Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Awas Overdosis dan Efeknya, Jangan Minum Antibiotik bila Tak Perlu

Pakar meminta masyarakat minum antibiotik sesuai dosis dan indikasi agar dapat mengurangi resistensi bakteri terhadap antibiotik.

12 November 2023 | 10.50 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi antibiotik (pixabay.com)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis penyakit dalam subspesialis penyakit tropik infeksi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Lie Khie Chen, meminta masyarakat minum antibiotik sesuai dosis dan indikasi agar dapat  mengurangi resistensi bakteri terhadap antibiotik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Penggunaan antibiotik secara berlebihan dan tidak sesuai indikasi sudah waktunya kita hentikan,” ujar Lie pada Webinar HUT RSCM ke-104 bertajuk “Waspada Bahaya Kuman Kebal Antibiotik”, Jumat, 10 November 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurutnya, kebiasaan asal minum antibiotik tanpa memperhatikan anjuran dokter membuat beberapa jenis bakteri menjadi semakin kebal terhadap efek antibiotik. Hal ini karena bakteri akan terus mencari cara untuk beradaptasi dan bertahan hidup saat terpapar obat antibiotik.

Lie mengatakan beberapa adaptasi yang dilakukan bakteri adalah menghasilkan enzim yang membuat antibiotik tidak bisa bekerja atau resistensi antibiotik, mengeluarkan kembali antibiotik yang telah masuk ke tubuhnya, serta mengubah tempat kerja antibiotik pada tubuhnya sehingga zat tersebut tidak berefek. Ia pun menuturkan terlalu sering mengonsumsi antibiotik serta penggunaan tidak sesuai dosis dan indikasi juga dapat mematikan bakteri-bakteri berguna dalam tubuh yang disebut mikroflora normal sehingga tubuh lebih mudah terserang bakteri jahat.

“Penggunaan antibiotik bukan untuk indikasi infeksi menyebabkan semakin sering bakteri terpapar oleh antibiotik sehingga bakteri-bakteri yang seharusnya menjadi pelindung kita justru mati dan bakteri yang kebal terhadap obat ini dengan leluasa menggandakan diri,” ucap lulusan Universitas Indonesia itu.

Perlunya diagnosis tepat
Karena itu, dia menyatakan pentingnya mendapatkan diagnosis yang tepat sebelum meminum antibiotik karena masing-masing obat memiliki spesifikasi kegunaan terhadap bakteri tertentu. Selain itu, ia juga menyoroti penggunaan antibiotik pada sektor nonmedis, misalnya sebagai zat percepatan pertumbuhan di peternakan, yang juga menjadi perhatian pemerintah agar dapat dikurangi penggunaannya.

“Jadi, jika antibiotik ini tidak perlu kita gunakan, jangan digunakan karena itu akan merugikan dan berdampak pada kita,” katanya.

Lie menuturkan selama 10 tahun terakhir Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mencanangkan untuk menekan resistensi bakteri terhadap antibiotik karena diperkirakan 10 juta orang meninggal karena infeksi bakteri pada 2050. Karena itu, ia mengajak para tenaga medis serta masyarakat luas untuk menyebarkan informasi mengenai penggunaan antibiotik yang tepat agar bakteri tidak kebal terhadap zat tersebut sehingga obat antibiotik masih dapat menjadi sarana penyembuhan yang efektif.

“Antibiotik adalah suatu aset bagi umat manusia untuk bisa membunuh bakteri dan ini harus kita lestarikan fungsinya sampai kapan pun. Kalau tidak, anak cucu kita nanti tidak akan bisa merasakan manfaat antibiotik,” tegas Lie.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus