Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pulmonolog dan spesialis kedokteran respirasi di RSUI Depok, Irandi Putra Pratomo, mengatakan metode usap hidung PCR bisa dilakukan untuk mendeteksi Human Metapneumovirus atau HMPV. Ia menjelaskan metode usap hidung seperti PCR pada kasus virus di saluran pernapasan termasuk dalam pengecekan standar untuk mengetahui jenis virus yang masuk ke tubuh melalui jalur udara ketika seseorang mengalami gejala pernapasan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Untuk HMPV sendiri sudah ada sebenarnya seperti ini. Jadi, skenario yang bisa saya bayangkan adalah ketika seseorang mengalami gejala pernapasan, termasuk dengan khasnya gejala terinfeksi virus seperti demam, kemudian menggigil, juga sesak napas, pada akhirnya idealnya kita periksa dengan swab hidung, kemudian periksakan PCR,” kata Irandi dalam diskusi daring tentang HMPV, Selasa, 14 Januari 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Prinsip kerja swab PCR adalah mengambil sampel pada rongga hidung dan diperiksa di laboratorium untuk menemukan virus yang ada. Baik pada COVID-19, influenza, dan HMPV metode ini sama dan bisa dilakukan dengan PCR multipleks. Virus yang ditemukan juga bukan spesifik satu jenis namun beberapa jenis. Metode ini bisa mendeteksi virus pada saluran pernapasan dan mencegah memberatnya gejala karena cepat ditangani sejak virus hinggap di sel tubuh selama 3-6 hari.
“Kalau dalam rangka pengobatan kita tahunya PCR untuk jenis virus apa. Jadi, cukup untuk mendiagnosis yang tadi, alat diagnosisnya yang bisa swab untuk ketahuan virus influenza atau RSV, atau MPV, atau SARS-CoV-2. Saya pikir itu sudah cukup,” jelasnya.
Belum ada obat dan vaksin
Ia menjelaskan untuk virus HMPV belum ada obat dan vaksin spesifik yang bisa menyembuhkan. Untuk gejala infeksi seperti peradangan, demam, menggigil, dan sesak napas bisa diobati dengan obat yang tersedia. Sementara vaksin HMPV dalam waktu dekat belum akan dikeluarkan karena belum dalam kategori mendesak.
Sementara untuk perlindungan kesehatan secara keseluruhan, Irandi menyarankan menjaga pola hidup sehat sejak dini dan makan makanan bergizi agar imunitas meningkat. Selain itu, perlu juga menjaga jarak dengan orang yang terlihat sakit dan ada riwayat bepergian ke luar negeri, yang dapat membawa risiko penyakit dari negara lain.
Irandi mengatakan bila ada gejala demam, menggigil selama 3-6 hari tidak membaik setelah diberikan obat-obatan, maka dianjurkan memeriksakan diri ke IGD. Pada lansia yang memiliki komorbid seperti diabetes perlu dijaga gula darahnya jangan sampai terlalu tinggi atau terlalu rendah. Dan pada anak-anak yang sedang sakit sebaiknya beristirahat di rumah dan hindari kerumunan.
Pilihan Editor: Pakar Kesehatan Tegaskan HMPV Tak Akan Jadi Pandemi Berikut