Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Body shaming adalah perilaku menjelek-jelekkan dan mengomentari penampilan fisik orang lain. Perilaku ini sama saja dengan tindakan bullying. Alasan orang melakukan body shaming beragam, mulai dari ingin mencairkan suasana, mengundang gelak tawa, iseng belaka, hingga memang ingin menghina.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Body shaming bisa terjadi secara langsung ataupun secara tidak langsung, misalnya di media sosial. Perilaku ini juga bisa terjadi di kalangan mana pun, pria maupun wanita, anak-anak atau dewasa. Bahkan, body shaming juga bisa terjadi dalam hubungan percintaan, keluarga, atau lingkar pertemanan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sayangnya, pelaku body shaming sering kali tidak sadar akan kelakuannya. Berikut ini beberapa hal yang sering dilakukan oleh pelaku body shaming.
-Sering mengomentari fisik orang lain.
-Membahas atau menjelekkan bentuk tubuh seseorang sebagai usaha untuk terlihat lucu di depan orang banyak.
-Sering menilai orang berdasarkan penampilan.
Menghakimi keputusan orang lain tentang pilihan yang diambil untuk tubuhnya.
Menganggap normal atau bahkan ikut menimpali ketika ada orang yang mengejek atau berkomentar soal penampilan fisik.
Dampak dan cara menghentikan body shaming
Body shaming bukan perilaku yang bisa dianggap sepele atau dimaklumi. Berikut dampak buruk body shaming bagi korban.
-Menurunkan rasa percaya diri.
-Menimbulkan gangguan mental, seperti depresi.
-Menimbulkan gangguan makan, seperti bulimia atau binge eating.
-Meningkatkan risiko obesitas.
-Meningkatkan risiko bunuh diri.