ANDA bisa jatuh sakit lagi justru karena terlampau lama istirahat. Teori yang menyebutkan sakit berat memerlukan istirahat panjang ternyata tidak seluruhnya benar. Berbaring terlalu lama, misalnya, akan mengganggu kelancaran oksigen dalam sistem pernapasan. Akibatnya, bisa terjadi penggelembungan udara (emboli) yang berbahaya dalam darah. Perawatan yang lama juga punya akibat buruk pada paru-paru. Berada terlampau lama pada posisi berbaring membuat mekanisme penyaringan paru-paru tidak seimbang. Akibatnya, bisa terjadi radang paru-paru. Sistem saraf juga akan terganggu bila pasien terlalu lama dirumahsakitkan. Kelainan muncul di pusat saraf serta jaringan cabang pada otot-otot. Simptomnya yang paling umum adalah atrofi atau kaku pada sendi. Untuk menghindari akibat buruk semacam itu, jawabannya bisa diduga: percepat masa perawatan di rumah sakit. Namun, penyingkatan ini tentulah tidak bisa dilakukan sembarangan. Memerlukan bantuan ahli. Persisnya, ahli dalam pengobatan fisik dan rehabilitasi. Caranya, mengembalikan fungsi organ dengan bantuan penyinaran, latihan fisik, dan pembinaan mental. Pengobatan fisik dan rehabilitasi, cabang ilmu kedokteran yang belum luas dikenal, dibahas akhir Oktober lalu di aula Universitas Indonesia. Sebuah simposium nasional diselenggarakan tentang spesilisasi ini, sekaligus kongres pertama Ikatan Dokter Ahli Rehabilitasi Medik Indonesia (IDARI). Dihadiri sekitar 400 dokter, pertemuan ini dibuka langsung oleh Menteri Kesehatan dr. Adhyatma, M.P.H. Ternyata, ilmu tentang pengobatan fisik dan rehabilitasi ini bukanlah baru. Pertama-tama diperkenalkan di Amerika Serikat tahun 1947, sementara di Indonesia, menurut ketua IDARI dr. A.A. Nasution, juga sudah dipraktekkan sejak masa revolusi khususnya untuk membantu pemulihan kesehatan tentara. Perintisnya Prof. Dr. Soeharso, yang kemudian juga menjadi tokoh Yayasan Pendidikan Anak-Anak Cacat (YPAC). Namun, ilmu pengobatan medis dan rehabilitasi ternyata berkembang lambat. Mungkin karena kurang mengundang minat para dokter, atau juga karena tidak populer. Sekarang ini, menurut Nasution, spesialisnya belum banyak, walau pendidikan spesialisasinya sudah diteguhkan di fakultas kedokteran. "Anggota IDARI seluruhnya cuma 46 orang," kata Nasution. Yang betul-betul ahli hanya 16 orang, selebihnya 16 anggota kehormatan dan 14 calon anggota. Pengobatan fisik dan rehabilitasi secara umum mempersingkat semua perawatan di rumah sakit. Di bidang kebidanan, seorang ibu biasanya segera dilatih berjalan satu dua hari setelah persalinan. Metode ini mengurangi kemungkinan terbentuknya penonjolan otot-otot kaki. Contoh lain, perawatan akibat serangan jantung di masa lalu bisa mencapai tiga bulan. "Sekarang ini paling-paling dua mmggu," kata ahli Jantung dr. Kasiyanto kepada Sri Pudyastuti dari TEMPO. Kalau tidak terdapat kelainan berarti, menurut Kasiyanto, yang pada simposium tampil sebagai pembicara, perawatan cukup satu-dua hari saja. Menurut dr. Hadiarto Mengunnegoro, hasil penelitian di luar negeri menunjukkan bahwa perawatan yang lama akan lebih dulu menghantam jantung dan paru-paru. Kedua organ ini -- karena terganggunya sistem saraf -- mengakibatkan intake oksigen bekerja tidak efisien. Selanjutnya, pencernaan dan metabolisme tubuh juga terganggu. "Segera setelah pasien bisa bangun dan berjalan, ia harus dipaksa untuk melakukannya," kata Hadiarto. Sering pasien merasa tak mampu semata-mata karena hambatan psikologis Kata Hadiarto, ahli paru-paru itu, mempersingkat masa perawatan termasuk bagian dari penyembuhan. "Mobilisasi akan membuat otot-otot pasien menjadi aktif, peredaran darah menjadi baik dan efisien, dan dengan sendirinya proses penyembuhan akan menjadi lebih cepat." Jis, Syafiq Basri
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini