Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Cerdik Atur Uang untuk Program Bayi Tabung

Biaya program bayi tabung berkisar Rp 40-70 juta.

4 Oktober 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Cerdik Atur Uang untuk Program Bayi Tabung

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebanyak satu dari sepuluh pasangan di Indonesia mengalami kesulitan memiliki keturunan. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012, diperkirakan ada empat juta pasangan usia subur yang mengalami infertilitas. Namun, dari jumlah tersebut, yang mengakses program bayi tabung hanya 5 persen.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut pakar bayi tabung sekaligus CEO klinik bayi tabung Morula IVF Indonesia, Ivan Sini, salah satu faktor yang menyebabkan keraguan pasangan infertile untuk mengakses program bayi tabung adalah mitos-mitos yang berkembang seputar bayi tabung. Salah satunya adalah harga program bayi tabung yang berada di angka puluhan juta. "Pada pasangan yang sudah 5-10 tahun berupaya ke sana- kemari, biaya yang paling besar adalah waktu," kata dia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Ivan, waktu adalah hal paling krusial bagi pasangan yang menginginkan memiliki keturunan. Sebab, kata dia, sel telur memiliki usia keemasan sendiri yang akan semakin kurang produktif seiring dengan pertambahan usia si perempuan. "Belum lagi ditambah dengan kalkulasi seluruh pengeluaran untuk mencoba berbagai macam cara selama bertahun-tahun tersebut," kata dia, dua pekan lalu. Ivan mengatakan biaya program bayi tabung di kliniknya bervariasi, dari angka Rp 40 juta hingga Rp 70 juta, bergantung pada kondisi setiap pasangan.

Perencana keuangan Ligwina Hananto mengatakan, mengikuti program bayi tabung bukan sebuah kemustahilan bagi pasangan dengan pendapatan gabungan di angka Rp 10 juta per bulan. Menurut dia, dalam waktu dua tahun, pasangan ini bisa segera mengikuti program bayi tabung. Syaratnya, cerdik dalam mengelola keuangan dan mengubah cara pandang mengenai nilai tersebut.

Menurut CEO Quantum Magna ini, pasangan tersebut mesti memangkas sejumlah pengeluaran, terutama yang berada di pos gaya hidup. "Saat belum punya anak biasanya pos pengeluaran gaya hidup sangat besar, maka pos inilah yang harus dikurangi," kata dia.

Supaya tidak terasa berat, dia menganjurkan pasangan untuk menerapkan target terkecil. Misalnya, biaya yang dibutuhkan untuk mengikuti bayi tabung diestimasikan sebesar Rp 50 juta, pasangan cukup mematok target mengumpulkan dana sebesar Rp 25 juta per tahun. "Bisa dipecah lagi menjadi Rp 13 juta selama enam bulan, misalnya. Jadi yang dipikirkan adalah bagaimana caranya mencapai angka Rp 13 juta, bukan Rp 50 juta," kata dia.

Jika dihitung secara cermat, kata dia, pasangan ini cukup menabung sekitar Rp 2,2 juta tiap bulan. "Dengan target yang kecil-kecil, akan terasa ringan bagi pasangan. Mengejar target Rp 20 juta dengan Rp 50 juta terasa berbeda bebannya. Padahal, kalau cermat, sebetulnya sama saja," kata dia. Karena itu, kata Ligwina, mengikuti program bayi tabung tetap realistis bagi pasangan dengan pendapatan gabungan hanya sebesar Rp 10 juta per bulan.

Dia juga menyarankan pasangan untuk mengevaluasi kembali aset-aset yang dapat dinominalkan atau diuangkan. "Banyak yang tidak sadar ternyata sudah memiliki aset atau simpanan lain yang mendekati cash, misalnya tabungan emas," kata dia. Aset-aset ini, menurut dia, dapat dicairkan terlebih dulu jika biaya program bayi tabung yang diikuti sedikit lebih besar dari perkiraan.

Menurut Ligwina, pasangan tidak perlu ngoyo mencari keuntungan dengan berinvestasi. Jika memang untuk bayi tabung yang akan dilakukan dalam jangka waktu satu hingga dua tahun mendatang, kata dia, lebih baik menghindari instrumen investasi. "Tujuannya kan dekat. Kalau ngebut sekali lalu di tengah jalan ada apa-apa, risikonya malah lebih besar. Jadi lebih baik parkir saja supaya tidak nabrak, aman secara finansial," kata dia.

Ligwina mengatakan idealnya kemampuan menabung adalah 10-30 persen dari pendapatan. Dia mengatakan, ketika menerima penghasilan, yang perlu diutamakan adalah cicilan atau utang-utang, lalu pengeluaran rutin lainnya. "Ada sebuah stigma yang salah dalam mengartikan menabung. Dalam menabung, yang perlu diperhatikan justru adalah bagaimana membelanjakannya dengan bijak," kata dia.

Persiapan keuangan yang baik tidak hanya berhenti ketika kehamilan sudah didapat. "Selama masa kehamilan, kita harus pintar memindahkan pos satu ke pos lain, misalnya memindahkan pos nongkrong sampai malam untuk belanja makanan bergizi," kata dia. Lalu, pada masa kehamilan inilah pasangan mesti menyiapkan dana untuk melahirkan dan pendidikan.

Menurut Ligwina, jika pasangan bisa konsisten menabung untuk mengikuti program bayi tabung, mengumpulkan uang untuk dana melahirkan dan pendidikan seharusnya jadi pekerjaan mudah. "Saya tidak menyarankan pasangan bikin dana pendidikan dari awal menikah," kata dia. Mengumpulkan dana pendidikan juga bisa dilanjutkan oleh pasangan hingga anak memasuki usia sekolah. DINI PRAMITA

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus