Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pikun bukan hanya urusan orang tua, tapi juga penting diwaspadai anak muda. Penulis dari buku berjudul 'Stop Pikun di Usia Muda', Yuda Turana, mengatakan mencegah pikun tidak bisa menunggu saat Anda sudah berusia 50 tahun. "Pentingnya melakukan deteksi dini dan meningkatkan kesadaran tentang penyakit demensia dan Alzheimer sejak muda," kata Yuda di "Diskusi Publik: Stop Pikun di Usia Muda" hasil kolaborasi ALZI dengan UNIKA Atma Jaya (UAJ) dan BenihBaik.com pada Jumat 6 Maret 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ada banyak cara meningkatkan kesadaran anak muda tentang penyakit pikun. Salah satunya adalah ikut menjadi salah satu penggeraknya. Anak muda bisa melakukan banyak hal untuk peduli tentang penyakit ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Regional Asia Pasifil Alzheimer Disease International, DY Suharya mengatakan saat ini sudah ada beberapa anak muda yang ikut berpartisipasi dalam menangani penyakit ini. Ada yang menjadi menjadi pengasuh, ada juga yang menggalang dana melalui konser anak muda.
Diskusi Publik: Stop Pikun di Usia Muda, bekerja sama dengan UNIKA Atma Jaya (UAJ) pada 6 Maret 2020 di Jakarta/Istimewa
Selain itu, ada pula sekelompok anak muda yang melakukan terapi musik pada lansia yang terkena demensia. "Mereka bermain lagu-lagu zaman dulu seperti Elvis Presley saat mendatangi para lansia," kata DY.
Kegiatan sederhana seperti terapi musik itu memberikan manfaat yang baik bagi para lansia. mereka menjadi lebih ceria dan semangat. "Biasanya para lansia itu kan stres, namun karena dihibur seperti itu tingkat kebahagiaan mereka pun semakin meningkat," kata DY.
Yuda mengatakan kebahagiaan memang bisa mempengaruhi kondisi otak seseorang. Ia mengatakan dulu ada penelitian demensia pada permainan sudoku. Orang-orang yang senang dengan permainan sudoku bisa mencegah otaknya untuk pikun. Sebaliknya, ada pula orang yang tidak suka bermain sudoku dan berakibat buruk pada otaknya. "Bila happy melakukan sesuatu, maka kegiatan itu akan mencegah demensia. Yang penting itu, melakukan aktivitas yang terprogram dan menyenangkan," katanya.