PENDERITA AIDS di Bali bertambah satu lagi. Dalam laporannya pekan lalu itu, dr. I Wayan Sumendera merinci bahwa penderita AIDS tersebut adalah warga negara Italia berusia 38 tahun. Penderita itu sudah sering ke Bali dan pernah bermukim selama setahun di sana. Wayan Sumendera adalah Kepala Bidang Penyakit Menular, Kanwil Departemen Kesehatan Provinsi Bali. Toh, kebenaran berita itu masih diragukan. Mengapa? Ketua Tim Penanggulangan AIDS di Bali, dr. Dwi Sutanegara, menyatakan bahwa kesimpulan itu didapat hanya dari tes ELISA, yang bersifat scanning, dan masih harus dikukuhkan dengan tes konfirmasi Western Blot. "Pengalaman menunjukkan, dari tiga orang yang ketahuan positif AIDS dengan ELISA, hanya satu yang betul-betul kena," kata Dwi. Tapi Wimpie Pangkahila, dokter yang menemukan penderita AIDS itu, yakin sekali bahwa pasiennya terkena AIDS. Namun, diakuinya juga, kesimpulan itu semata-mata berdasarkan tes ELISA. Kata Wimpie, pasien itu memeriksakan diri padanya dan bersedia melakukan tes darah. "Kelihatannya dia sudah tahu menderita AIDS. Ia tidak kaget ketika diberi tahu." Apakah pria Italia itu homoseks yang punya risiko tinggi? Menurut Wimpie, pasien yang menduda lima tahun itu mengaku bukan homoseks. "Tapi pernah tinggal di Nigeria, tempat banyak penderita AIDS, dan mengaku pernah sanggama dengan wanita di sana." Apakah sudah terlihat gejala klinis ? Kata Wimpie, sama sekali tidak ditemukan gejala tertentu. Dirjen P2PMPLP, dr. Gandung Hartono, pekan lalu tidak membantah adanya seorang penderita AIDS dan darahnya masih akan diuji lewat tes Western Blot. Seandainya benar, tugas pengawasan akan diberikan pada Wimpie. Dokter ini yang tahu alamat si penderita. Tapi, menurut perkiraan Dirjen, pria Italia itu sudah pulang ke negerinya. Masalahnya kini, mengapa seorang yang diduga menderita AIDS tidak diawasi lebih ketat. Mengapa tak segera dipulangkan saja? Dan mengapa masyarakat harus ditakut-takuti dengan berita tentang dirinya, padahal belum pasti bahwa ia menderita AIDS? Diah Purnomowati (Jakarta) & Joko Daryanto (Denpasar)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini