Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Gaya Hidup

Asal-usul Sebutan Pola Asuh Helicopter Parenting

Orang tua yang menerapkan helicopter parenting tak segan banyak campur tangan terhadap anak

23 Oktober 2022 | 05.02 WIB

Ilustrasi anak dan orang tua. Freepik.com/Peoplecreations
Perbesar
Ilustrasi anak dan orang tua. Freepik.com/Peoplecreations

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Orang tua yang terlalu melibatkan dirinya dalam segala aspek kehidupan anaknya menandakan sikap helicopter parenting. Pola pengasuhan itu terlalu melindungi dan ikut campur urusan anak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Orang tua yang menerapkan helicopter parenting  tak segan memberi banyak campur tangan terhadap anak. Mengutip dari Verywell Family, pola asuh ini akibat orang tua khawatir berlebihan terhadap anak.

Asal-usul helicopter parenting

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Psikolog anak Haim Ginott dalam bukunya Between Parents and Teenager, istilah helicopter parenting digunakan untuk remaja yang menyebut orang tuanya yang suka mengawasi seperti helicopter. 

Menurut ahli psikologi Carolyn Daitch, helicopter parenting mengacu gaya pengasuhan orang tua yang terlalu banyak ikut campur pengalaman anaknya. Khususnya, soal keberhasilan atau kegagalan. Helicopter parenting pola mengasuh yang terlalu berlebihan.

Baca: Helicopter Parenting, Apakah Pola Pengasuhan yang Bermanfaat untuk Anak?

Pemicu pola pengasuhan helicopter parenting

Mengutip Parents, helicopter parenting terjadi karena beberapa faktor, yaitu:

1. Takut konsekuensi

Misalnya, orang tua takut bila anaknya mengalami kegagalan seperti tidak diterima di sekolah tertentu. Sebab, orang tua selalu berusaha lebih untuk membantu anaknya. Menurut dokter keluarga Deborah Gilboa, perasaan kecewa dan pengalaman kegagalan membuat anak tumbuh lebih dewasa untuk menghadapi berbagai persoalan hidup nantinya. 

2. Cemas

Khawatir tentang ekonomi dan pekerjaan, mendorong orang tua untuk mengambil kendali lebih besar dalam hidup anaknya bertujuan untuk melindungi. 

3. Perhatian berlebihan 

Orang tua yang dulu semasa kecil merasa dirinya tidak disayangi atau diabaikan membuat mereka memberikan perhatian dan pengawasan yang berlebihan terhadap anaknya. Itu karena mereka enggan mengulangi kesalahan orang tuanya.

4. Tekanan dari teman

Terkadang melihat orang tua lainnya mengasuh anak secara helicopter parenting memunculkan keinginan yang sama. Orang tua merasa bersalah jika tak banyak mengurusi kehidupan anaknya, karena beranggapan akan dituduh buruk.

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus