Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Benarkah Bekam dan Donor Darah Bisa Tularkan Hepatitis?

Bekam sebenarnya cukup aman bila dilakukan profesional kesehatan terlatih. Jika dilakukan sembarangan, bukan sehat tapi justru sakit yang didapat.

10 Mei 2022 | 13.46 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi bekam. TEMPO/Suryo Wibowo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Cuitan seorang warganet di Twitter viral setelah membagikan kisah pasien yang terkena hepatitis setelah melakukan bekam dan donor darah. Benarkah keduanya bisa tularkan hepatitis?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kisah pasien yang terkena hepatitis itu dibagikan di Twitter oleh dokter gigi @belindch pada Sabtu, 7 Mei 2022. Hingga kini, cuitan itu telah disukai 27 ribu pengguna Twitter.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Apakah bekam bisa tularkan hepatitis?

Bekam, mengutip dari WebMD, adalah terapi pengobatan alternatif kuno di mana terapis meletakkan cup khusus di kulit seseorang selama beberapa menit untuk menciptakan isapan. Terapi ini bukanlah hal yang baru. 

Bekam bisa ditemukan pada kebudayaan Mesir kuno, Cina, dan Timur Tengah. Salah satu buku kedokteran tertua di dunia, ‘Papirus Elbers’, bahkan menjelaskan penggunaan bekam oleh orang-orang Mesir kuno pada 1.550 SM.

Terapi ini sebenarnya cukup aman bila dilakukan profesional kesehatan terlatih. Jika dilakukan sembarangan, bukan sehat tapi justru sakit yang didapat. Jika cup dan peralatan terkontaminasi darah dan tidak disterilkan dengan benar, penyakit yang ditularkan melalui darah, seperti hepatitis B dan C, bisa menyebar.

Apakah donor darah bisa tularkan hepatitis?

Palang Merah Indonesia (PMI) dalam laman resminya mengemukakan persyaratan donor darah. Salah satu yang tidak diperkenankan donor darah adalah orang yang ‘menderita atau pernah menderita Hepatitis B atau C’. 

Sebab hepatitis bisa ditularkan melalui transfusi darah. Sebuah studi yang terbit di jurnal Euro Surveill pada 2020 mengatakan, semua virus hepatitis A hingga E bisa ditularkan melalui transfusi darah, tapi virus hepatitis B dan C yang menjadi ancaman paling tinggi bagi keamanan darah.

Kedua virus itu memiliki kemampuan menyebabkan infeksi kronis yang seringnya tanpa gejala dan berhubungan dengan komplikasi jangka panjang, seperti sirosis hati dan kanker hepatoseluler. Kerena itu, hepatitis B dan C menyebabkan lebih banyak morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) dibandingkan virus hepatitis lainnya. 

Karena hal itu pula, darah yang masuk ke PMI tidak langsung bisa digunakan. Dilansir dari Antara, darah yang masuk ke PMI akan diperiksa terlebih dahulu. 

Jika ditemukan penyakit menular, seperti hepatitis B, hepatitis C, sifilis, atau HIV/AIDS, darah itu tidak bisa digunakan. Lalu, Sistem Informasi Donor Darah (Simdondar) akan memberi tanda merah atau cekal pada pendonor.

AMELIA RAHIMA SARI

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus