Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

10 Mitos Tentang Kesehatan Usus yang Diluruskan Para Ahli

Banyak mitos beredar seputar cara menjaga kesehatan usus, dari kebiasaan buang air besar hingga konsumsi probiotik.

3 Februari 2025 | 13.26 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi usus. 123rf.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kesehatan usus menjadi topik yang jarang dibahas. Padahal, usus menyumbang peran dalam menjaga metabolisme tubuh. Banyak mitos beredar seputar cara menjaga kesehatan usus, dari kebiasaan buang air besar hingga konsumsi probiotik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Untuk meluruskan berbagai kesalahpahaman kesehatan usus, berikut adalah fakta-fakta yang diungkap oleh para ahli gastroenterologi dan mikrobioma dikutip dari Channel News Asia Lifestyle.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

1. Harus Buang Air Besar Setiap Hari

Banyak orang percaya bahwa tidak buang air besar setiap hari menandakan masalah kesehatan. Namun, menurut Dr. Folasade P. May dari UCLA, frekuensi normal buang air besar berkisar antara tiga kali sehari hingga tiga kali seminggu. Yang penting adalah konsistensi dan tekstur tinja, bukan jumlahnya. Jika mengalami kesulitan buang air besar, nyeri, atau perubahan drastis dalam kebiasaan buang air, sebaiknya konsultasikan dengan dokter.

2. Diet Menghindari Makanan Dapat Menyembuhkan Masalah Usus

Beberapa orang menghindari makanan tertentu dengan harapan dapat meredakan gangguan pencernaan. Namun, menurut ahli diet Tamara Duker Freuman, tidak ada bukti bahwa biji-bijian, susu, atau kacang-kacangan bersifat inflamasi bagi semua orang. Diet eliminasi yang tidak tepat justru dapat merugikan kesehatan usus dan menyebabkan kekurangan nutrisi.

3. Tes Sensitivitas Makanan Dapat Mendiagnosis Alergi

Banyak perusahaan menawarkan tes sensitivitas makanan yang mengklaim dapat mengidentifikasi makanan penyebab masalah pencernaan. Namun, menurut Kate Mintz dari UCLA Health, tes ini belum terbukti secara ilmiah. Diagnosis sensitivitas makanan yang akurat memerlukan evaluasi dari tenaga medis profesional, bukan sekadar tes mandiri.

4. Stres Dapat Menyebabkan Maag

Dulu, maag dianggap sebagai akibat dari stres dan makanan pedas. Namun, penelitian menunjukkan bahwa infeksi bakteri Helicobacter pylori atau konsumsi obat antiinflamasi nonsteroid adalah penyebab utama. Jika tidak ditangani, kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi serius seperti perdarahan atau kanker lambung.

5. Konsumsi Jus Detoks Dapat Menyembuhkan Usus

Beberapa orang percaya bahwa jus detoks dapat membersihkan usus. Faktanya, menurut Dr. Shane dari Universitas Miami, jus sering kali mengandung gula tinggi dan tidak memiliki cukup serat bagi kesehatan usus. Konsumsi makanan kaya serat lebih efektif dalam menjaga kesehatan pencernaan.

6. Kanker Kolorektal Hanya Menyerang Lansia

Kanker kolorektal kini semakin banyak ditemukan pada orang di bawah usia 50 tahun. Oleh karena itu, Dr. May menekankan pentingnya skrining mulai usia 45 tahun atau lebih awal bagi mereka yang memiliki faktor risiko tertentu.

7. Kacang dan Popcorn Dapat Menyebabkan Divertikulitis

Dulu, dokter menyarankan penderita divertikulitis untuk menghindari kacang dan popcorn. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa makanan ini justru dapat menurunkan risiko peradangan karena kandungan seratnya yang tinggi.

8. Lektin dalam Makanan Dapat Menyebabkan Usus Bocor

Lektin yang terdapat dalam kacang-kacangan dan biji-bijian sering dikaitkan dengan usus bocor. Namun, menurut Dr. Justin Sonnenburg dari Universitas Stanford, proses memasak menghancurkan sebagian besar lektin, sehingga tidak berbahaya bagi kesehatan usus.

9. Irritable Bowel Syndrome Hanya Ada di Pikiran Anda

IBS adalah kondisi nyata yang melibatkan interaksi antara otak dan usus. Menurut Dr. Baha Moshiree, gangguan ini dapat menyebabkan nyeri, diare, dan sembelit, yang membutuhkan penanganan medis yang tepat.

10. Semua Orang Perlu Mengonsumsi Probiotik

Meskipun probiotik bermanfaat bagi sebagian orang, tidak semua orang membutuhkannya. Dr. Brian Lacy dari Mayo Clinic menyarankan konsumsi makanan fermentasi seperti yogurt dan kimchi sebagai alternatif yang lebih alami.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus