Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Apakah Virus HMPV Bisa Menyebabkan Kematian?

Kemunculan virus HMPV di Indonesia menimbulkan banyak pertanyaan, termasuk apakah HMPV berpotensi mematikan?

14 Januari 2025 | 07.05 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi HMPV. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Munculnya wabah virus Human Metapneumovirus (HMPV) yang kini menjadi sorotan di beberapa negara, termasuk Cina, memunculkan pertanyaan di kalangan masyarakat tentang bahaya dan potensi kematiannya.

Meski HMPV bukan jenis virus baru dan tidak seberbahaya Covid-19, virus ini tetap perlu diwaspadai, terutama bagi kelompok rentan seperti anak-anak di bawah usia 14 tahun, lansia, dan individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.

HMPV pertama kali ditemukan pada tahun 2001 dan sejak itu rutin menginfeksi masyarakat, terutama pada musim dingin. Namun gejala yang ditimbulkan bisa sangat mengganggu dan bahkan berisiko menyebabkan komplikasi serius pada kelompok-kelompok tertentu.

HMPV Tidak Sebabkan Kematian

Menurut Menteri Kesehatan Budi Gunadi, masyarakat tidak perlu panik terkait penyebaran virus HMPV. Ia menegaskan bahwa HMPV hampir tidak menyebabkan kematian. Berdasarkan data yang diperoleh, tidak ada laporan mengenai kasus kematian yang disebabkan oleh HMPV, meskipun virus ini dapat menyebabkan gejala seperti demam, pilek, batuk kering, dan kelelahan.

“Virus ini bukan jenis baru seperti COVID-19. Meskipun dapat berbahaya bagi individu dengan sistem imun lemah, tidak ada bukti bahwa virus HMPV menyebabkan kematian,” ujar Budi dalam keterangan persnya pada Rabu, 8 Januari 2025.

Penyebaran HMPV memang terpantau meningkat di beberapa negara, termasuk Cina, namun Menteri Kesehatan menambahkan bahwa penyebab utama peningkatan kasus di Cina pada musim ini adalah influenza H1N1, bukan HMPV.

Gejala dan Dampak HMPV

HMPV umumnya menginfeksi saluran pernapasan dan dapat menyebabkan gejala mirip dengan infeksi virus pernapasan lainnya. Gejala yang biasa muncul antara lain demam, pilek, batuk kering, nyeri otot, dan kelelahan. Namun, gejala ini biasanya tidak berujung pada kondisi yang parah, kecuali pada kelompok rentan.

Erlina Burhan, anggota bidang penanggulangan penyakit menular PB-IDI, menjelaskan bahwa HMPV dapat berisiko lebih tinggi bagi individu dengan sistem imun yang lemah, seperti mereka yang mengidap HIV/AIDS, pasien kemoterapi, serta lansia di atas 65 tahun. Selain itu, anak-anak, terutama bayi, juga lebih rentan mengalami komplikasi serius seperti bronkiolitis atau radang paru-paru.

"Pada balita, HMPV dapat menyebabkan radang paru atau pneumonia. Oleh karena itu, kita perlu lebih waspada terhadap kelompok rentan seperti anak-anak dan lansia," ujar Erlina dalam diskusi daring yang diadakan pada 8 Januari 2025.

Penularan dan Pencegahan

Meski tidak menimbulkan kasus kematian yang signifikan, HMPV tetap patut diperhatikan dalam hal penyebaran. Virus ini menular melalui droplet atau tetesan kecil yang keluar saat seseorang batuk atau bersin. Karena itu, penting bagi masyarakat untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS), seperti mencuci tangan dengan sabun, menggunakan masker, serta menjaga jarak dengan orang yang menunjukkan gejala batuk atau pilek.

Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Muhammad Atoillah Isfandiari, menyatakan, meski virus HMPV memiliki tingkat penularan yang lebih rendah dibandingkan dengan influenza atau Covid-19, penyebarannya tetap dapat berdampak pada kelompok rentan. Ia menyarankan masyarakat untuk tetap mewaspadai potensi penularan, terutama pada anak-anak dan orang tua yang memiliki imunitas lebih rendah.

“Penularan HMPV biasanya meningkat di negara-negara dengan musim dingin, dan Indonesia mungkin tidak akan berbeda. Oleh karena itu, surveilans yang ketat dan deteksi dini sangat diperlukan untuk mencegah wabah yang lebih luas,” ujarnya.

HMPV di Indonesia

HMPV kini telah dilaporkan masuk ke Indonesia dan mulai menginfeksi anak-anak. Untuk mengatasi hal ini, Kementerian Kesehatan tengah meningkatkan pengawasan dan pelacakan kasus di tingkat puskesmas dan rumah sakit.

Peneliti dari Universitas Indonesia, Iwan Ariawan, menambahkan bahwa HMPV memiliki kecepatan penularan yang lebih rendah dibandingkan dengan virus influenza A atau Covid-19. Angka reproduksi dasar (R0) virus ini tercatat sekitar 1.3, yang berarti satu orang yang terinfeksi rata-rata akan menularkan virus ke 1,3 orang lain.

“R0 HMPV jauh lebih rendah dibandingkan dengan influenza atau COVID-19. Namun, tetap saja, dengan adanya sistem pelacakan yang efektif, kita bisa mencegah penularan lebih lanjut,” ujar Iwan.

Walaupun HMPV dapat menimbulkan gejala yang mengganggu dan berpotensi membahayakan bagi individu dengan sistem imun yang lemah, virus ini tidak menyebabkan kematian pada umumnya. Virus ini lebih mirip dengan infeksi saluran pernapasan lainnya dan dapat sembuh dengan sendirinya jika tubuh memiliki daya tahan yang cukup.

Hanaa Septiana dan Yudono Yanuar berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Pilihan Editor: Tanda-tanda Anak Terserang Virus HMPV

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus