Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pamor buah pedada belum setinggi buah jeruk. Bagi Anda yang belum tahu, buah pedada adalah buah mangrove yang hidup di perairan payau. Bagian dasar buah ini dibungkus kelopak bunga, dan tidak beracun. Masyarakat jarang mengkonsumsi langsung buah pedada karena rasanya yang asam. Dosen Prodi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Jambi (Unja) Uce Lestari berhasil mengolah buah pedada menjadi produk olahan pangan yang bermanfaat meningkatkan sistem imun tubuh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Buah pedada ini diolah menjadi dodol pedade, permen asam manis pedado, granul pedada dan marshmallow pedade sebagai peningkat sistem imun," kata Dosen Prodi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Jambi (Unja) Uce Lestari di Jambi, Minggu 18 Juni 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Buah pedada diperoleh dari Desa Teluk Majelis yang terletak di Kecamatan Kuala Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi yang mana sebagian besar masyarakatnya bermata pencarian sebagai nelayan. Selain itu hutan mangrove yang berada di sekitar perkampungan Desa Teluk Majelis banyak ditemukan dan didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut.
Komunitas tanaman itu berfungsi untuk melindungi garis pantai dan menjadi habitat berbagai hewan perairan. Menurut data BKSDA Provinsi Jambi hutan bakau pantai timur memiliki 20 jenis tanaman mangrove salah satunya adalah jenis mangrove yang menghasilkan buah pedada (Sonneratia cassiolaris).
Ia menjelaskan bahwa masyarakat Desa Teluk Majelis yang berada di wilayah hutan mangrove tersebut belum mampu mengoptimalkan potensi hasil hutan mangrove non kayu sehingga kurang memiliki kepedulian dalam melestarikan ekosistem mangrove di Semenanjung Pesisir Tanjung Jabung Timur.
"Tanaman pedada (Sonneratia cassiolaris) yang tumbuh di hutan mangrove tersebut berbuah secara musiman, dimana pedada akan berbuah pada akhir tahun seperti periode bulan Oktober sampai dengan Desember," katanya.
Masyarakat Desa Teluk Majelis jarang mengkonsumsi langsung buah pedada karena rasanya asam. Sehingga buah tersebut banyak jatuh terbawa arus laut ataupun habis dimakan oleh binatang primata. Rasa asam disebabkan karena pedada memiliki kandungan vitamin C yang cukup tinggi.
Berdasarkan penelitiannya Uce Lestari mengatakan bahwa buah pedada (Sonneratia caseolaris) mengandung beberapa senyawa bioaktif diantaranya flavonoid, luteolin dan luteolin 7-O-B-glucoside yang memiliki aktivitas antioksidan yang kuat, mampu meningkatkan sistem daya tahan tubuh serta dapat membunuh mikroorganisme.
Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K) Melati di Kabupaten Tanjung Jabung Timur merupakan satu-satunya usaha dalam mengolah buah pedada menjadi produk olahan pangan sebagai peningkat sistem imun. Produk pangan fungsional tersebut telah dijual pada pusat oleh-oleh di Kabupaten Tanjab Timur.
Pilihan Editor: 10 Buah yang Bantu Menurunkan Berat Badan, Apel hingga Kiwi