Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bersikap pamer atau berlagak menyombongkan diri tak selalu sama perilakunya. Misalnya, tujuan dan caranya. Ada dua ciri perilaku pamer, humblebrag dan flexing.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perilaku flexing memamerkan sesuatu secara mencolok, bahkan terkesan norak. Perilaku itu yang dianggap menjengkelkan dan sangat mengganggu. Sedangkan, humblebrag perilaku memamerkan dengan perangai kerendahan hati.
Perbedaan humblebrag dan flexing?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
1. Humblebrag
Berperilaku sederhana untuk sombong atau bersikap merendah, tapi maksudnya meninggikan diri menandakan humblebrag. Perilaku itu cenderung membual, mengada-ada, atau pamer sesuatu, namun ditutupi perangai rendah hati atau kesopanan.
Orang yang berperilaku humblebrag menghindari rasa kurang nyaman ketika sedang membanggakan atau memamerkan sesuatu. Rasa malu diri seorang humblebrag, biasanya karena pengalaman yang pernah terjadi sebelumnya yang membuat dia merasa gagal. Atau, karena tidak memiliki hubungan dekat dengan orang lain.
Merujuk publikasi dalam Journal of Personality and Social Psychology, humblebrag tergolong fenomena umum di kehidupan sehari-hari. Beberapa orang mungkin saja melakukan itu di media sosial atau di pertemuan nyata.
Biasanya, kalimat seseorang dengan perilaku humblebrag, seperti “Saya tidak pernah menyangka bisa membeli rumah mewah ini. Padahal, saya baru menabung selama empat bulan saja.” Contoh kalimat lainnya, “Saya tidak percaya rekan kerja saya menominasikan saya untuk menerima penghargaan bergengsi."
Kalimat itu disampaikan seolah-olah merendah atau hanya sekadar keluhan saja. Nyatanya, itu perkataan ingin memamerkan sesuatu.
2. Flexing
Mengutip Cambridge Dictionary, flexing diartikan sebagai perilaku yang menunjukkan seseorang yang suka pamer atas keberhasilan dan pencapaiannya. Biasanya,perilaku pamer itu bertujuan menyinggung orang-orang di sekitarnya atau membuat kesal.
Flexing bisa dilakukan secara langsung atau melalui media sosial. Misalnya, pamer di media sosial, seperti saldo rekenig, berfoto atau membuat video dengan lembaran uang bertumpuk, dan menunjukkan barang-barang mewah mobil, jam tangan, cincin, dan sejenisnya.
Flexing rentan berdampak hubungan dengan orang lain. Misalnya, saat seseorang berada dil lingkungan yang baru. Perilaku pamer mengakibatkan sulit bergaul atau diterima oleh orang lain. Pamer terkait keuangan juga meningkatkan konsumtif, karena dorongan meningkatkan status sosial dalam hal kemampuan berbelanja, bukan kebutuhan.
Sebelum era media sosial, perilaku pamer kekayaan agar terlihat mencolok sudah disebut sejak 1899 oleh Thorstein Veblen dalam bukunya The Theory of the Leisure Class: An Economic Study in the Evolution of Institutions. Flexing hanya istilah modern untuk perilaku suka pamer pada masa kini.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.