PENDERITA impotensi di Indonesia kini mulai agak jelas sosoknya. Di Jakarta ternyata mayoritas penderita impotensi adalah orang profesional persisnya, 70% berasal dari dunia usaha. Padahal, orang-orang sukses ini dikenal tegar, baik dalam kerja maupun citra. Mereka bahkan terkesan macho alias perkasa. Tapi benarkah banyak yang impoten? Adalah tim peneliti dari majalah Tiara dan Ikatan Sarjana Komunikasi Cabang Semarang dipimpin Darmanto Jatman, pengajar Universitas Diponegoro yang menyimpulkan demikian setelah melakukan riset. Dalam tim riset disertakan ahli andrologi, Susilo Wibowo sehari-hari aktif sebagai Sekretaris Umum Tim Penanganan Impotensia di RS Karyadi, Semarang. Dari riset itu diketahui, profesional yang impoten ada 351 orang. Temuan ini diperoleh dari catatan 20 dokter selama tiga bulan terakhir. Sementara itu, catatan 20 tabib dan sinse menunjukkan, lebih dari separuh pasien mereka adalah penderita impotensi jumlahnya 1.666 orang. Adapun kaum profesional impoten yang ke dokter hanya 6,6% dari semua pasien (5.282 orang). Belum begitu banyak, memang. ''Tapi, meski hanya satu persen, impotensi sangat meresahkan. Lagi pula, mungkin juga banyak yang impoten tapi tidak merasa,'' kata Darmanto. Soalnya, yang disebut impotensi bukan sekadar tak bisa ereksi. Tak mampu memuaskan istri pun impoten juga. Yang pasti, jumlah pria impoten cenderung bertambah. Ketika seorang ahli andrologi Oktober lalu mengajak mereka bergabung, gagasan itu segera disambut. Tujuannya ialah agar penderita inpotensi bisa berbagi rasa seraya memecahkan masalah. Di Jakarta telah terbentuk dua klub: Pasutri (Pasangan Suami Istri) Bahagia dan Bapak Sehat. Anggota Pasutri dipimpin seorang dokter ada 70 orang, lumayan banyak. Tapi mereka malu- malu sehingga akhirnya berkomunikasi lewat surat saja. Di Semarang, Darmanto akan membentuk klub serupa, yang mungkin diberi nama AAII (Asosiasi Ahli Impotensi Indonesia). Yang disebut ahli bukanlah pakar, tapi orang yang mewarisi penyakit impotensi. Nama itu sengaja disamarkan agar mereka tak merasa rikuh. Kegiatan seperti konsultasi, senam, sampai pengobatan sudah ada sponsor yang berminat ditawarkan di sini. Jadi, mengapa mesti malu?GSI
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini