Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Makan terlalu cepat menjadi kebiasaan sebagian orang. Namun ternyata kebiasan makan terlalu cepat bisa menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Makan cepat mengurangi keakuratan bagaimana otak kita menyimpan ingatan tentang apa yang telah kita konsumsi. Jadi, makan cepat saat makan siang dapat menyebabkan makan lebih banyak saat makan malam," kata ahli diet Georgie Fear, dalam laman Livestrong.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dikutip dari WebMD, seseorang butuh sekitar 20 menit dari ia mulai makan agar otak bisa mengirim sinyal "kenyang". Makan dengan cepat tentu membuat otak tidak sempat mengirim sinyal ini sehingga orang-orang yang makan cepat bisa makan terlalu banyak yang mengakibatkan kegemukan.
Sebuah tinjauan studi yang terbit dalam jurnal International Journal of Obesity pada November 2015 menemukan, makan cepat secara positif terkait dengan Body Mass Index (BMI) yang lebih tinggi dan kelebihan berat badan.
Studi terbaru yang dipresentasikan pada pertemuan Asosiasi Amerika Utara untuk Studi Obesitas menunjukkan, pria dan wanita yang kelebihan berat badan mengonsumsi lebih sedikit kalori ketika mereka memperlambat kecepatan makan normal mereka.
Sementara sebuah studi di Jepang yang melibatkan 1.700 wanita muda menyimpulkan, makan lebih lambat menghasilkan perasaan kenyang lebih cepat sehingga makan lebih sedikit kalori pada waktu makan.
Makan terlalu cepat juga bisa menyebabkan gangguan pencernaan dan sakit perut. Gejalanya bisa termasuk sensasi terbakar yang berat, seperti makan batu berapi-api untuk makan malam.
Beruntung ketidaknyamanan itu hilang begitu tubuh memiliki kesempatan untuk mencerna semua makanan. Hubungi dokter jika gangguan pencernaan berlanjut.
Makan terlalu cepat juga dihubungkan dengan masalah kesehatan jangka panjang. Sebuah studi pada Juli 2018 yang terbit di BMC Public Health melibatkan hampir 8.000 orang menemukan, kecepatan makan yang lebih cepat terkait dengan tekanan darah tinggi, peningkatan lemak perut, kolesterol tinggi, dan gula darah tinggi.
Makan terlalu cepat juga membuat orang-orang cenderung memilih makanan yang kurang sehat. Fear mengatakan, dampak negatifnya tidak hanya dari asupan energi yang berlebih, tapi juga dari jumlah gula dan biji-bijian olahan yang lebih tinggi dari asupan makanan yang melawan peradangan, seperti buah dan sayuran.
AMELIA RAHIMA SARI
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.