neurobehavioral.
Kesimpulan yang pada umumnya, anak dengan gejala kurang tidur akan lebih tidak stabil emosinya, dan nantinya dapat mempengaruhi perilaku. Susah tidur pada anak usia sekolah berefek pada tingkat konsentrasinya ketika proses pembelajaran, lekas lelah, membatasi aktivitas fisik, impulsif, mengurangi perhatian anak pada sekolah, mudah lelah, anak menjadi iritabel, kadang anak menjadi rewel bahkan menyebabkan tantrum.
TIKA AYU