Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, JAKARTA - Body shaming merupakan fenomena yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Body shaming dapat terjadi dalam berbagai bentuk, seperti komentar langsung terhadap penampilan fisik seseorang yang terasa menusuk hati.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Banyak yang masih menganggap body shaming sebagai candaan biasa. Namun, di balik itu semua, ada dampak yang jauh lebih besar dari sekadar kata-kata. Lantas, apa yang dimaksud dengan body shaming? Simak penjelasan serta dampaknya berikut ini.
Arti Body Shaming
Secara umum, body shaming adalah tindakan bullying, mengejek, merendahkan, atau mengkritik tubuh seseorang dengan cara yang merendahkan martabat mereka. Hal ini sering kali berkaitan dengan penampilan fisik yang dianggap tidak sesuai dengan standar kecantikan atau bentuk tubuh ideal yang berlaku dalam masyarakat, baik itu terkait berat badan, tinggi badan, warna kulit, atau fitur tubuh lainnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengutip artikel dalam Jurnal Universitas Negeri Makassar berjudul “Analisis Korban Body Shaming dan Penanganannya” karya Delfiyana, body shaming merupakan penilaian individu akan tubuhnya yang memunculkan perasaan bahwa tubuhnya memalukan yang disebabkan penilaian dirinya dan orang lain terhadap bentuk tubuh ideal tidak sesuai dengan tubuhnya. Sakinah (2018) menyebutkan istilah body shaming ditujukan untuk membully mereka yang memiliki penampilan fisik yang dinilai cukup berbeda dengan siswa pada umumnya.
Body shaming dapat dialami oleh siapa saja, dari remaja hingga orang dewasa, tanpa memandang jenis kelamin, ras, atau latar belakang sosial. Meskipun demikian, perempuan sering kali menjadi target utama body shaming karena standar kecantikan yang lebih ketat di masyarakat.
Contoh Body Shaming
Contoh body shaming adalah penyebutan dengan memfokuskan pada bentuk fisik seperti gendut, pesek, cungkring dan lain sebagainya yang berkaitan dengan tampilan fisik. Body shaming tidak hanya terjadi secara lisan, tetapi juga bisa muncul dalam bentuk sikap atau perilaku yang merendahkan, seperti mencemooh atau memberikan tatapan sinis.
Media sosial juga menjadi sarana utama di mana body shaming sering kali terjadi, dengan banyak orang merasa bebas untuk mengomentari penampilan fisik orang lain tanpa mempertimbangkan perasaan mereka. Berikut contoh perkataan body shaming.
- "Kamu kok gemuk banget sih?"
- "Makan sedikit dong, jangan sampai gendut."
- "Kamu sudah coba diet belum?"
- "Kok kamu pendek banget sih?"
- "Berapa sih tinggimu? Kayak anak SD."
- "Kamu terlalu gelap untuk pakai baju warna terang."
- "Kulit kamu kok hitam banget ya?"
- "Rambutmu terlalu keriting, coba deh diluruskan."
- "Kenapa kamu nggak pakai make-up? Wajahmu terlihat pucat."
Dampak Body Shaming
Melansir Very Well Mind, banyak yang menilai perilaku body shaming sebagai hal biasa dan wajar. Tetapi para pelaku body shaming tidak sadar akan dampak yang akan terjadi pada si korban yang mendapat perlakuan tersebut.
Meskipun pelaku bermaksud untuk bergurau, namun hal tersebut dapat berdampak negatif apabila korban merasa tersinggung. Berikut ini beberapa dampak negatif dari body shaming.
Penurunan Harga Diri
Seseorang yang menjadi korban body shaming sering kali merasa tidak dihargai atau merasa bahwa penampilannya tidak cukup baik. Hal ini dapat menyebabkan penurunan rasa percaya diri dan perasaan malu terhadap tubuh mereka sendiri.
Depresi dan Kecemasan
Body shaming dapat menyebabkan gangguan mental, seperti depresi dan kecemasan. Orang yang sering dihina atau diejek tentang penampilannya dapat merasa tertekan dan kesulitan untuk mengatasi perasaan negatif mereka.
Gangguan Makan
Banyak orang yang mengalami body shaming berusaha untuk mengubah tubuh mereka dengan cara yang tidak sehat, seperti diet ekstrem atau bahkan mengembangkan gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia. Hal ini bisa membahayakan kesehatan fisik dan mental mereka.
Isolasi Sosial
Korban body shaming sering merasa terisolasi dan enggan untuk bersosialisasi karena takut akan komentar atau ejekan. Mereka mungkin merasa tidak diterima dalam kelompok sosial tertentu dan menghindari interaksi dengan orang lain.
Cara Mengatasi Body Shaming
Untuk mengatasi body shaming, diperlukan kesadaran dan tindakan dari semua pihak, baik dari individu yang menjadi korban maupun dari masyarakat secara keseluruhan. Berikut adalah beberapa cara untuk mengatasi body shaming:
Meningkatkan Kesadaran Diri
Bagi korban body shaming, penting untuk menyadari bahwa komentar negatif tentang tubuh tidak mencerminkan siapa mereka sebenarnya. Setiap orang memiliki kecantikan dan keunikan tersendiri, dan penampilan fisik tidak menentukan nilai atau harga diri seseorang.
Jangan Merespons dengan Kekerasan
Meskipun body shaming dapat menyakitkan, respons yang tenang dan tidak emosi lebih baik daripada membalas dengan kekerasan atau kata-kata kasar. Mengabaikan komentar negatif dan tidak membiarkannya mempengaruhi perasaan Anda bisa menjadi salah satu cara untuk menghadapinya.
Dukungan Sosial
Berbicara dengan teman, keluarga, atau seorang konselor yang bisa memberikan dukungan emosional sangat penting bagi korban body shaming. Mereka bisa membantu memperkuat rasa percaya diri dan memberikan perspektif positif.
Pendidikan tentang Body Positivity
Untuk mencegah body shaming, pendidikan mengenai body positivity sangat penting. Mengajarkan pentingnya menerima perbedaan tubuh dan tidak menghakimi orang berdasarkan penampilan fisik dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan mendukung.
Penggunaan Media Sosial yang Positif
Di era digital ini, media sosial memainkan peran besar dalam membentuk pandangan masyarakat terhadap kecantikan. Menjadi bijak dalam menggunakan media sosial dan berbagi konten yang mendukung body positivity dapat membantu melawan budaya body shaming.