Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wakil Direktur PLN Rudiantara kini lega, walaupun dia harus berpantang menyantap sejumlah makanan yang pernah menjadi kegemarannya. ”Saya kini tak lagi makan jeroan atau produk yang terfermentasi dan diasinkan. Kacang-kacangan juga saya batasi,” ujarnya. Namun itu pengorbanan yang tidak seberapa bila dibanding rasa nyeri luar biasa yang menyerang beberapa persendiannya hingga dua bulan lalu. Dia sampai tidak bisa bergerak. ”Bagian yang terserang bengkak-bengkak dan rasanya ngilu,” kata Rudiantara kepada Gabriel Wahyu Titiyoga dari Tempo.
Riwayat penyakit asam uratnya memang bukan hal baru, yaitu bercokol sejak 1992. Kegemarannya bermain sepak bola juga semakin menambah risiko asam urat. Sebab, ada semacam kristal yang mengendap di sendi-sendi yang pernah mengalami trauma akibat olahraga tersebut. Meski kerap terserang ngilu persendian, Rudi biasanya tak terlalu menghiraukannya. Hingga pada 2004, lututnya dioperasi. ”Dari sana keluar kristal-kristal berbentuk seperti kapur,” katanya.
Menurut Rudi, penyakit asam urat yang menyerang dirinya itu disebabkan oleh kemampuan metabolisme organ tubuh yang kurang baik. Purin—turunan nukleoprotein, yaitu salah satu komponen asam nukleat yang ada di inti sel-sel tubuh—yang seharusnya dikeluarkan lewat air seni atau keringat tidak maksimal terbuang. Akhirnya dia bercampur darah dan mengendap di persendian.
Purin sendiri sebenarnya sudah ada dalam tubuh manusia dan semua makanan dari sel hidup, yaitu tanaman dan hewan. Jadi asam urat secara alamiah merupakan hasil metabolisme—sehingga setiap orang memiliki asam urat, tapi kadarnya tak boleh berlebih. Karena tubuh menyediakan 85 persen senyawa purin untuk kebutuhan sehari-hari, hanya butuh 15 persen purin dari makanan.
Nah, karena purin merupakan hasil dari metabolisme tubuh, Doktor Bambang Setiyohadi mengingatkan, orang dengan kadar asam urat tinggi harus hati-hati dengan penyakit yang berhubungan dengan metabolisme. Apa saja? Jantung, kencing manis, dan penyakit yang berdampak langsung pada ginjal. ”Yang paling kami takutkan, asam urat itu mengendap di ginjal. Kalau cuma di sendi menjadi rematik, orang cuma enggak bisa jalan. Tapi, jika mengendap di ginjal, bisa bikin gagal ginjal, cuci darah, akibatnya bisa meninggal,” kata Ketua Divisi Reumatologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini. Karena itu, kadar asam urat tinggi tak bisa disepelekan agar purin tak mengendap di ginjal.
Asam urat, menurut dokter spesialis reumatologi ini, asalnya dari dalam darah, masuk ke dalam sendi, lalu dibuang lewat ginjal. ”Makanya orang dengan sakit ginjal kadang-kadang asam uratnya tinggi, bukan karena ginjalnya menghasilkan asam urat, tapi karena asam uratnya tak bisa dibuang,” ujar Bambang.
Secara umum manusia mengeluarkan asam urinat—sebelum menjadi purin—sebagian besar lewat ginjal dan 80 persen keluar bersama air seni. Sebagian besar sisanya diubah oleh metabolisme dan sebagian kecil diubah oleh bakteri usus. Dengan menjaga pola makan sehat, limbah purin yang melalui ginjal berjumlah 400 sampai 500 miligram per 24 jam. Bila diet lebih ketat lagi, limbah yang keluar 700 miligram. Penimbunan terjadi jika produksi asam urat berlebih dan limbah yang keluar lebih sedikit.
Selain itu, asam urat tinggi biasa menyerang laki-laki, yang cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan usia. Adapun pada perempuan, asam urat tinggi menyerang setelah menopause. Ini karena perempuan dilindungi hormon estrogen—yang mampu membantu membuang purin—sedangkan laki-laki tidak. Nah, setelah menopause, hormon tersebut tak lagi hadir.
Tempat nongkrong yang disukai asam urat terutama di pangkal jempol kaki, pergelangan kaki, dan lutut. Bila sudah parah, bisa juga bersarang di pergelangan tangan dan siku. Operasi, seperti yang dialami Rudi, menurut Bambang, tidak menjamin asam urat yang mengkristal tak tumbuh lagi. ”Operasi mengeluarkan kristal cuma bersifat kosmetik,” ujarnya.
Menurut dokter yang biasa menangani penderita asam urat, Suryo Wibowo, seseorang dengan kadar asam urat tinggi di dalam darahnya disebut hyperuricemia, yang digolongkan primer dan sekunder. Yang primer tidak diketahui penyebabnya, karena terkait dengan faktor genetik atau hormonal.
Adapun yang sekunder, penyebabnya bisa diketahui. Misalnya pada pasien kanker yang mendapat kemoterapi, sel-sel kanker banyak yang mati, yang normal pun sebagian mati. Sel yang mati ini pecah, inti selnya pecah, DNA-nya keluar, purinnya juga keluar. ”Nah, ditambah purin dari makanan, tambah tinggilah kadar asam urat,” dia menjelaskan.
Kadar asam urat yang tinggi juga bisa berubah menjadi penyakit darah tinggi, menyerang jantung, menyebabkan stroke, kencing manis, dan merembet ke organ tubuh lainnya. Dalam kasus penyakit jantung koroner, asam urat menyerang endotel—lapisan bagian paling dalam pembuluh darah besar. Jika endotel mengalami disfungsi atau rusak, akan menyebabkan penyakit jantung koroner. ”Ini terjadi terutama berkaitan dengan kolesterol,” kata Suryo.
Karena itu, pemeriksaan penyakit asam urat harus komprehensif. ”Harus dilihat penyulitnya,” katanya. Jika penyulitnya ada pada sendi atau radang sendi—dikenal sebagai gout—yang memeriksa adalah ahli reumatologi. Bila efek sampingnya ke ginjal, harus dikonsultasikan ke ahli urologi. Jalan keluarnya bisa dengan operasi (dibedah) atau ditembak. ”Memang tumpang-tindih. Sebagai dokter, kalau ketemu pasien dengan hasil cek asam urat tinggi, harus berpikir balik, jangan-jangan pada pasien itu ada gangguan jantung, kencing manis, atau ginjal,” ujarnya.
Nah, tentu saja, yang terpenting adalah menjaga kadar asam urat agar berada di batas normal: 7 miligram per 100 mililiter. Caranya, baik menurut dokter Bambang maupun Suryo, adalah menjalani pola makan sehat dengan menghindari makanan dan minuman dengan kadar purin tinggi. Apa saja? Jeroan, udang, cumi, kepiting, kerang, ikan teri, makanan kaleng, seperti sarden dan kornet, serta minuman beralkohol. ”Saya tak akan memberi obat dulu. Jika berhasil dengan diet, ya, diet saja cukup,” kata Bambang.
Melihat penyebab utama penyakit asam urat adalah pola makan tak sehat, tak mengherankan bila jumlah penderitanya cenderung meningkat—sejalan dengan gaya hidup modern yang cenderung tak sehat. Baru-baru ini ada kabar bahwa hasil pemeriksaan kesehatan calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Minahasa, Sulawesi Utara, 2009, sebanyak 80 persen mengidap penyakit asam urat.
Ini jelas berkaitan dengan asupan makanan mereka. Menurut penelitian ahli reumatologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Profesor Harry Isbagio, penduduk di daerah Manado-Minahasa memiliki prevalensi tinggi terjangkit penyakit asam urat. Ini karena kebiasaan mereka mengkonsumsi makanan laut tertentu dan alkohol. Di dunia, suku bangsa yang paling tinggi prevalensi asam uratnya adalah suku Maori di Selandia Baru.
Ahmad Taufik
Golongan Makanan
- Purin tinggi (150-800 miligram per 100 gram makanan): hati, ginjal, otak, jantung, paru, dan jeroan lain, udang, remis, herring, sarden, dendeng, kornet, abon, ragi, serta makanan dalam kaleng.
- Purin sedang (50-150 miligram per 100 gram makanan): ikan (yang tidak termasuk golongan di atas), daging sapi, kacang-kacangan kering, kembang kol, bayam, asparagus, buncis, jamur, daun singkong, daun pepaya, kangkung.
- Purin rendah (0-50 miligram per 100 gram makanan): keju, susu, telur, sayuran (bukan golongan purin sedang), buah-buahan.
Tip Menjaga Kadar Asam Urat:
- Pilihlah makanan Anda.
- Perbanyak minum air putih.
- Turunkan berat badan.
Sasaran Asam Urat
- Jantung (penyakit jantung koroner).
- Kencing manis.
- Ginjal.
- Persendian, jempol kaki, pergelangan kaki, lutut, pergelangan tangan, dan siku.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo