Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

BIsakah Demam Babi Afrika Menular ke Manusia?

Tingginya kasus ASF pada babi menimbulkan kekhawatiran dan pertanyaan, termasuk apakah virus atau demam babi Afrika dapat menular ke manusia?

22 Desember 2024 | 11.38 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Demam babi Afrika adalah penyakit akibat virus yang menyerang babi peliharaan dan liar dengan tingkat penularan sangat tinggi dan angka kematian mendekati 100 persen. Demam babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) terus menjadi sorotan di berbagai daerah di Indonesia setelah menyerang populasi babi. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penyakit ini pertama kali ditemukan di Sumatera Utara pada 2019 dan kini telah menyebar ke 32 provinsi, termasuk Papua, Papua Tengah, dan Nusa Tenggara Timur. Bahkan di Papua Tengah dilaporkan sebanyak 6.273 ekor babi mati akibat ASF pada Januari 2024. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hingga kini, ribuan babi dilaporkan mati akibat terinfeksi ASF dan Indonesia masih belum memiliki vaksin untuk menangani wabah ini. Tingginya kasus ASF pada babi menimbulkan kekhawatiran dan pertanyaan, salah satunya apakah virus atau demam babi Afrika ini dapat menular dan membahayakan manusia?

Sebelum menjawab kekhawatiran tersebut, penting untuk memahami lebih dalam apa itu demam babi Afrika. ASF disebabkan virus dari genus Asfivirus dalam keluarga Asfarviridae yang memiliki tingkat penularan dan angka kematian sangat tinggi pada populasi babi dan menyebar melalui kontak langsung dengan babi yang terinfeksi, konsumsi produk babi terkontaminasi, atau gigitan kutu pembawa virus. 

ASF memiliki dampak besar terhadap industri peternakan babi dan ekonomi, terutama di negara-negara penghasil babi. Perlu langkah pencegahan ketat karena hingga kini belum ditemukan vaksin atau obat untuk mengatasinya. Kasus pertama kali terdeteksi di Indonesia pada 2019 dan secara resmi dinyatakan melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor 820/KPTS/PK.320/M/2019 tentang Pernyataan Wabah Penyakit Demam Babi Afrika yang melanda sejumlah kabupaten/kota di Sumatera Utara. 

Virus ASF memiliki ketahanan yang luar biasa terhadap berbagai kondisi lingkungan. Contohnya, virus dapat bertahan hingga 15 hari dalam urine sehingga memungkinkan penyebarannya melalui cairan tubuh babi yang terinfeksi. Ketahanan virus ASF semakin mengkhawatirkan ketika berada dalam produk olahan daging babi. Pada suhu ruang, virus mampu bertahan aktif selama 105-300 hari sehingga berpotensi menyebar melalui makanan atau produk berbahan dasar babi yang tidak diolah dengan baik.

Apakah virus ASF bisa menular dan membahayakan manusia?
Kepala Biro Komunikasi Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan, Aji Muhawarman, menegaskan virus ASF tidak berbahaya bagi manusia. Pernyataan serupa juga disampaikan Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP) Provinsi Jakarta, Suharini Eliawati. Ia menegaskan demam babi Afrika adalah penyakit yang hanya menyerang babi.

"ASF merupakan penyakit yang hanya berdampak pada babi, tidak menular ke manusia atau tidak bersifat zoonosis," tutur Eliawati.

Hingga saat ini, tidak ada bukti virus tersebut dapat menular ke manusia sehingga wabah ini tidak memiliki dampak langsung terhadap kesehatan manusia. Penanganan penyakit ini menjadi tanggung jawab Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian bekerja sama dengan dinas terkait di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

Untuk mencegah meluasnya penyebaran virus ASF, masyarakat diimbau segera melaporkan kepada petugas Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan setempat dalam waktu 1x24 jam jika menemukan babi yang sakit atau mati. Selain itu, menghindari aktivitas jual beli babi yang sedang sakit juga menjadi langkah penting untuk mengurangi risiko penularan penyakit ini.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus