Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jangan pernah sepelekan cuci tangan pakai sabun. Menurut data Badan Kesehatan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (WHO), lebih dari 3,5 juta anak setahun tak sempat merayakan ulang tahun kelima, karena penyakit yang disebabkan oleh tangan kotor. Untuk itulah, Rabu pekan ini, kegiatan tersebut untuk pertama kalinya diperingati sebagai Hari Cuci Tangan dengan Sabun Sedunia.
Menurut dokter spesialis penyakit perut dan pencernaan (gastroenterohepatologi) Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Ari Fahrial Syam, perilaku mencuci tangan sangat penting untuk mencegah penyakit. Infeksi saluran pencernaan, seperti diare, merupakan salah satu penyakit akibat tidak mencuci tangan dengan benar. Misalnya, seseorang setelah buang air besar atau kecil, tangannya membawa bakteri, bisa berupa cacing atau bakteri lainnya.
Begitu juga tangan yang tercemar setelah memegang sesuatu, misalnya komputer atau barang-barang yang dipegang banyak orang. ”Nah, saat makan, karena tak mencuci tangan yang benar, bakteri masuk ke dalam mulut dan saluran pencernaan yang kemudian mengakibatkan sakit,” kata Ari.
Diare menjadi penyebab kematian kedua yang paling umum pada anak-anak usia di bawah lima tahun. Ada 30 penelitian yang dipublikasikan Jurnal Kedokteran Inggris (British Medical Journal) pada November 2007, yang membuktikan cuci tangan dengan sabun dapat memangkas angka penderita diare hingga 50 persen. Berdasarkan penelitian tersebut, mencuci tangan dengan sabun, 44 persen lebih efektif menurunkan angka penderita diare dibanding cuci tangan dengan air olahan untuk minum (39 persen) dan sanitasi (32 persen).
Penyakit lain yang mudah muncul akibat tidak cuci tangan dengan sempurna adalah infeksi saluran pernapasan atas, seperti flu atau batuk. ”Bersin, membersihkan ingus di hidung, atau melakukan kontak tangan dengan orang yang tercemar virus akan menyebabkan penyakit itu,” ujar Wakil Sekretaris Jenderal Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia itu.
Infeksi saluran pernapasan atas merupakan penyebab utama kematian anak-anak di bawah lima tahun. Mencuci tangan dengan sabun melepaskan patogen (kuman penyakit) pernapasan yang terdapat pada tangan serta menghilangkan kuman lainnya, terutama virus entrentic yang menjadi penyebab penyakit tersebut.
Penelitian lain yang dipublikasikan Cochrane Library Journal edisi Oktober 2007 menemukan mencuci tangan dengan air dan sabun adalah cara sederhana dan efektif untuk menahan virus infeksi saluran pernapasan atas, dari virus flu sehari-hari hingga virus pandemik yang mematikan. Penelitian di Pakistan membuktikan mencuci tangan dengan sabun mengurangi infeksi saluran pernapasan yang berkaitan dengan infeksi paru (pneumonia) pada anak di bawah lima tahun hingga lebih dari 50 persen.
Penelitian juga membuktikan, selain diare dan infeksi saluran pernapasan, penggunaan sabun dalam mencuci tangan mengurangi penyakit kulit, infeksi mata, seperti trakom dan cacingan.
Dokter Ari mengingatkan membersihkan tangan sebaiknya dengan air mengalir. ”Jangan air yang menetap, apalagi di tempat kecil,” katanya. Selain itu, lap sebaiknya yang sekali pakai, jangan yang digunakan berkali-kali, apalagi dipakai orang lain. ”Khawatir justru setelah mencuci tangan dengan benar, karena lapnya kotor, malah menimbulkan penyakit,” ujarnya.
Penetapan Hari Mencuci Tangan dengan Sabun Sedunia 15 Oktober merupakan hasil pertemuan tahunan Air Sedunia, Agustus lalu, di Stockholm, Swedia, seiring dengan penunjukan Perserikatan Bangsa-Bangsa bahwa 2008 merupakan Tahun Sanitasi Internasional.
Di Indonesia, pemerintah meluncurkan Kampanye Nasional Cuci Tangan Pakai Sabun sejak April 2007. Menurut Deputi II Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Dokter Emil Agustiono, kampanye itu merupakan upaya meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat melalui peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat. Tujuan akhirnya mewujudkan masyarakat Indonesia sehat pada 2010. Semoga ini bukan sekadar lip service dan kampanye klise.
Ahmad Taufik
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo