Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Awet Muda dengan Sel Punca

Dikenalkan sejak 1908, penelitian sel punca (stem cell) terus berkembang. Banyak yang membuktikan sel punca bisa mengatasi pelbagai macam penyakit. Kini penelitiannya berkembang untuk meremajakan tubuh. Dua tahun terakhir, permintaan peremajaan meningkat di Indonesia. Pasiennya datang dari segala daerah, bahkan luar negeri.Pelanggannya pun beragam, dari pengusaha hingga pejabat negara.

15 Mei 2017 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pemrosesan Sel Punca.
TEMPO/Aris Novia Hidayat

PASIEN dokter Purwati berlipat ganda dalam dua tahun terakhir. Semula pasien yang berobat kepadanya berpenyakit parah, kini banyak orang sehat mendatangi dokter di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soetomo, Surabaya, itu. Mereka menaruh minat pada terapi peremajaan tubuh dengan sel punca (stem cell). "Permintaannya meningkat dua kali lipat," katanya Sabtu dua pekan lalu.

Kesibukan Purwati jadi bertambah. Ia mestiikutmengatur jadwal para pasiennya agar sesuai dengankesiapan sel punca. Bukan perkara gampang menyinkronkan dua hal ini, karena kebanyakan pasiennya bukan berasal dari Surabaya dan sibuk dengan pekerjaan masing-masing. "Ada pengusaha, pejabat negara, direktur perusahaan," ujarnya.

Terapi peremajaan dengan sel punca banyak dilirik dalam beberapa tahun terakhir. Di Rumah Sakit Dr Soetomo,terapi tersebutdimulaipada 2014. Sewaktu pertama kali buka, pasiennya hanya sekitar 20 orang.Kinijumlahnyamelonjak,totalnya 150 orang. Mereka datang dari semua daerah di Indonesia. Bahkan beberapa berasal luar negeri, seperti Amerika Serikat; Hong Kong; Malaysia; dan Dubai, Uni Emirat Arab. "Mungkin karena di sini lebih murah dan lebih aman karena menggunakan sel dari tubuh sendiri,"ucapKetua Pusat Penelitian dan Pengembangan Stem Cell Universitas Airlanggaini.

Sel punca atau sel induk adalah sel yang bisa mengubah dirinya menjadi sel lain, tergantung lingkungannya. Misalnya ditempatkan di jantung yang sakit, sel-sel ini akan berubah menjadi sel jantung dan memperbaiki kerusakan yang ada di sana. Beberapa tahun lalu, orang ramai membahas penyimpanan darah tali pusat karena bisa berubah menjadi banyak sel lain. Kini sumbernya tak hanya dari sana. Dokter bisa menggunakan lemak dan sumsum tulang dari badan pasien sendiri ataupun orang lain.Karena fungsinya yang bisa memperbaiki kerusakan, sel punca juga bisa memudakan. "Usia 60 tahun jadi terasa kembali seperti 40 tahun," ujarnya.

Salah satu pengusaha yang menggunakan terapi ini adalah bos Jawa Pos Group, Dahlan Iskan. Dahlan menjajal terapi untuk kembali muda ini sejak 2014 saat masih menjadi Menteri Badan Usaha Milik Negara. Waktu itu Dahlan diajak dua menteri lain melakukan terapi di Jerman. "Ayo stem cell, Pak Dahlan, biar awet muda," katanya menirukan ajakan rekannya.

Bersama mereka, Dahlan ikut mendaftar. Ia tak keberatan merogoh kocek Rp 2,5 miliar untuk satu set pengobatan berisi enam kali suntik, belum termasuk tiket pesawat dan hotelnya. Namun, sepekan sebelum berangkat, Dahlan melihat dokter Purwati melakukan presentasi tentang sel punca. Rencana terbang ke Jerman pun batal.

Dahlan meminta Purwati mengujicobakan sel punca di tubuhnya. Ia menjadi pasien pertama peremajaan di RSUD Dr Soetomo. Setelah pengecekan sana-sini, Purwati memasukkan 200 juta sel yang berasal dari sumsum tulang Dahlan. Tiap beberapa bulan, suntikan tersebut diulangi. Hingga kini, Dahlan sudah enam kali disuntik, termasuk sel Natural Killer (NK), salah satu jenis sel punca yang dikembangkan Purwati. Jenis terakhir ini digunakan menstabilkan imun tubuh Dahlan setelah operasi ganti hati.

Hasilnya jos! Dahlan merasa sel-sel baru tersebut membuatnya lebih kuat. Dia jadi mampu bekerja lebih lama dan bisa berolahraga selama satu setengah jam tanpa merasa capek. "Biasanya gampang nyeri, penat, bahasa Jawanyanjarem," ucapnya.

Koleganya pun banyak yang memuji wajahnya terlihat lebih muda. Gairah seksnya juga meningkat. "Saya merasa seks lebih kuat dan bergairah, tidak seperti orang tua," ujar Dahlan, yang kini berusia 65 tahun.

Efek serupa dirasakan pengusaha telekomunikasi Wahyu Sakti Trenggono. Sejak Oktober tahun lalu, ia menjalani terapi sel punca. Tapi bukan untuk memudakan tubuh, melainkan buat mengembalikan fungsi pankreasnya yang menurun sehingga menyebabkan kadar gula darahnya meningkat terus. "Dulu fungsinya tinggal 20 persen, sekarang sudah naik 55 persen," kata pria yang akrab disapa Treng itu.

Menurut Purwati, setelah gula darah Trenggono tertangani, sejak Desember tahun lalu, ia juga menyuntikkan sel punca untuk peremajaan agar tubuhnya lebih segar. Trenggono kini hampir tiap hari bisa lari mengitari kompleks perumahan sampai 2,5 kilometer. "Padahal sebelumnya saya enggak pernah berolahraga," ujar pria 54 tahun ini.

Waktu bugar tiap orang berbeda-beda.Menurut Purwati, ada yang setelah disuntik langsung merasa bugar, ada yang mesti menunggu beberapa hari. Seperti yang dialami Jenderal Purnawirawan Moeldoko. Sepekan setelah disuntik, ia belum merasakan efek apa pun. Baru beberapa hari kemudian, badannya menjadi lebih segar. "Iya, mantap," kata mantan Panglima Tentara Nasional Indonesia itu.

Banyak orang mencari terapi peremajaan sel punca di Indonesia karena harganya lebih murah. Menurut Purwati, harga sel punca di tempatnya termurah sedunia. Hanya seperlima dari harga di Jerman. Pasien cuma diminta mengganti biaya pengembangbiakan sel. "Kami nonprofit," ucapnya. Menurut Dahlan, sewaktu ia menjalani terapi pertama, harganya Rp 30 juta.

Sandy Qlintang, Direktur Stem Cell and Cancer Institute (SCI) Kalbe Farma, mengatakan di Regenic-laboratorium di bawah SCI-biaya pengembangbiakan sel punca yang mereka patok juga lebih murah, sekitar separuh dari harga di Singapura. "Kalau misalnya di Singapura Rp 200 juta, kami separuhnya," ujarnya.

Meski dibanderol lebih murah, bukan berarti minim kualitas. Kemajuan sel punca di Indonesia tak kalah dibanding negara lain. Menurut Purwati, perkembangan terapi sel punca di Tanah Air paling maju se-Asia. Sedangkan menurut Dahlan, pesaing Indonesia hanyalah Jerman. "Ini kesempatan kita untuk berkembang."

l l l

ISTILAH stem cell pertama kali dikenalkan oleh ahli histologi asal Rusia, Alexander Maksimov, dalam kongres komunitas hematologi di Berlin pada 1908. Maksimov meyakini keberadaan sel induk hematopoietik mempengaruhi pembentukan sel darah. Sembilan puluh tahun kemudian, James Thomson bersama timnya menemukan sel induk embrionik manusia. Dari tahun ke tahun, penelitian tentang sel punca terus berkembang di seluruh penjuru dunia.

Di Indonesia, sel punca pertama kali digunakan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, pada 1987. Kala itu, mereka mentransplantasi sumsum tulang untuk pasien kanker darah. "Waktu itu disebutnya bukan sel punca, tapi transplantasi sumsum tulang," kata dokter penyakit dalam spesialis hematologi dan onkologi RSCM, Djumhana Atmakusuma.

Dua puluh tahun kemudian, RSCM mulai menggunakan sel punca untuk terapi pasien penyakit jantung. Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soetomo, penggunaan sel punca dimulai pada 2009 setelah pendirianPusat Kedokteran Regeneratif berkolaborasidenganUniversitas Airlangga. Selain dua instansi tersebut, banyak klinik mengklaim bisa mengobati penyakit atau memperbaiki penampilan menggunakan sel induk ini, padahal tak memiliki keahlian atau fasilitas standar sel punca.

Menurut Sandy Qlintang, banyak orang tertipu oleh promosi sel punca, terutama penderita penyakit yang tak memiliki harapan sembuh, misalnya gagal ginjal dan kanker. Mereka diiming-imingi akan sehat kalau diobati dengan cara ini. "Dibilang gagal ginjal bisa sembuh dengan sel punca, padahal belum ada penelitian yang membuktikannya," ujarnya.

Penipuan lain yang banyak dilakukan adalah kosmetik yang diklaim mengandung sel punca. Biasanya berbentuk kapsul atau krim oles dan dijual bebas di pasar. Padahal sel punca merupakan benda hidup yang hanya bisa bertahan dalam suhu tertentu. "Untuk penyimpanannya saja di sekitar suhu minus 196 derajat Celsius, mana bisa hidup dalam kapsul yang dijual seperti itu?" kata Kepala Unit Pelayanan Terpadu Teknologi Kedokteran Sel PuncaRSCM-FKUIIsmailHadisoebroto.

Adapun Djumhana punya pengalaman berbeda. Pada 2013, ia pernah ditawari sel punca dari Selandia Baru. Sel tersebut diklaim bisa digunakan meremajakan tubuh, asalnya dari embrio domba. "Jadi domba betina disuruh bunting, lalu dibunuh, embrionya diambil untuk dibuat sel punca. Saya enggak tega mendengarnya," tuturnya.

Djumhana menolak tawaran itu. Selain karena tak sampai hati, sel itu membawa sifat genetik hewan asalnya. Maka, jika dipakai, sifat tersebut bisa mengkontaminasi pemakainya. "Dibawa ke Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan juga ditolak," kata anggota Komite Pengembangan Sel Punca dan Rekayasa Jaringan ini.

Untuk mengantisipasi halsemacam ini,Kementerian Kesehatansudah mengeluarkan banyak aturan. Salah satunya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 32 Tahun 2014 tentang Penetapan Rumah Sakit Pusat Pengembangan Pelayanan Medis Penelitian dan Pendidikan Bank Jaringan dan Sel Punca. Peraturan itu menyebutkan tak semua rumah sakit dan klinik dapat melakukan terapisel punca. Kementerian menugasi 11 rumah sakit yang bisa melakukan pelayanan dengan basis penelitian.

RSCM dan RSUD Dr Soetomo ditunjuk menjadi dua rumah sakit pengampu. Sedangkan sembilan rumah sakit lain, yakniRS Persahabatan, RS Fatmawati, RS Dharmais, dan RS Harapan Kita (keempatnya di Jakarta); RS M. Djamil (Padang); RS Hasan Sadikin (Bandung); RSKariadi (Semarang); RS Sardjito (Yogyakarta);serta RS Sanglah(Denpasar), sebagai rumah sakit yang diampu."Artinya, sembilan rumah sakit lain masih persiapan, masih akan dibimbing," ujar Purwati."Pelayanan selain di tempat-tempat itu, ya, berarti ilegal."

Kementerian juga mengeluarkan izin untukPT Prodia StemCell Indonesiabuat pelayanan bank sel punca darah tali pusat dan Regenic untuk pengolahan sel punca.

l l l

UNTUK yang berkocek tebal, mengeluarkan duit ratusan juta rupiah agar tubuh kembali muda mungkin bukan masalah. Buat orang-orang yang kantongnya pas-pasan, tentu akan berpikir ulang. Namun, tak perlu khawatir, inovasi sel punca dengan harga relatif lebih murah sedang dipersiapkan, meski tentu efek peremajaannya tak menyeluruh di semua sudut tubuh.

KiniPusat Riset Stem Cell Universitas Airlangga bersama perusahaan farmasi Phapros sedang memproses serum perawatan kulit. Bahannya memang bukan dari sel punca, melainkan hasil metabolismenya.

Agar berkembang biak dalam laboratorium, sel punca diberi makanreagent. Makin banyak diberi makan, mereka akan makin banyak membuang metabolit. Bahan inilah yang digunakan untuk membuat serum yang berkhasiat meremajakan wajah, seperti mengencangkan dan membuat kulit lebih elastis serta memudarkan flek hitam. "Prosesnya sedang didaftarkan di BPOM," kata Purwati.

Perusahaan farmasi Kalbe Farma juga sedang menjajal metabolit tersebut. Mereka sedang mencari cara menstabilkan hasil sekresi itu agar bisa dipakai dalam waktu lama. Sebab, kalau tidak, hasil sekresi sel hidup ini cuma akan bertahan beberapa bulan. "Sayang, kan, kalau keluar uang Rp 3-4 juta tapi hanya dipakai sebentar," ujar Sandy Qlintang.

Nur Alfiyah, Artika Rachmi Farmita(surabaya)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus