Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kontes kecantikan terus dilanggengkan hingga sekarang. Kontes kecantikan sendiri mempunyai sejarah yang panjang. Kontes menentukan "siapa yang tercantik" telah ada sejak era Yunani Kuno dan Pengadilan Paris.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari laman American Experience, sebuah legenda mengatakan seorang gembala kambing fana yang malang bernama Alexandros (Paris) dipanggil untuk menyelesaikan perselisihan di antara para dewi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Alexandros harus memilih yang paling cantik di antara Hera (Juno), Aphrodite (Venus), atau Athena (Minerva). Ketiga dewi itu sama-sama memberi Alexandros suap. Hera menawarkan kerajaan atas semua pria, sementara Athena menjanjikan kemenangan dalam perang, sedangkan Aphrodite menjanjikan Helen, manusia tercantik pada saat itu. Alexandros akhirnya memilih Helen of Troy. Secara tidak sengaja, Alexandros telah memulai Perang Troya.
Orang Yunani kuno memang mengabadikan hubungan antara kecantikan dan persaingan dalam mitos, tapi tidak ada bukti sejarah jika mereka benar-benar mengadakan kontes untuk wanita. Memang ada “euandria” atau kontes fisik setiap tahunnya di Athena, tapi itu untuk pria.
Baru pada abad pertengahan di Eropa, ada kontes kecantikan. Misalnya, perayaan May Day di Inggris selalu melibatkan pemilihan ratu tercantik. Perayaan May Day di Amerika juga memiliki tradisi memilih wanita muda cantik untuk dijadikan simbol karunia dan cita-cita komunitas.
Sementara itu, kontes kecantikan modern pertama yang melibatkan juri bisa ditelusuri ke salah satu pemain sirkus dan sandiwara terbesar Amerika, Phineas T. Barnum. Pada 1850, Barnum memiliki “museum sepeser pun” di New York City. Di museum itu, ia mengadakan kontes nasional di mana ayam, anjing, bunga, bahkan anak-anak ditampilkan dan dinilai oleh penonton yang membayar.
Sebenarnya, acara serupa yang diadakan setahun lalu dengan memamerkan wanita tercantik di Amerika terbukti mengecewakan. Jika pemenangnya masih lajang, hadiahnya adalah mas kawin. Sementara jika pesertanya sudah menikah, hadiahnya berlian tiara. Ini tentu tidak cukup untuk memikat gadis maupun wanita terhormat era Victoria untuk menampilkan diri di depan umum.
Barnum lalu mengembangkan alternatif mengenai ini, kontes kecantikan akan menerima entri berupa foto. Foto para peserta dipajang di museumnya dan masyarakat akan memilihnya. Sepuluh peserta terakhir yang tersisa akan menerima potret minyak tentang diri mereka yang akan direproduksi dalam buku senu rupa “World’s Book of Female Beauty” yang diterbitkan di Prancis.
Dalam beberapa dekade mendatang, kontes foto-foto itu ditiru secara luas untuk menilai kecantikan anak perempuan. Salah satu yang populer adalah promotor St. Louis Exposition yang menghubungi surat kabar kota di seluruh negeri pada 1905 untuk memilih perwakilan wanita muda dari kota mereka.
Nantinya, wanita-wanita muda itu akan memperebutkan gelar kecantikan di Exposition. Kabarnya, persaingannya cukup ketat dengan 40 ribu entri foto yang masuk.
Pada 1921, penyelenggara Atlantic City mengadakan Kontes Miss America pertama pada September untuk memikat wisatawan dalam melewati Hari Buruh. Kontes ini menekankan kontestan masih muda dan sehat, sehingga bisa menyatukan isu-isu demokrasi dan kelas, seni dan perdagangan, gender dan seks, serta memulai tradisi kontes kecantikan yang akan tumbuh sepanjang abad mendatang.
AMELIA RAHIMA SARI