Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hardianingsih takjub melihat sikap putra semata wayangnya, Geza Ibra Prasetya, jadi begitu teliti dalam hal kebersihan. Geza kini secara spontan mencuci tangan sebelum dan sesudah makan tanpa disuruh. Geza juga kerap mengingatkan ibunya memperhatikan komposisi makanan seimbang, seperti harus ada protein, sayur, dan buah.
Bocah lelaki enam tahun itu pun rajin membuang sampah pada tempatnya dan menaruh piring di wastafel begitu selesai makan. Geza sebelumnya tak pernah menunjukkan tingkah laku seperti itu meski sang ibu, yang bekerja sebagai perawat di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar, kerap mengingatkannya. ¡°Dia bilang main game yang mengajarkan bagaimana cara mencuci tangan sebelum dan sesudah makan," kata Hardianingsih, 30 tahun, saat dihubungi pada Rabu pekan lalu.
Ia menduga anak lebih mudah meniru informasi yang disampaikan lewat permainan ketimbang ucapan atau perintah. Perubahan sikap Geza itu, kata dia, terjadi setelah putranya terlibat dalam penelitian perilaku sehat anak usia prasekolah melalui permainan Arbicare.
Arbicare adalah permainan berbasis aplikasi Android yang dikembangkan Arbianingsih, pengajar di Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, untuk disertasinya di bidang keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Topik penelitian ini membawanya meraih gelar doktor pada Rabu dua pekan lalu.
Penelitian pembuatan permainan ini dilakukan sejak akhir 2014. Ia prihatin terhadap tingginya kasus kematian anak akibat diare, khususnya di Makassar. Menurut dia, Dinas Kesehatan Makassar mencatat diare menempati posisi kedelapan dari sepuluh penyakit utama di kota itu. Adapun data Unicef pada 2012 menyebutkan angka kematian bayi di Indonesia mencapai 152 ribu, dua pertiganya karena diare.
Dalam lima tahun terakhir, kata dia, diare dianggap penyakit sepele karena umum diderita penduduk. "Tapi ini masih jadi masalah karena mayoritas anak yang dirawat inap di rumah sakit disebabkan oleh diare," ujar Arbianingsih, Rabu pekan lalu.
Ia memilih permainan berbasis pembelajaran ini agar bisa memotivasi pemain, yakni anak usia prasekolah, mengikuti skenario dalam permainan. Arbicare melibatkan pemain untuk memenuhi kebutuhan karakter dalam permainan sehubungan dengan keperluan nutrisi, bermain, kebersihan diri, istirahat, dan tidur seimbang. Selama ini, kata dia, upaya pencegahan diare lebih banyak diberikan kepada orang dewasa.
Dalam Arbicare, ibu dua putri ini menerapkan jenis role-playing game (RPG) dengan tokoh utama anak usia prasekolah. Anak diberi pengetahuan tentang perilaku pencegahan diare dengan mencuci tangan menggunakan sabun serta memilih makanan bersih dan bergizi seimbang. Permainan ini dikombinasikan dengan video tutorial agar anak tak mudah bosan.
Permainan ini diujikan kepada 60 anak usia prasekolah selama 25 menit sekali bermain. Permainan dilakukan dua kali sepekan selama lima pekan berturut-turut. Sedangkan 60 anak lainnya hanya diberi penyuluhan melalui contoh lisan. Hasilnya, anak-anak yang secara intensif bermain Arbicare memahami dan menerapkan aktivitas pada permainan itu dalam kehidupan sehari-hari. "Arbicare efektif meningkatkan kemampuan anak mempraktekkan perilaku sehat pada dua pekan setelah diintervensi," ujar Arbi.
Menurut dia, kesadaran terhadap perilaku sehat pada kelompok yang diberi penyuluhan juga meningkat, tapi hanya sepertiga dari kelompok yang mendapatkan permainan.
Ia mengatakan Arbicare sedang dalam tahap penyempurnaan dan pengajuan hak paten. Ia mengharapkan permainan ini dapat disosialisasi secara nasional.
Promotor penelitian Arbicare, Yeni Rustina, mengungkapkan inovasi terbaru dalam bidang keperawatan ini dapat memperkaya alat sosialisasi pencegahan diare. Selama ini upaya pencegahan yang diterapkan sudah baik, tapi kerap melupakan sosialisasi pada anak usia prasekolah. "Penanaman pola perilaku hidup sehat sejak kecil inilah yang penting diperkenalkan dengan cara menyenangkan agar anak juga senang melakukannya," tutur Yeni.
Periode prasekolah, kata dia, masuk kelompok usia peralihan dari dominasi kontrol orang tua menjadi kontrol oleh anak itu sendiri. Dalam fase ini, anak mulai bisa memahami standar nilai yang ada di lingkungannya. AISHA SHAIDRA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo