Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Di Singapura: Spesialis Dikritik

Dokter spesialis di singapura mendapat kecaman dari masyarakat dan menteri negara encik rahim ishak karena dalam menghadapi pasien terlampau berorientasi pada penyakit dan fragmentaris.(ksh)

18 Februari 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PARA dokter spesialis di Singapura sedang menghadapi kecaman dari masyarakat. Mereka dituduh menjalankan praktek terlalu bersikap lugas, padahal semua orang tahu belaka bahwa seorang pasien mendambakan keramahtamahan. Mereka terlalu fragmentaris, hanya mengarah pada satu penyakit saja tanpa memperdulikan hubungannya dengan sumber penyakit lain. Lagi pula mereka selalu berorientasi terhadap penyakit. Asal ada pasien datang mereka selalu mencapnya menderita sakit inilah sakit itulah. Tak mau melihat pasien secara utuh dalam kehidupannya. Orang bisa mengeluh sakit kepala hanya karena sedang menghadapi sesuatu persoalan yang runyam. Kritik-kritik stiperti itu tidak hanya terlontar dari orang kebanyakan. Ia juga jadi bahan kritik yang diketengahkan oleh Menteri Negara Encik Rahim Ishak. dalam jmuan tahunan yang diselenggarakan perhimpunan dokter di sana akhir Januari lalu. "Singapura memerlukan dokter keluarga yang terlatih baik dengan perhatian dan pengertian yang lebih baik terhadap pasien mereka untuk menghadapi pelayanan yang semakin spesialistis, lugas, terlalu berorientasi pada penyakit dan fragmentaris," katanya dalam pertemuan yang penuh dengan dokter itu. Sudah bisa diduga para dokter di negara pulau itu akan menampik tuduhan tadi. Dalam sebuah wawancara dengan The Straits Times, Prof Wong Poi Kwong, dekan fakultas kedokteran Universitas Singapura, kontan menjawab: "Dalam tiap profesi ada kambing hitam. Tapi pada hemat saya para spesialis di sini telah memberikan pelayanan standar tinggi." Tetapi Wong tak bisa membantah tuduhan tentang spesialis yang terlalu berorientasi pada penyakit dan fragmentaris. Sebab katanya, "memang begitulah sesuatu pelayanan yang bersifat spesialistis. Tetapi pokoknya pelayanan tadi telah diberikan dengan baik. Untunglah kita belum sampai pada tingkat seperti yang terdapat di negars tertentu, di mana pelayanan kesehatan diberikan dengan cara yang sangat spesialistis." Tak Berdosa Perbedaan tarif dari seorang dokter spesialis yang satu dengan yang lain, juga jadi bahan kritik Encik Rahim. Namun Wong menganggap kritik mengenai tarif yang berbeda-beda itu sebagai kurang pada tempatnya dalam masyarakat terbuka seperti Singapura. Karena perbedaan itu lahir dari hukum penawaran dan permintaan. "Saya agak ragu-ragu mengenai perlu tidaknya harga patokan untuk tarif dokter, meskipun penyeragaman tarif itu menarik," katanya. Dia beranggapan melaksanakan penyeragaman tarif bisa sulit karena tidak semua prosedur pelayanan kesehatan memerlukan waktu yang sama. Keragaman tarif itu, katanya, seperti tak bisa dielakkan dan muncul karena masyarakat memberikan harga tambahan untuk tiap prestasi yang dia dapatkan. "Pemerintah sekalipun melaksanakan keragaman tarif pelayanan. Ada yang tinggi ada yang rendah. Dalam dunia kedokteran haruslah dibedakan apakah seorang dokter itu baru lulus atau seorang yang punya pengalaman panjang," ulas Wong. Sekalipun demikian beberapa orang dokter Singapura yang bergabung dalan Perhimpunan Dokter Partikulir beranggapan ada jenis tarif yang bisa diseragamkan dan nampaknya bisa dilaksanakan. Seperti tarif konsultasi dan tarif untuk panggilan lewat telepon. Sebab serpis jenis ini umumnya tidak punya variasi yang macam-macam. Para dokter yang mendengarkan kritik Menteri Negara tadi sempat juga terhenyak di tempat duduk ketika itu. Tapi Prof Wong menawarkan perasaan tertuduh mereka dengan mengatakan: "Semua orang perlu uang karena tuntutan tingkat hidup yang meninggi. Dan kita ingin memenuhi keinginan hidup senang. Mencari uang tak berdosa asal serpis bagus," katanya. Lagi pula, menurut Wong, tak semua dokter menjadi pemburu uang yang bersemangat, ada juga yang sangat kasih kepada pasiennya dan memberikan korting cukup banyak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus