Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketika bakteri dalam tubuh tidak bisa lagi dibunuh menggunakan antibiotik, maka bisa jadi tubuh mengalami resistensi antibiotik. Tubuh yang mengalami resistensi antibiotik mempengaruhi kemampuan tubuh dalam melawan penyakit infeksi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Penderita resistensi antibiotik memerlukan perawatan lebih lanjut di rumah sakit dengan waktu yang tidak sebentar. Bahkan, resistensi antibiotik menjadi ancaman kesehatan global yang perlu diwaspadai. Lantas apa itu resistensi antibiotik dan penyebabnya?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dilansir dari dinkes.jayapurakab.go.id, antibiotik merupakan obat yang digunakan untuk membunuh bakteri dengan segolongan senyawa yang dikandungnya. Biasanya obat ini digunakan guna menyembuhkan penyakit yang disebabkan oleh kuman berupa bakteri.
Namun, seiring perkembangan waktu, beberapa jenis bakteri mengalami perubahan genetik (mutasi) dan beradaptasi dengan obat-obatan ini. Hal ini membuat antibiotik kehilangan efektivitasnya.
Setiap orang berpotensi mengalami resistensi antibiotik. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak orang menggunakan antibiotik, semakin besar kemungkinan terjadinya resistensi. Menurut Laporan Ancaman Resistensi Antibiotik 2019 dari CDC, lebih dari 35.000 orang meninggal dari total lebih dari 2,8 juta mengalami infeksi resisten antibiotik di Amerika Serikat.
Melansir dari dinkes.kalbarprov.go.id, bakteri yang bermutasi melahirkan suatu koloni bakteri yang resisten dan bersifat menular. Bakteri ini melakukan beberapa cara untuk membentuk resistensi, di antaranya memproduksi enzim yang merusak antibiotik, mengalami perubahan dinding/membran sel bakteri sehingga obat tidak bisa masuk, dan perubahan jumlah reseptor obat di sel bakteri yang menyebabkan obat tidak bisa berikatan.
Resistensi antibiotik dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Tapi, penyebab utama dari resistensi antibiotik ini adalah pemakaian antibiotik yang luas dan kurang tepat (irasional). Resistensi diawali dengan penggunaan yang tidak habis dari antibiotik. Hal ini menyebabkan bakteri tidak mati secara menyeluruh tetapi masih ada yang bertahan hidup. Bakteri yang tidak mati itulah yang kemudian melahirkan bakteri yang resisten.
Selain itu, faktor lain yang menyebabkan resistensi antibiotik adalah penggunaan antibiotik yang terlalu sering. Sering dijumpai orang menggunakan antibiotik ketika mereka sebenarnya tidak benar-benar membutuhkan antibiotik.
Melansir dari my.clevelandclinic.org, mengkonsumsi antibiotik saat tidak dibutuhkan membantu berkontribusi terhadap resistensi antibiotik. Misalnya, penyakit yang disebabkan oleh virus seperti sakit tenggorokan tetapi dalam penanganannya tetap diberikan antibiotik tanpa resep dokter.
NAOMY A. NUGRAHENI