DI Sukosewu, perkampungan Pak Kiran, mereka umumnya pernah gagal
berobat di rumahsakit, bahkan di luar negeri sekalipun. Antara
lain Kapten Kohar, pilot Indonesia yang sudah ke Jerman dan
Amerika untuk mengobati kanker tulang di kakinya.
Dua tahun lalu, pilot itu menjumpai Pak Kiran dengan kaki yang
kurus kering. Sekarang kakinya membesar kembali. Dan dengan
tongkat penyangga, penerbang kita sudah bisa berjalan lagi.
"Di sini saya memperoleh ketenangan," kata Ny. Fauzi dari Medan.
"Di Singapura, meskipun makanan dan tempatnya mewah, saya selalu
gelisah." Isteri seorang pengusaha perkebunan itu yang pernah
pergi berobat ke Singapura telah diopname di Sukosewu, dekat
Blitar, sejak 8 bulan lalu. Penyakit syarafnya kini sudah
hilang. Tanpa obat tidur lagi, Ny. Fauzi sudah biasa tertidur
jam 9 malam. Tinggal lagi kanker payudaranya yang masih dirawat.
Sofian Elias, adik Ny. Adam Malik, juga bekas pasien Pak Kiran.
Ia sempat berobat di Sukosewu selama 3 bulan, dan baru kembali
tanggal 17 Maret lalu. Pada mulanya, ketika lebaran 1978 lalu,
tiba-tiba ia sakit. Pembuluh darah yang ada di syaraf otak kecil
menyempit. Dua dokter ahli kurang bisa membawa hasil yang
memuaskan.
Kemudian ia dengar soal Pak Kiran: Begitu Sofian menghadap Pak
Kiran, ia diberi minum jamu yang sudah diramu. Setelah dua
menit, Pak Kiran bilang "Ngadeo" (berdirilah). Sofian tak
yakin: Bagaimana ia bisa berdiri, sedangkan mengangkat tangan
pun tak mampu. Tapi kaki Sofian ditepuk 3 kali. Dan
alhamdulillah, ia langsung bisa jalan.
Sofian menganggap Pak Kiran itu sakti, bisa berada di mana-mana.
Contohnya: Ketika ia jalan-jalan tiba-tiba dihampiri mobil Civic
nomor B 1412. Sopirnya ternyata Pak Kiran. Sofian dipersilakan
naik dan diturunkan di muka rumah Pak Kiran. Begitu masuk ke
rumah didapatinya Pak Kiran sedang tidur.
Kapten Kohar, Ny. Fauzi dan Sofian termasuk sekian banyak
pasien yang menempati kompleks 100 rumah, yang berkapasitas
tampung melebihi rumahsakit kabupaten. Pernah tinggal di situ
isteri bekas KSAU yang lumpuh sesudah kecelakaan. Dokter
mengatakan nyonya itu tak bisa ditolong lagi, "tapi nyatanya dia
sembuh berkat tangan Pak Kiran," demikian Ny. Fauzi.
Bekas Menteri PUTL Sutami juga pernah berobat ke situ. Pak Kiran
tak percaya ketika dinyatakan pasien itu terserang penyakit
kekurangan gizi.
"Yang benar ia sakit lever," kata sang penyembuh.
Sutami mendatangi Pak Kiran tiga kali. Sekarang ia mulai sembuh
-- sudah bisa olahraga ringan dan menulis memoarnya. Tapi di
samping Pak Kiran, ia juga berobat ke dokter biasa. "Yang jelas
untuk berobat ke rumah Pak Kiran itu cocok-cocokan saja," kata
seorang anggota keluarganya.
Terhadap semua pasiennya, Pak Kiran berkata "Apapun sakitnya,
penyembuhnya cuma Tuhan." Orang boleh datang kepadanya, tapi dia
sendiri menolak untuk mendatangi pasien. Satu undangan dari
pejabat tinggi negara di Jakarta Pebruari lalu, misalnya, telah
ditolaknya. "Saya ini kan seperti sumur," kata Pak Kiran. "Tidak
ada ceritanya sumur mencari timba. Timbalah yang harus mencari
sumur."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini