Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Bahaya Anoreksia Nervosa, Gangguan Makan untuk Penurunan Berat Badan Ekstrem

Anoreksia nervosa lebih sering disebut anoreksia dengan menempatkan nilai tinggi pada pengendalian berat badan dan bentuk tubuh secara ekstrem.

1 Oktober 2021 | 11.01 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Dua buah foto yang menunjukan kondisi tubuh Demi Moore seperti menderita anoreksia. modamee.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Anoreksia nervosa lebih sering hanya disebut anoreksia merupakan gangguan makan yang ditandai dengan berat badan rendah yang tidak normal, ketakutan yang intens akan kenaikan berat badan, dan persepsi berat badan yang menyimpang. Orang dengan anoreksia menempatkan nilai tinggi pada pengendalian berat badan dan bentuk tubuh, sehingga menggunakan upaya ekstrim untuk penurunan berat badan yang menganggu kehidupan penderitanya.

Berdasar Mayo Clinic di situs mayoclinic.org, untuk mencegah kenaikan berat badan atau untuk terus menurunkan berat badan, penderita anoreksia biasanya sangat membatasi jumlah makanan yang dikonsumsi.

Penderita dapat mengontrol asupan dengan memuntahkan makanan yang sudah dimakan, metode lain dengan menyalahgunakan obat pencahar, alat bantu diet, diuretik atau enema. Penderita juga mungkin mencoba menurunkan berat badan dengan berolahraga secara berlebihan, tidak peduli berapa banyak berat badan yang hilang, sebab penderita terus ketakutan mengalami kenaikan berat badan.

Penyebab Anoreksia

Mengutip laman resmi AKG FKM UI di situs akg.fkm.ui.ac.id, gangguan anoreksia disebabkan lebih dari satu faktor. Sebab ia kondisi kompleks yang timbul dari kombinasi banyak faktor sosial, emosional, dan biologi, di antaranya:

1. Pengaruh media sosial yang sering menimbulkan stereotip bahwa tubuh yang kurus merupakan tubuh yang ideal.

2. Rendahnya rasa percaya diri, karena seseorang yang menderita anoreksia bisa jadi tidak menyukai dirinya sendiri. Mereka bisa jadi sangat tidak suka penampilan dirinya sendiri, dan merasa tidak memiliki harapan untuk mengubahnya.

3. Menerapkan standardisasi tampilan fisik yang sulit dicapai oleh dirinya sendiri.

4. Kejadian dan pengalaman hidup yang traumatis, hormon tubuh yang tidak teratur dan akibat riwayat keluarga atau genetik.

Penanganan Penderita Anoreksia 

Mengutip Yayasan Pulih di alamat yayasanpulih.org, terdapat tiga langkah penanganan anoreksia yang dapat dilakukan, meliput:

1. Medikasi dengan menggunakan antidepresan atau obat antipsikotik (olanzapine). Namun penggunaan obat ini tidak boleh sembarangan, harus dengan resep dokter. Karena obat ini juga merupakan jenis obat yang digunakan oleh penderita schizophrenia serta gangguan bipolar.

2. Terapi Keluarga biasanya melibatkan 10 sampai 20 sesi yang berjarak antara 6 sampai 12 bulan. Perawatan ini memiliki 3 fase. Pada fase pengulangan, terapis bekerja dengan orang tua untuk membantu anak mereka makan makanan sehat. Kemudian pada tahap penghentian perawatan, fokusnya adalah pada pengembangan hubungan yang lebih sehat antara pasien dan orangtuanya.

3. Terapi Perilaku Kognitif (CBT) melibatkan perubahan perilaku dan gaya berpikir maladaptif. Fokus utama perawatan melibatkan modifikasi keyakinan terdistorsi tentang berat dan makanan, serta keyakinan terdistorsi tentang diri yang mungkin telah berkontribusi terhadap gangguan anoreksia ini (misalnya “orang lain akan menolak saya, kecuali kalau saya kurus").

DELFI ANA HARAHAP

Baca: Laki-laki pun Bisa Alami Anoreksia, Cek Pemicunya

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus