KABAR buruk lagi bagi kalangan gay alias homoseks. Ibarat kata pepatah: sudah jatuh ditimpa tangga. Ternyata, orang-orang gay bukan saja rentan terhadap penyakit AIDS, tapi juga tak berdaya melawan virus hepatitis B. Kalau tak salah, virus ganas ini kan dengan mudah merontokkan hati mereka. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Pola hubungan seks kaum homo adalah pokok pangkal segalanya. Dalam satu setu seminar Surabaya dua pekan berselang, diungkapkan bahwa beberapa gay telah terjangkit virus, yang pada tahap lanjut bisa menyebabkan kanker hati. Hepatitis B, seperti telah dikenal, adalah jenis penyakit hati atau liver yang paling berbahaya. Penyebabnya sejenis virus lebih populer disebut virus hepatitis B (VHB) -- yang dapat menimbulkan hepatitis krouis yang sulit diobati. Kendati 90% menderita VHB dapat diobati, sisa 10% akan digerogoti kanker hati yang fatal. Tak mustahil bila penyakit ini menimbulkan komplikasi dan kematian. VHB dapat ditemukan di setiap cairan (darah, sperma, cairan vagina, air liur, air seni, air susu ibu, air mata, bahkan keringat) tubuh. Penularannya sering terjadi melalui jarum suntik atau alat-alat kedokteran transfusi darah, dan media umum lainnya (seperti sikat gigi, gelas minum) yang telah terkontaminasi VHB. Juga seorang ibu pembawa VHB dapat menulari bayi dalam kandungan atau bayi yang disusuinya. Cara penularan lain ialah melalui kontak seksual dengan seseorang yang mengidap VHB. Risiko terjangkit akan lebih tinggi bila mereka yang melakukan kontak seksual adalah kaum homo. Penelitian Fulford di Ausralia (1973) dan Arakawa di Jepang (1982) membuktikan hal ini. Seorang ahli hepatitis B menyuarakan hal yang sama dari seminar di Surabaya itu. "Dari sekian banyak kelompok, yang mempunyai risiko tinggi terkena VHB adalah kaum gay," tutur H. Achmad Hassan, dokter ahli hepatitis B dari Universitas Airlangga, di depan forum ilmiah Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia. Hassan sendiri sudah merawat paling tidak empat orang gay yang positif mengidap VHB. Dari hubungan seksual yang tidak normal itu, serangan VHB besar kemungkinan terjadi karena permainan anal: persebadanan lewat dubur. Luka atau lecet akibat gesekan penis pada dinding dubur menyebabkan, terutama, bibit VHB -- yang ukurannya sangat kecil, cuma sebesar 42 nm (satu nm sama dengan sepersejuta mili metrik), sehingga untuk melihatnya harus menggunakan mikroskop elektron -- masuk ke dalam tubuh. Kelompok lain yang berisiko tinggi terkena VHB adalah mereka yang sering berganti-ganti pasangan. Hasil penelitian Achmad Hassan sendiri -- pada awal bulan ini -- di dua lokasi WTS di Surabaya (Gang Dolly dan Kremil) memang membuktikan hal itu. Tingkat prevalensi HBsAG para penghuni tempat plesiran terpopuler di Surabaya itu masing-masing menunjukkan angka 23,15% (Dolly) dan 29,8% (Kremil). "Tergolong angka prevalensi tinggi menurut standar WHo," kata Hassan, tandas. Sulitnya mendeteksi secara klinis gejala penyakit ini menyebabkan VHB kian luas penyebarannya. Malah, pada tahap dini penyakit ini hampir tak menunjukkan gejala mencolok. Hanya demam, mual, dan nyeri pada sendi-sendi. Pada penyakit hepatitis B kronis, gejalanya juga diikuti oleh pembesaran pada organ hati. Upaya mencegah lajunya penyebaran VHB memang sudah dilakukan. Pabrik di Mataram, Nusa Tenggara Barat, yang baru diresmikan Presiden Soeharto beberapa waktu lalu mampu memproduksi reagensia pelacak VHB. Masalahnya ialah bagaimana menjaring penderita hepatitis B, terutama dari kalangan yang tak terjangkau oleh dokter, seperti tempat plesiran atau masyarakat gay yang tertutup itu. Moebanoe Moera (Jakarta) dan Herry Mohammad (Surabaya)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini