MEROKOK itu nikmat, tapi juga gawat. Selain nikotin, asap rokok pun berpengaruh buruk bagi kesehatan. Penyakit berat seperti kanker paru, misalnya, selalu dihubungkan dengan para perokok aktif. Hanya saja tak banyak yang tahu bahwa perokok "pasif", yang tak sengaja mengisap asap rokok orang lain, juga menghadapi risiko yang sama besarnya. Ini dikemukakan dr. Oma Rosmayudi, ahli kesehatan anak FK Unpad/RS Hasan Sadikin, Bandung, dalam Simposium Hiperaktivitas Bronchial pada Anak, yang diselenggarakan Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang Jawa Barat, Sabtu lalu. "Perokok pasif itu," kata Oma di depan 300-an peserta simposium, "secara tidak sadar dan di luar kemauannya mengisap asap rokok yang berasal dari perokok aktif." Asap rokok tidak saja mengandung racun seperti carbon monoksida (CO), nikotin, dan NO2, tapi juga polisiklik hidrokarbon, akrolein, dan amoniak. Segala zat racun itu berasal dari dua arah: yang diisap dan yang dibakar. Yang diisap - oleh perokok aktif masuk ke saluran napas, mulai dari pipa trachea, pipa bronchus, percabangannya, dan berakhir di 300 jutaan gelembung udara alveoli, yang jika dihamparkan luas permukaannya sama dengan sebuah lapangan tenis. Asap ini disebut mainstream smoke, untuk membedakan dengan sidestream smoke yang berasal dari bagian rokok yang terbakar di udara. Masalahnya, menurut Oma, silestream smoke jauh lebih beracun ketimbang mainstream smoke. "Kadar amoniaknya saja, menurut beberapa peneliti, 50 kali lebih besar dari mainstream smoke," ujar Oma. Menurut ahli pernapasan anak ini, sidestream smoke mengandung smoulder stream (asap yang terbakar antara 2 isapan), glow stream (berasal dari api rokok ketika diisap), effusion stream (berasal dari sepanjang sisa rokok yang keluar waktu diisap) dan diffusion stream, yang muncul dari difusi melalui kertas rokok di antara isapan. Jelaslah kini: dalam satu ruangan, baik perokok aktif maupun perokok pasif samasama terpolusi sidestream smoke. Repotnya sering perokok aktif tidak peduli pada orang lain yang berada di ruang yang sama, meski "orang lain" itu anak sendiri. Padahal, dengan paru relatif kecil dan daya tahan yang belum sempurna, asap rokok sdestream tadi akan sangat mengganggu kesehatan si anak, termasuk hambatan pada pertumbuhan paru-parunya. Pengaruh ini, menurut Oma, semakin nyata pada anak yang terpolusi oleh asap rokok ibunya, yang sehari-hari lebih dekat pada anak. Di banyak RS, bayi yang ibunya perokok lebih sering dirawat karena bronchitis (radang bronchus) atau pneumoni (radang paru). "Dan bila frekuensi merokok lebih tinggi, maka kedua penyakit itu ikut meninggi pula," ujar Oma. Sadar akan akibat sidestream smoke, tahun ini Badan Antariksa AS (NASA) mulai memberlakukan larangan merokok pada penerbangan domestik yang berjarak tempuh dua jam. Begitu pula di beberapa negara lain, seperti India, Yordania, dan Abu Dhabi, diberlakukan beberapa pembatasan bagi para perokok. Di hampir semua negara di dunia (kecuali di Indonesia), selalu ada peringatan bahaya merokok di kotak rokok. Dan banyak lagi peringatan dalam bentuk lain, semua dilakukan dalam kampanye memerangi "persekongkolan dengan setan asap" itu. Semua ini tentu baik, setidaknya bisa membantu mencegah beberapa penyakit yang ditimbulkan asap rokok, seperti kanker paru, penyakit jantung dan pembuluh darah, serta cacat lahir pada bayl yang ibunya merokok. Apa boleh buat, mencegah bukanlah perkara mudah. Apalagi penerimaan cukai rokok sangat besar, hingga cukup menggiurkan pemerintah. Di Inggris, misalnya, tahun 1974 jumlah penerimaan cukai rokok mencapai 5 milyar poundsterling, di samping adanya lapangan kerja yang besar. Tapi imbalannya juga besar: 100 ribu jiwa melayang dalam setahun. Syafiq Basri (Jakarta), Ida Farida (Bandung)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini