Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kemeja flanel termasuk pakaian yang sangat mudah ditemukan sehari-hari di pasaran. Pakaian ini sekarang digunakan oleh berbagai lapisan masyarakat dari semua usia. Ciri utama kemeja flanel identik motif kotak-kotak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di Wales, para petani menggunakan flanel untuk aktivitas bekerja. Penghujung tahun 1600-an, flanel yang tadinya dipakai petani, kemudian diminati oleh berbagai kelas pekerja, seperti dikutip dari Bespoke Post.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menjelang akhir abad 17, para pekerja tekstil di Wales memanfaatkan kelebihan wol untuk membuat kain yang tahan lama melalui proses penguraian serat (carding). Kain itu menyebar lewat perdagangan, hingga diproduksi oleh pabrik tekstil di Inggris dan Prancis. Semasa kejayaan industri manufaktur Inggris, flanel diproduksi sangat banyak. Flanel diminati para pekerja pabrik tekstil dan pertambangan.
Pada 1889, flanel mulai diproduksi di Detroit, Amerika Serikat, ketika seorang pebisnis Hamilton Carhartt berinisiatif membuat pakaian untuk para pekerja. Produk itu muncul setelah ia berbicara dengan para pekerja kereta api untuk merancang pakaian yang dianggap sesuai kebutuhan, seperti dikutip dari situs web Carhartt.
Bespoke Post juga melaporkan, bahwa flanel sangat diminati para pekerja konstruksi, penebang, dan penjaga perbatasan. Pakaian itu pun dikaitkan dengan simbol ketanggguhan pria Amerika, karena flanel sering dipakai orang yang melakukan pekerjaan berat.
Pada 1990-an, flanel makin digemari, karena identik dengan musik grunge. Musikus yang paling top pada saat itu adalah Kurt Cobain, vokalis dan gitaris Nirvana. Cobain sering memakai flanel ketika ia tampil di atas panggung. Fan musik grunge pun mengikuti gaya berpenampilan idolanya. Saat itu flanel bukan lagi diminati karena unsur bahannya, tapi telah berkembang untuk bergaya dan ekspresi diri.
VIOLA NADA HAFILDA